21. Sementara

2.3K 18 0
                                    

Waktu terasa bergulir begitu cepat. Rasanya baru kemarin ia bertemu Fara, kini Freya sudah harus mempersiapkan skripsinya. Belum ada yang mengetahui hal ini. Ia memang sempat memberitahu Fara bahwa ia akan mengambil mata kuliah lebih banyak, tetapi ia tidak pernah membahasnya lagi.

Kini Freya mengajak Fara ke rumahnya untuk memberitahu hal tersebut secara langsung. Freya ingin Fara menjadi orang pertama yang mengetahui hal tersebut. Hari ini Fara akan menginap di rumahnya. Sudah sejak lama Fara tidak tinggal di rumahnya.

Ting tong

Bunyi bel membuat Freya bergegas membuka pintu. Dari balik pintu terdapat seseorang yang sudah ia tunggu sejak tadi. Senyum mereka tercetak begitu indah.

"Masuk, Far." Ujar Freya mempersilakan.

Freya mempersilakan Fara duduk di ruang tamu sambil menunggu Freya mengambil beberapa camilan dan minuman dari dapur.

"Ini ada apa deh?" Tanya Fara yang merasa cukup aneh dengan semua ini.

Freya tersenyum lalu menunjukkan sesuatu dari laptopnya yang tak lain adalah rancangan skripsinya.

"Apa ini? Tunggu, lo?" Fara menatap Freya beberapa saat.

"Ya, semester ini gue udah bisa mulai nyusun skripsi gue. Dan besok adalah bimbingan pertama gue." Ucap Freya.

Fara bersorai gembira lalu memeluk Freya.

"Tapi kok lo gak cerita sih?"

"Ini gue cerita."

Fara memajukan bibirnya lalu mencubit paha Freya pelan.

"Ya maksud gue sebelumnya. Masa tau-tau udah bimbingan skrispsi aja." Ujar Fara berpura-pura marah.

"Ya, gue kan pernah cerita kalau gue pengen lulus lebih cepat. Yaa walaupun awalnya cuma buat menghindari Kak Rio."

Mendengar Freya menyebut nama Rio membuatnya teringat akan perbuatan Rio selama ini yang tidak pernah berubah. Tapi sayangnya sahabatnya ini hanya tau jika Rio saat ini sudah menjadi lebih baik.

"Terus hubungan kalian berdua gimana?" Tanya Fara.

"Ya gak gimana-gimana. Kita berdua baik-baik aja. Gue juga malah jadi agak berat perginya. Kak Rio semakin lama jadi semakin baik, semakin sabar, semakin perhatian." Tutur Freya.

Andai saja lo tau Rio yang sebenarnya, lo pasti bakalan ninggalin Bandung saat ini juga. Batin Fara.

"Kok lo diem?" Freya mengguncang tubuh Fara pelan.

"Eh? Enggak. Berarti lo bakalan makin sibuk dong sekarang?" Fara memperlihatkan wajah sedih.

"Far, jangan gitu dong. Gue kan jadi sedih juga. Eh, tapi kalau lo ada apa-apa kasih tau gue ya. Seenggaknya cerita. Gue bakalan ada buat lo." Ucap Freya lalu memeluk Fara.

Freya tidak pernah membayangkan suatu hari harus berpisah dengan sahabat terbaiknya ini. Selama ini ia tidak pernah memiliki teman yang benar-benar mengerti dirinya. Bertemu Fara adalah hadiah terbaik dari Tuhan baginya. Ia juga sadar sesekali dirinya tidak bisa menyadari saat Fara merasa sedih dan butuh teman. Tapi Fara tidak pernah meninggalkannya.

"Frey, setelah lulus lo mau balik ke Jakarta atau gimana?" Tanya Fara.

"Gue belum tau. Mungkin gue bakalan stay dulu."

Mendengar jawaban Freya membuat Fara merasa senang. Ia akan menghabiskan malam ini untuk membuat kenangan bersama sahabatnya itu.

***

Berbeda dengan yang lainnya, jika teman-temannya harus mati-matian menyusun sebuah skripsi, Freya justru selalu terlihat tenang bahkan tidak ada tanda-tanda stres di wajahnya. Freya memang sangat pintar sejak kecil, selain itu dia juga rajin dan cermat. Kekasinya, Rio, yang juga sedang menyusun skripsi selalu menyemangatinya. Ia juga punya sahabat dan keluarga yang selalu ada untuknya. Hidupnya saat ini terasa begitu menyenangkan.

Be A NaughtyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang