[4 ; mejikuHIbiniu]
Bukan seperti Jaim yang kalian pikirkan. Ini hanya sebuah kisah antara Jaci yang iseng-iseng menyatakan bahwa Daim adalah kekasihnya dihadapan mantan gebetan nya. Keduanya tidak tahu, bahwa kejadian itu dapat membuat keduanya sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mentari nampaknya berpihak pada gadis berambut panjang yang kini mengulas senyumnya, secerah sinar yang menerpa indra penglihatannya. Namanya, Jaci Diatmika. Akrab disapa dengan nama panggilan Jaci, dan Mika untuk orang tertentu, seperti keluarganya.
Sebenarnya, suasana hatinya tidak sebagus kelihatannya. Hatinya sedang gundah, merana, atau di kalangan anak muda lebih sering disebut 'galau'. Akan tetapi, Jaci bukanlah tipe perempuan lemah yang jika galau akan menangis atau terlihat murung. Justru kebalikannya, ia akan memasang tampang bahagia agar orang di sekitarnya tidak khawatir.
Senyumnya mendadak luntur seiring dengan langkahnya yang terhenti. Gadis itu berusaha mengatur nafas nya untuk menyembunyikan kegugupannya dan mempertahankan senyumnya yang tadi sempat hilang sejenak.
"Ci, halo!" Jaci melambaikan tangan, tidak menghilangkan senyum manis yang menghiasi wajahnya. Dalam hati ia menggerutu, dan berakhir tidak mengeluarkan sepatah kata pun sampai pemuda dihadapannya mengucapkan selamat tinggal.
"Cowok gila, setelah kejadian semalem lo bersikap biasa aja dan bahkan nyapa gue? gatau malu!" Jaci mengumpat hingga tanpa sadar tangannya terkepal dan kakinya terhentak keras. Membuat beberapa pasang mata memperhatikannya dengan tatapan aneh dan berbisik-bisik.
"Freak."
Seorang laki-laki berjalan melaluinya begitu saja setelah mengucapkan kata tersebut. Membuat Jaci yang masih loading membuka mulutnya, lantas menyatukan alis dan berteriak begitu berhasil mencerna bahwa ucapan itu tertuju padanya.
"MAKSUD LO APA?!"
🐶🐱
"HAI PARA BABUKU TERCINTA, MAKAN APA KITA HARI INI?"
Jaci tersenyum lebar begitu mendapati ketiga sahabatnya masih berada didalam kelas, menepati janji untuk tidak meninggalkannya dan pergi ke kantin bersama ketika istirahat.
Sementara ketiga laki-laki yang diajak bicara dengan nada 'lebay' itu hanya menggelengkan kepalanya serentak, sudah terbiasa dengan sikap satu-satunya perempuan di lingkup pertemanan mereka.
Sebelum gadis itu menghampiri mereka, mereka sudah berdiri terlebih dahulu. Salah satu dari mereka mendorong bahu Jaci pelan, dan merangkulnya begitu keluar dari kelas.
Gadis itu tidak menolak, karena Hasta ini sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri. Sejak kecil, mereka sudah berteman dan kemana-mana selalu bersama. Dan fakta ini tentunya diketahui oleh kedua temannya, Fagan dan Kama.
Bila Jaci dan Hasta sudah bersama sejak kecil, lain halnya dengan Fagan dan Kama. Kama, yang notabene nya terkenal karena sifatnya yang ramah dan suka menolong mengajak sepasang sahabat itu untuk berkenalan terlebih dahulu. Sedangkan Fagan, yang terkenal dengan sikap cuek dan hanya mementingkan belajar, tanpa sengaja menabrak Jaci ketika keluar dari perpustakaan. Jaci yang perangainya supel itu pun mengajaknya untuk berkenalan. Dan akhirnya, mereka terlihat selalu bersama sejak kelas sepuluh. Selalu berempat. Atau mungkin berkurang bila salah satu izin, dan mereka akan merasa sepi jika itu terjadi.