08 : Sepatu

105 35 0
                                    

"Us, lo kesambet?" tanya salah satu kakak kelas yang merangkap sebagai teman baik Daim, namanya Lutfi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Us, lo kesambet?" tanya salah satu kakak kelas yang merangkap sebagai teman baik Daim, namanya Lutfi.

Teman-temannya memang memanggilnya dengan sebutan Lius, menggunakan nama akhir dari pemuda tersebut.

Yang ditanya sedari tadi hanya memutar bola mata malas. Memangnya salah, mengungkap kebenaran didepan umum? Ya walau ia baru melakukannya di sekolah pertama kali, setidaknya perasaannya sedikit lega karena dapat meluruskan masalah yang berhubungan dengan gadis pujaan nya.

"Gila ini sih, nama lo bakal makin dikenal disini. Lo diem aja udah narik perhatian, gimana angkat suara gitu, wah!"

Daim mengendikkan bahunya acuh. Masa bodoh dengan pandangan orang-orang kepadanya dalam beberapa waktu kedepan.

🐶🐱

"Jangan pulang dulu."

Jaci menoleh jengah, ia telah melaksanakan hukumannya dengan baik hari ini-mau disuruh apa saja oleh anggota OSIS yang tengah rapat.

Karena rasa rindunya kepada sang kasur tercinta, membuatnya buru-buru mengambil langkah menuju gerbang sekolah. Namun sayangnya, tangan kanannya sudah dicekal lebih dulu oleh penyandang juara paralel IPA selain Fagan.

Jangan tanya dimana Kama selaku calon Ketua OSIS-karena Karel belum purna, sebab cowok itu sudah keluar dari area sekolah sedari rapat selesai. Tepat setelah mendengar kabar bahwa latihan band yang merupakan kegiatan wajibnya diluar sekolah itu akan segera dimulai.

"Apa lagi?" balasnya malas.

"Sepatu kamu, ya kali kamu pulang dalam keadaan kaya gitu?"

Jaci kembali memperhatikan kondisi sepatunya, yang bernasib mengenaskan seakan meminta makanan. Tidak, minta dibuang dan beli baru.

"Biarin ah, dirumah ada sepatu satu lagi kok," acuh tak acuh, gadis itu menepis tangan Daim dan melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Satu yang harus kalian ketahui lagi, Daim ini termasuk orang yang keras kepala. Apa lagi bila menyangkut orang yang ia sayangi.

"Itu kan dirumah, sekarang kan belum sampai rumah. Udah, mending sana ke masjid," titah Daim, membuat lawan bicaranya berbalik dan mengerutkan kening.

"Ambil sandal saya, itu sepatu sama kaus kakinya dicopot sekalian. Jangan lupa cuci kaki ditempat wudhu."

Melihat gadis didepannya tak bergerak sedikit pun dari tempatnya berdiri, membuat laki-laki itu menghela nafas. Lantas memanggil nama gadis itu dengan cukup keras untuk menyadarkan nya.

"Sana, cepetan!" entah bisikan darimana, gadis dengan nama panjang Diatmika itu melangkah kearah sebaliknya. Menuruti perintah cowok IPA tersebut tanpa membantah sepatah kata apapun lagi.

🐶🐱

"Kamu ngapain nyeker? Itu sandal diambil buat dipakai,"

Daim memijat pelipisnya perlahan. Tubuhnya yang berada diatas jok motor kini beranjak turun, menghampiri gadis yang sedang mencerna perkataan nya. Ia baru tahu, gadis galak sekaligus friendly seperti Jaci ternyata bisa jadi lemot juga.

JAIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang