[4 ; mejikuHIbiniu]
Bukan seperti Jaim yang kalian pikirkan. Ini hanya sebuah kisah antara Jaci yang iseng-iseng menyatakan bahwa Daim adalah kekasihnya dihadapan mantan gebetan nya. Keduanya tidak tahu, bahwa kejadian itu dapat membuat keduanya sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Saya diluar."
Singkat, padat, tidak jelas. Sebelumnya, Jaci menganggap kalimat itu hanya sebuah ide kejahilan dari seorang Daim Aelius.
Pukul enam lewat lima, masih ada lima puluh lima menit lagi menuju bel sekolah. Untuk apa cowok itu mengirim pesan begitu sepagi ini?
Jaci sudah bersiap dengan seragam sekolah yang lengkap sedari tadi. Kini, ia tengah memanggang roti dibaluri selai cokelat sebagai bekal karena dirinya tidak berniat ke kantin saat istirahat nanti.
Karel sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu, dia pergi lebih awal karena harus mengurus beberapa keperluan untuk pertandingan basket yang beberapa minggu lagi akan dimulai.
Maka dari itu, Jaci bisa leluasa bergerak kesana kemari mengitari seisi rumah tanpa rasa canggung. Jujur saja, sampai saat ini diantara mereka belum ada yang membuka pembicaraan.
Tidak, tidak. Karel beberapa kali mencoba untuk mengajak adik tirinya-maksudnya saudara seayah nya mengobrol, hanya saja gadis itu selalu menolak dengan berbagai alasan. Mulai dari lelah, ada urusan, ingin mengerjakan tugas, dan alasan-alasan lainnya yang Karel tahu cuma beberapa yang benar-benar dilakukan gadis itu. Sisanya ya, kalian bisa tebak sendiri.
Roti yang tadi ia panggang berjumlah empat lembar. Dua ia masukkan ke dalam wadah, ditutup dengan rapat agar rasanya masih enak sampai jam istirahat. Dan dua lainnya ia sajikan di piring, untuk sarapan atau bila mamanya ingin memakannya sepulang dari pasar.
Opsi kedua agak mustahil, mamanya kemungkinan besar akan kembali sekitar dua jam lagi. Biasa, ibu-ibu jika sudah ke pasar pasti ada saja yang akan dibeli atau hanya sekadar lihat-lihat baju yang menarik perhatian meski tidak membelinya.
"Masa? Coba masuk sini," Jaci mengangkat ponselnya dan mendekatkan nya dengan telinga. Ia yang masih belum sepenuhnya percaya atas kalimat pembuka lawan bicaranya pun berani berkata demikian untuk menantangnya.
Cklek!
"Assalamualaikum!"
Jaci yang tadinya membelakangi pintu langsung berdiri dan refleks berbalik. Berpikir bahwa yang datang adalah benar-benar Daim. Eh rupanya, mamanya yang datang.
Ia kembali ke posisi semula, membelakangi pintu dan memegang kedua lengan sang ibu.
"Waalaikumsalam, ih si mama mah ngagetin aja!" pekik Jaci, membuat sang ibu mengernyit.
"Kenapa kaget? Ini mama mau ambil dompet, ketinggalan," jelasnya, langsung melangkah kearah kamar untuk mengambil benda yang tertinggal tanpa menunggu reaksi selanjutnya dari sang anak.
"Tuh kan, bohong!" Jaci mendengus, merasa dipermainkan oleh Daim.
Dia mengambil tas yang tergeletak diatas meja makan. Memang tidak sopan, tempat makanan dijadikan tempat penampungan tas. Jangan heran ya, ini Jaci Diatmika.