15 : Sultan

114 34 1
                                    

Langit ibukota mulai dipenuhi dengan kepulan-kepulan asap yang berasal dari kendaraan bermotor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit ibukota mulai dipenuhi dengan kepulan-kepulan asap yang berasal dari kendaraan bermotor. Daim dan Jaci termasuk korban kepadatan lalu lintas hari ini.

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk Daim dapat bernafas lega karena motornya bisa melaju tanpa hambatan.

Daim menepikan kendaraannya didekat gerobak salah satu pedagang kaki lima yang menjual cilok. Dia melepas helm nya dan menyuruh Jaci untuk turun.

"Bang, lima ribuan dua bungkus ya," Daim mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan, membentuk huruf V.

"Masa ngedate jajan nya cuma lima ribuan sih, Im?" goda abang penjual cilok.

Pedagang cilok yang berjualan tepat didekat sekolah dasar itu sudah menjadi langganan Daim sejak kelas dua SMP karena letak SMP nya tidak jauh dari daerah tersebut. Jadi, tidak heran bila sang penjual terlihat akrab dengan Daim. Apalagi, penjualnya itu-itu saja dan belum ganti dari awal Daim membelinya.

Daim merotasikan bola mata, "yaudah iya, 10 ribuan nya 4."

Jaci langsung menoleh cepat, "banyak amat?!" protesnya.

"Saya, kamu, bunda saya, sama mama mu," jawab Daim, Jaci mengangguk-angguk paham. Tidak berniat memprotes lebih lanjut, kapan lagi kan dapat gratisan tanpa minta duluan?

Sang penjual hanya tersenyum melihat interaksi kedua remaja itu. Dia mengambil dua kursi berbahan dasar plastik yang memang disediakan untuk para pembeli, menyejajarkan keduanya dan mempersilakan kepada dua remaja itu untuk duduk sejenak.

"Sok atuh duduk dulu Im, Neng," ucap abang-abang cilok.

Jaci tersenyum sopan, berbeda dengan Daim yang hendak melayangkan protes karena abang-abang cilok memanggil Jaci dengan sebutan 'neng'. Terdengar wajar, namun telinga Daim agak panas mendengarnya.

"Namanya Jaci, bang," ujar Daim.

"Oh iya Jaci, nggak nanya sih sebenernya," Jaci ingin tertawa sekencang-kencangnya karena tahu ini adalah salah satu akibat dari kecemburuan Daim. Bukannya kepedean atau apa, tetapi sorot mata cowok itu semakin memperjelas asumsi nya.

Keduanya duduk ditempat yang disediakan. Terdiam hingga suasana dilanda canggung. Abang cilok pun fokus kepada pekerjaannya dan tidak lagi mengajak keduanya mengobrol.

Jaci memainkan ponselnya. Ia baru saja mendapat notifikasi dari salah satu kakak kelas nya yang setahunya satu lingkup pertemanan dengan Daim.

Yang membuatnya heran, kenapa hanya dia yang mendapat pesan? Cowok disampingnya tidak membuka ponselnya sama sekali dan malah menatapnya seolah meminta penjelasan atas apa yang dilihat gadis itu pada layar ponsel.

Akhirnya, Jaci menurunkan posisi ponsel nya agar bisa dijangkau oleh indra penglihatan Daim. Sebuah link yang mengarah ke aplikasi berwarna hitam dengan tanda not balok ditengahnya itu merujuk ke sebuah video.

JAIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang