14 : Pegangan

121 32 1
                                    

Jaci mengetuk-ngetukan jarinya ke meja, bosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaci mengetuk-ngetukan jarinya ke meja, bosan. Gurunya berhalangan hadir dan tidak ada tugas yang harus dikerjakan, membuatnya bingung harus melakukan apa.

Baca buku? Sudah pernah, katanya. Tidur? Matanya menolak keras untuk tertutup. Ia menoleh ke sekeliling, dimana penghuni kelas lainnya fokus pada aktivitas masing-masing.

Anak laki-laki di barisan belakang tengah fokus bermain game atau biasa disebut 'mabar'. Lalu beberapa anak pendiam berusaha mengisi kekosongan dengan membaca novel atau buku bacaan lainnya. Dan sisanya, murid-murid perempuan tengah asik berkumpul di suatu meja. Biasalah, perempuan bila berkumpul pasti tak jauh dari ngobrol dan gibah. Segala topik pun bisa dibahas. Bahkan kalau direkap, gibah nya kaum hawa dapat menghabiskan waktu beberapa jam.

Jaci ingin sekali mengobrol dengan teman sesama jenis nya, dengan kaum hawa yang kini saling menatap berbinar dan melempar cerita. Namun apalah daya, dia merasa bahwa dia seperti terbuang dari perkumpulan perempuan dikelasnya.

Teman-teman hanya mendekatinya bila memasuki waktu ulangan untuk meminta jawaban. Yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh sang pemilik jawaban.

Enak saja, teman macam apa yang mendekati saat ada maunya? Jaci tidak suka. Belum lagi ketika baru-baru ini dia tahu semua perempuan dikelasnya membicarakan tentang dia dan rumor-rumor miring yang tak berdasar serta berbau negatif.

Untungnya, kaum adam lebih bisa menghargainya. Pokoknya setiap Jaci mengobrol, pasti lawan bicaranya adalah laki-laki. Seperti tadi, sebelum memulai game mereka sudah mengajak Jaci untuk bergabung sebab tahu bahwa gadis itu bisa memainkannya. Tetapi dia menolak secara halus dan mengatakan bahwa ia sedang malas untuk berbuat apa-apa.

Ia mengusap wajahnya kasar. Cara terakhir yang akhirnya ia laksanakan adalah membuka ponsel. Entah membuka aplikasi chat, atau sekadar membaca e-book.

Ting!

Pipinya yang tadi ditempelkan ke meja kini terangkat. Sebuah lengkungan keatas mulai terbentuk di bibir mungil nya, membuat siapa saja yang melihatnya akan tersenyum. Apalagi Karel. Oke skip, biarkan gadis itu mulai move on.

Sebuah pesan singkat mampu membuatnya tersenyum lebar.

Hasta : Nanti pulang bareng, ya? Hari ini gak ada halangan kaya kemarin kok!

Ah, sudah lama ia tidak pulang bersama sahabat masa kecilnya itu. Jaci langsung membalas pesan tersebut secepat kilat, menerima ajakan tersebut.

🦁🐱

Sebuah kursi yang berbahan dasar batu, memang dikhususkan untuk tempat duduk bagi murid SMA Himpun atau beberapa orang yang memiliki keperluan disana, duduklah seorang gadis yang tengah mengayunkan kakinya dengan tempo lambat.

Ia hampir saja ingin menaiki bus kalau tidak ingat memiliki janji dengan salah satu sahabatnya. Dan kini, gadis itu tengah berusaha menepati janjinya yaitu menunggu Hasta.

JAIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang