3. The Boy

109 20 3
                                    

"Bergegaslah sekarang, kuharap dua orang itu tidak memakan sepatu mereka sendiri." perintah Balqis.

Gaby menuruti perkataan sepupunya,  segera ia mengambil alat rias yang tersimpan di bilik lemari, ada juga yang didepan kaca. Gaby mengambil semua nya.

"Perlu aku bantu ?" tanya Balqis menawarkan bantuan.

"Tidak perlu."

Balqis mengangguk.

Balqis berdiri diamping Gaby, menyaksikan sepupunya sedang menyapukan alat rias dengan terampil.

Dengan sabar menunggu Gaby hingga menyelesaikan pekerjaanya, tidak sabar melihat pengangkatan sepupunya, Balqis tidak ingin terlepas melihat pengangkatan sepupunya  menjadi seorang putri mahkota kerajaan. Sebagai seseorang yang dekat dengan nya, tentunya ia bangga dengan sepupunya itu.

"Sudah selesai?" tanya Balqis

Gaby berdiri dari tempat duduknya, lalu membalikan badanya mengarah ke arah Balqis. Bermaksud ingin menunjukan hasil riasan nya tanpa berbicara satu katapun.

"WHOAA..Cantik bangett!!" puji Balqis girang hingga memegang pipi Gaby.

Balqis terpana melihat kecantikan Gaby, membuatnya bersemangat untuk menunjukan sepupunya itu kepada siapapun.

"AYO kita pergi... para pelayan sudah menyiapkan gaun yang pas, kamu pasti akan lebih cantik pakai itu, Gab ayoo!" ucap Balqis dengan antusias.

Balqis lalu menarik tangan Gaby, Gaby hanya pasrah melihat tanganya ditarik oleh sepupunya. Mereka pergi keluar menjauhi kamar mewah yang baru saja mereka gunakan. Menuju ruangan utama kerajaan untuk mengganti pakaian Gaby yang telah disiapkan oleh para pelayan. Sebelum pergi ke sana, mereka berencana untuk menghampiri seseorang yang telah menunggu kehadiran mereka dari tadi.

"Mereka kemana sih!?" keluh gadis kecil itu.

"Tidak tahu, dari tadi kan aku disini." jawab gadis disebelahnya.

Dua orang gadis mengobrol di koridor istanah, menunggu kedatangan seseorang yang dari tadi tengah mereka harapkan kehadiranya.

"Aku tidak membayar untuk menunggu." ucap gadis itu menyilangkan tanganya.

Lucy Horeil, gadis bersuara berat yang lebih memilih mengikat rambut hitam ikal nya yang digerai, sahabat Gaby yang memiliki kulit sawo matang ini menyilangkan tangan sembari memikirkan apa yang harus ia perbuat sembari menunggu. Bukan hal yang sembarangan tentu saja mengingat "menunggu" merupakan perbuatan terlarang di kebudayaan istana.

Disamping nya Gadis berambut coklat lurus. Zelanis Anathema, biasa dipanggil Anis. Gadis bersuara cempreng ini merupakan sepupu dari Gaby dan Balqis. Ibu mereka merupakan kakak beradik.

"Cuma dandan kenapa lama sekali si?" tanya Lucy dengan suara beratnya.

Anis menaikan kedua pundaknya, mengisyaratkan bahwa ia tidak tahu.

Kedua orang itu berdiri membaringkan punggungnya ke tembok koridor istanah. Menunggu 2 orang dekatnya Gaby, dan Balqis datang menghampiri mereka. Mereka sudah berencana untuk pergi ke ruang utama istanah secara bersama-sama, tetapi kali ini Balqis dan Gaby tidak kunjung datang menghampiri mereka.

Savior Of Petra : The Charioteer's SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang