11. Rungliaksing

51 16 4
                                    

Pulang

Tidak ada waktu untuk perpisahan. Teman yang tak akan pernah ia lupakan.

Orang yang telah menolongnya. Orang yang telah mengakui keberadaan kakak nya. Ketiga, keempat, tidak ada habisnya.

Gelas bambu yang ia berikan, menjadi satu-satunya benda yang ia simpan.

Terukir jelas di kelopak matanya. Perpisahan yang tak diinginkan. Di sepanjang jalan, suara kaki kuda silih berganti menapak tanah menjadi saksi kesedihan.

Apa itu keinginan? Impian? Serta ambisi ?

Menghembuskan nafas pelan, untuk sekarang dirinya tidak ingin berfikir berlebihan, sejenak ingin menenangkan diri karena satu permintaan yang telah terwujud.

Meski merasa bersalah, perjanjian dengan seorang Panglima besar membuatnya merasa lega. Negeri yang amat indah ini, semoga tidak digapai oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

Satu keinginan agar Negeri ini aman sentosa, menghindari penyerangan yang mungkin akan terjadi apabila ayahnya mengetahui bahwa dirinya sempat singgah di Negeri indah ini. Setidaknya, demi teman yang telah menyelamatkan nyawanya, ia ingin membalas satu kebaikan walau menurutnya ini tidak sepadan dengan perbuatan baik Hirar.

Meskipun tidak dapat melihat mata polos nya untuk terakhir kali, namun ia tidak akan pernah melupakan setiap kali laki-laki itu tersenyum. Senyuman serta nasehat penting yang merubah pandangan hidupnya.

Kakak ku disana, aku harap kau baik-baik saja. Tenang, bukan hanya aku yang merasa kau istimewa. Namun, ada satu mahluk kecil yang juga memikirkan hal yang sama.

Untuk tetap menjadi seorang Putri yang baik kedepanya. Aku janji kepadamu Joaquin Amidalla, ketika kau pulang nanti pintu Dardania akan aku buka selama kau ingin.

Untuk temanku. Aku harap bisa bertemu denganmu lagi, walau rasanya itu tidak mungkin. Terimakasih untuk seluruh waktunya bersama. Aku tidak akan pernah lupa.

-Gabriella Amidalla-

.....




Suara ribuan kuda berlari, membuat kebisingan di padang rumput luas. Awan yang berawan menemani ribuan pasukan, awan gelap yang kemungkinan akan segera turun hujan. Didepan seluruh armada, terdapat 3 orang yang memimpin perjalanan mereka.

Seorang Putri, dan dua pengawal.

Di bising nya tapal kaki kuda, Master Sindu menoleh kearah tempat sang Putri mengendarai. Entah mengapa raut muka kesedihan terukir di wajah sang calon pewaris takhta, membuat perasaan khawatir yang timbul dari dalam dirinya. Namun, apa boleh buat. Meskipun memiliki masalah pribadi, menjadi seorang Putri merupakan tanggung jawab besar. Demi kebaikan Dardania di masa depan, mengorbankan suatu hal kecil akan sebanding.

Seluruh pasukan berjalan lurus satu arah, mereka pulang menuju Negeri Dardania untuk segera mengangkat Putri kebanggaan mereka.




...






Olisstin Town Square, Dardania.

Langit berawan kian bersemi, tak kunjung berhenti, semarak Perayaan Hally terus berlanjut di alun-alun kota Ollistin, Dardania.

Tak ada kata lelah di jiwa para pedagang.

Pujasera berdiri rapi di sepanjang jalan alun-alun, penduduk Dardania menyempatkan diri untuk membeli sesuatu di sana.

Savior Of Petra : The Charioteer's SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang