15. In The Heart Of Princess

59 8 7
                                    

Sudah bertubi-tubi tamparan menghantam muka cantik sang Putri. Tanpa ampun Sang Raja bagai dirasuki mahluk keji.

"BERDIRI!"

PRAKKK!!!

"BERDIRI!!"

Darah mengalir disekujur wajah Gabriella, wanita berambut hitam itu tak ada tenaga untuk melawan. Kakinya kebas karena penetrasi beberapa waktu lalu.

Telapak tangan mengayun sangat cepat, tak ada rasa ampun sang Raja meluapkan seluruh emosinya ke anak perempuannya itu.

PRAKK!!!

Pondasi yang Gabriella buat tak tertahankan, ia runtuh. Namun berulang kali sang Raja mendirikan tubuhnya untuk satu kali hantaman tambahan.

"BERDIRI!"

Roman muka rapuh, nafas Gabriella menderu, dengan darah yang memenuhi muka, ia menatap mata ayahnya tajam.
Tak akan membiarkan satu pukulan mengenai wajahnya lagi, meskipun ia bersedia mendapat hukuman dari Raja-namun jika hal ini dibiarkan maka ini harus menjadi yang terakhir kali.

Ayunan tangan melayang sekali lagi.

Namun kali ini berbeda, dengan badan yang lemas Gabriella mencoba menahan ayunan tangan sang ayah. Dengan tatapan tajam ia menatap, "Cukup!"

"Aku bukan peliharaan!" ucap nya lirih.

Richard menatap balik, mengambil kesimpulan akan aksi Gabriella yang berani,
"Sekarang sudah berbeda, ya."

Richard menghempaskan genggaman tangan yang bersentuhan diantara mereka.

"Kau lebih berani melawan ."

Kulit Gabriella tak pernah tergores satu pun benda, bahkan seseorang yang pernah dianggap sebagai lulusan terbaik di asrama tak memiliki daya tahan yang kuat. Perih, ia merasa pipi nya tergores. Kali ini dirinya tahu kondisi tubuhnya tidak bisa dianggap baik. Jelek, buruk, lusuh.

"Selendang busuk."

Richard memunggungi gadis berambut hitam, mengambil langkah pergi ke meja kerja nya.

"Di dunia yang kejam ini tak ada yang bisa kau andalkan."

Cawan emas yang berdiri di atas meja ia arahkan ke mulut, sembari meneguk dengan tenang, ia melanjutkan kalimat, "Hidupmu yang seharusnya menaruh kebencian terhadap masyarakat kecil hilang kemana?" suara nya tenang.

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Raja, Gabriella menguatkan genggaman. Pembelajaran yang selalu ia dengar di asrama, semua guru diharuskan mengajar ideologi itu, ideologi yang menurutnya tidak benar. Ideologi ini juga diberlakukan di negara besar lain. Itu membuat- nya lebih kesal.

Di Dardania sendiri, mereka memanfaatkan sistem pajak yang tinggi setiap perayaan Hally.

Bahkan yang menurutnya lebih aneh, bangsawan di Dardania dipisahkan secara kasta. Padahal di dalam sejarah nya, semua manusia yang dulunya menginjakan kaki di Dardania dilambangkan satu persatuan. Namun seiring berjalannya waktu, setiap pemimpin Dardania selalu merubah aturan demi aturan. Kasta tertinggi memijakan kaki di istanah, bangsawan yang tinggal di luar istanah kerap kali diperlakukan tidak adil.

Kejadian itu membuka wilayah gelap yang memberontak istanah. Berada di bagian barat dan utara Dardania, masyarakat ibu kota menyebut wilayah itu sebagai "Wilayah gelap" banyak pemberontakan yang terjadi di dekat wilayah sana.

Menjadi area yang dihindari bagi beberapa orang yang tinggal di wilayah ibu kota Ollistin, dan sekitarnya.

Ruangan yang sepi tak membuat Gabriella gentar. Berhadapan dengan seseorang pemimpin ia tak takut, niatnya hanya ingin meminta maaf. Pukulan tak membuat dia mengurungkan niat.

Savior Of Petra : The Charioteer's SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang