Keenan mengetuk pintu rumahnya cukup keras sehingga membuat si kembar mengerutkan dahinya bersamaan.
Nanang berjalan dengan santai menuju pintu rumah yang masih tertutup rapat. Begitu dibuka, tidak ada tanda-tanda keberadaan Keenan.
Nanang lalu mengalihkan pandangannya ke sisi kanan. Terdapat mobil Keenan di sana. Lalu Keenan muncul sambil menggendong Nadia yang sudah terlelap.
"Nadia ketiduran?" tanya Nanang.
Keenan menganggukkan kepalanya. "Nang, tolong ambil kunci mobil terus kunci pintu, ya? Jangan lupa pagernya juga," titah Keenan.
Melihat Keenan menggendong si bungsu membuat si kembar beserta Leo berdiri bebarengan.
"Nadia kenapa?" tanya mereka dengan kompak.
"Cuma ketiduran, Mas gak tega banguninnya," jelas Keenan singkat.
Hampir saja jantung Leo dan si kembar copot, mereka kira Nadia pingsan karena asmanya. Semua pikiran negatif yang sempat singgah pun segera menyingkir dari otak Leo.
Keenan kembali turun ke bawah sambil merapikan kemejanya.
"Kalian udah makan?"
Leo, Juan, Yuan juga Nanang kompak menganggukkan kepalanya.
"Yang lain?"
"Mas Dasa masih di shop-nya, kalau Dean lagi ngaterin Lucas sama Hendrik ke bandara," jawab Nanang.
"Loh mereka mau ke mana?"
"Ibunya Bang Lucas sakit," timpal Juan yang masih memperhatikan dua kakaknya berbicara.
"Masuk rumah sakit lagi?"
Nanang menggelengkan kepalanya. Sedangkan si kembar dan Leo kembali berkutat pada buku dan ponsel masing-masing. Si kembar tengah mengerjakan tugas sekolah ditemani dengan Leo yang bermain game online.
—
Keenan baru selesai mandi. Ia mengeringkan rambutnya sambil menggosok-gosokkan handuknya pada rambut hitamnya.
Ia berjalan menuju kamar Nanang yang tertutup rapat. Diketuknya pintu bertuliskan Nanang itu dengan pelan.
"Mas Keenan, ya? Masuk aja."
Keenan membuka pintu kamar Nanang dan disuguhkan dengan pemandangan Nanang yang rebahan di karpet bawah sambil menonton televisi.
"Ada masalah apa nih? Gak biasanya sampe nyamperin ke kamar gini."
Oh benar, sejak kecil Nanang memang sering kali menjadi tempat Keenan berkeluh kesah.
"Nadia tahu."
"Hah?"
"Tadi gue ngasih tau Nadia tentang kelahirannya dulu."
Suara Keenan begitu lemas hingga membuat Nanang bingung harus merespon apa.
"Katanya nunggu Nadia 17 tahun? Ini kok udah dikasih tau?"
"Gue gak tega ngeliat dia bertanya-tanya terus kenapa dia tiba-tiba punya asma atau kenapa gue sama Dasa gak kembar."
Mata Nanang melebar dengan cepat. "LO NGASIH TAU ITU JUGA?"
Keenan menggelengkan kepalanya. "Enggak lah, gue cuma ngasih tau satu doang ke Nadia. Sisanya gue beneran nunggu anaknya sampe 17 dulu."
"Emang kenapa sih?"
"Apa? Gue nunggu Nadia sampe 17 tahun?"
Nanang mengangguk dengan polosnya membuat Keenan agak gemas dengan adik pertamanya yang sekarang lebih sering menunjukkan sisi (sok) tegasnya didepan adik-adik yang lain.
"Biar Nadia nikmatin usia remajanya dulu, begitu dia udah legal, dia bakal paham kalau bertambah dewasa itu gak cuma sekedar nambah usia aja."
"Nadia bakalan ketemu dengan banyak masalah yang lebih besar diluar sana begitu dia udah dewasa, gue juga mau memanfaatkan hal ini biar Nadia bisa belajar mulai dari sekarang gimana dia harus menanggapi suatu masalah."
Keenan merebahkan tubuhnya di sebelah Nanang. Banyak sekali masa sulit yang mereka lewati bersama, terutama ketika Nadia lahir.
"Lo kalau ngerasa capek bilang ke gue, lo udah banyak kerja keras dari kecil buat ngurusin gue sama yang lain," ujar Nanang.
Keenan menggelengkan kepalanya. Diantara ia dan adik-adiknya, hanya Keenan yang paling banyak menghabiskan waktu dengan Ayah dan Bunda.
Keenan tentu ingat pesan-pesan yang pernah keduanya berikan pada Keenan, terutama mengenai tanggung jawab ketika Keenan diberitahu ia akan memiliki seorang adik.
"Gue udah sering ngerasa capek. Tapi rasa capek gue bener-bener kehalang sama keinginan gue buat ngelindungin kalian semua, karena gue punya banyak waktu sama Ayah Bunda sedangkan kalian nggak."
✰✰✰
YA AMPUNNNN MAAF BANGET LUPA UP 😭😭😭😭 ABIS INI AKU KASIH DOUBLE UP YA GES
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadia The Explorer [✓]
FanfictionHidup sebagai Nadia yang dilahirkan sebagai si bungsu dengan sembilan kakak laki-lakinya apakah cukup menyenangkan?