Pagi ini tidak ada yang spesial dari keseharian Dasa. Bangun pagi, cuci muka, gosok gigi, lalu mengurus hewan-hewan penghuni rumahnya.
Dari total enam hewan piaraan di sana, empat dari mereka hampir setiap hari diurus oleh Dasa. Sesuka itu Dasa dengan hewan.
Sisanya Poopy dan Daegal diurus oleh pemilik masing-masing. Alasannya karena Leo sangat protektif dengan Daegal serta Dasa yang (sejujurnya) agak ngeri melihat tokek milik Nadia.
"Lucas, udah beli makanan Bella apa belom?"
Dasa menghampiri seonggok anak manusia yang masih terjaga di alam bawah sadarnya.
"Woi!"
"Bangun heh mahasiswa apaan yang sering ngebo gini!"
Karena tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar, Dasa berinisiatif untuk mengangkat kakinya lalu ia tempelkan di paha belakang Lucas.
Dalam dua detik, tubuh besar milik Lucas itu terguling dan menampilkan penampakan wajah Lucas dengan diselingi dengkuran kecil dimulutnya.
"ASTAGA."
"Oh my god, why you so berisik, Mas?"
"Oh my god oh my god ndasmu, pakan asu-mu iki endi?" balas Dasa dengan medoknya.
(translate: oh my god oh my god kepalamu, mana makanan anjingmu?)
"Ini berdua pagi-pagi kenapa ribut pake dua bahasa sih?" ujar Keenan.
Melihat Keenan sudah berpakaian rapi membuat kedua mata Lucas sontak beralih pada jam weker di sampingnya.
Baru jam enam lebih sepuluh.
"What are you talking about?" tanya Lucas.
Dasa benar-benar dibuat emosi dengan bule Hongkong didepannya ini. Ia tahu betul bahwa Lucas PAHAM dan BISA berbahasa Indonesia, tapi setiap ia berbicara selalu diselingi dengan bahasa Inggris yang membuat kepalanya pusing.
Bukan karena tidak paham tapi Dasa bingung karena Lucas mencampur dua bahasa sekaligus.
"Makanan your asu mana? Katanya mau beli?"
"Oh makanannya Bella,"–Lucas berdiri mengambil satu kotak makanan anjing di lacinya–"nih ambil aja sekalian buat Daegal."
"ITU BISA GAK PAKE ENGLISH!"
Lucas hanya membalas dengan senyum tak ikhlasnya lalu kembali tidur diatas ranjangnya.
Jangan tanya berapa tingkat emosi Dasa saat ini. Yang pasti, sekali ada yang mengganggunya lagi, Dasa akan berubah menjadi gunung berapi.
Meledak.
Diluar kamar sendiri ada Hendrik dan Dean yang diam-diam menggibahkan sesi pergelutan Lucas dan Dasa pagi ini.
"Ngapain kalian bisik-bisik di sini?"
Hendrik sontak menggelengkan-gelengkan kepalanya dan Dean berpura-pura mengupil.
"Gibahin gue ya?"
"Apaan pede banget lo jadi manusia," balas Dean dengan cepat.
"Halah ngaku lo berdua!"
"Apaan sih? Orang gue cuma ngupil di sini. Nih si wibu yang ngajak gibah," tambah Dean lagi dengan berapi-api.
Hendrik yang sedari tadi diam dan tiba-tiba di fitnah merasa tersakiti. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Hendrik yang ditarik Dean untuk menggibahkan Dasa di sini.
"Lo kok lempar batu sembunyi tangan sih? Mana bawa-bawa wibu lagi, jangan sok iye deh lo," balas Hendrik.
"Emang bener lo yang ngajak gibah di sini!"
"AAA DIEM DEH LO BERDUA BACOT AMAT," tukas Dasa sambil menyerobot di antara Dean dan Hendrik.
Lalu diujung tangga sana ada duo bungsu dan Nanang yang tertawa sambil melihat ke arah mereka.
Dean segera berjalan dengan cepat sambil menunjuk ketiganya. "WAH LO PADA GIBAHIN GUE YA!"
Dean lalu berlari mengejar dua adik dan satu kakaknya yang juga berlarian ke arah yang berbeda.
"Mampus! Gibah sama ngefitnah lagi sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadia The Explorer [✓]
FanficHidup sebagai Nadia yang dilahirkan sebagai si bungsu dengan sembilan kakak laki-lakinya apakah cukup menyenangkan?