Eps 9 DIANTARA DUA PILIHAN

35 27 6
                                    

Berjalannya waktu, aku sering spend time lebih bersama Ryan daripada sahabatku sendiri meskipun Adi masih syutting di lingkungan kampus aku namun, komunikasi aku dengannya tidak seperti dulu lagi demi tercapainya suatu cara tersebut. Walaupun semua kenangan aku bersamanya dulu masih tersisa dalam hati ini, tapi itu semua aku harus tegar untuk memantapkan keputusan caraku ini. Ryan juga belajar dalam memahami situasi dan kondisi saat ini, saat aku mencoba membahas masa lalu aku waktu bersama Adi, ia selalu berkata...

"Sudahlah Nad, biar yang berlalu tetap berlalu. Yang paling penting saat ini, bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu untuk masa depan."

Ia memang sangat dewasa dalam berpikir dan bijaksana dalam menyampaikan, wajar saja banyak wanita di kampus ini yang tergiur dengan impersonatenya Ryan tetapi yang aku herankan sampai saat ini mengapa harus aku yang berada disampingnya? Padahal diriku ini tidak secantik dari teman-temanku lainnya seperti Caca, Angel, Sasa, Riri namun saat ini aku yang disampingnya, sebenarnya dalam hati berharap ini yang terbaik disuatu saat nanti tetapi tidak akan mungkin harapan ini terjadi, rasaku saja masih aku simpan untuk Adi, bagaimana aku bisa memilikinya jika dalam ruang ini masih ada yang tersimpan. Aku pun mengabaikan itu semua, kembali fokus kepada dia yang disampingku saat ini karena aku ingin membuat orang lain bahagia saat disekitarku.

Kemudian, setelah aku mencoba melepaskan rasa yang lama secara perlahan aku pergi bersama yang lain hidupku serasa lebih tenang dan tidak ada beban dalam benak ini. aku sungguh bersyukur bisa berkesempatan untuk berada disampingnya Ryan, semoga dia bisa menjadi yang terbaik untukku selamanya. Namun, sahabat lamaku selalu bertemu dimana pun aku berada sehingga aku merasa sulit dalam melupakannya dikenyataan walaupun aku sahabatnya tetapi you know.. Ryan selalu berkata seperti ini padaku

"Sudahlah Nad, jika kamu masih merindukannya aku persilahkan kamu untuk melepaskan kerinduanmu pada sahabat Nadia."

Aku selalu heran dalam setiap perkataannya Ryan dan selalu terlintas pertanyaan dibenakku ini

"Hah..! kok kamu bisa seperti itu?."

(Ia hanya tersenyum singkat saja)

"Iya ... sebab aku ini kan termasuk orang baru yang muncul dalam hidup Nadia, jadi aku tidak mau hubungan persahabatan kalian yang sudah terbentuk lama sejak kecil, retak hanya karena aku."

Ryan memang pria sejati, wajar banyak yang mendekatinya kalau dia sudah bertahta pada satu cinta dia akan selalu jaga itu dan takkan pernah lepas sampai kapanpun hingga dia menunggu waktu yang tepat untuk bahagia selamanya. Selain itu juga dia sangat menghargai masa lalu orang lain dan tidak pernah dia mengungkit-ungkit masa lalu dirinya maupun orang lain, aku sangat senang dan bersyukur bisa disampingnya.

Ditengah terik cahaya matahari, dibawah pohon yang rindang aku sama Ryan menikmati angin spoy-spoy yang menerpa ke wajah kami. Tiba-tiba tidak ada angin yang mengundang, Adi datang menghampiri kami dan langsung menarik tanganku ketempat lain, lalu aku menjadi shock dan melepaskan dari pegangannya tetapi . . .

"Ih . . . apan sih lepaskan tidak Adi!."

"Aku tidak akan lepaskan kamu hingga nanti" dia menatap mataku dengan serius.

Mataku langsung berpaling kelangit, seakan aku sudah tahu itu hanya omongan saja. Aku sudah Lelah menaruhkan perasaan yang tidak terbalaskan oleh Adi dan aku ingin bahagia walau tanpanya.

"Hingga nanti, maksudnya? Kita kan cuman sahabat, itu kan yang kamu janjikan ke aku dulu....?" kesal aku.

"Iya kita memang sahabat, tapi aku baru sadari sahabat suatu saat akan berubah menjadi cinta.. jadi, maafkan aku kalau aku tidak peka dengan kamu kemaren ..." semakin erat pegangannya.

Aku yang melepaskan tanganku dari pegangannya dan aku hanya bilang,

"Maafkan aku juga, semua sudah terlambat rasa yang aku simpan hanya untukmu sudah aku lenyapkan karena aku tidak sanggup bila harus bertahan seperti ini. jadi, aku harap kita tetap terjalin sebagai sahabat saja . . ." aku pergi meninggalkannya.

Lalu, menarik tanganku kembali . . .

"Tapi, kita sudah mau menikah Nadia . . ."

"Iya aku tahu, aku sudah berkomitmen dengan hatiku kita hanya sebatas sahabat saja . . ."

Tidak jauh aku meninggalkannya, tiba-tiba . . .

(burg . . .!)

Aku langsung menoleh kebelakang dan menarik tangan Ryan dari Adi, aku langsung meninggalkannya tanpa sepatah kata pun terucap di bibir ini kepada Adi. Kami pun pergi menuju ke kelas untuk mengambil tas, siap-siap pulang seperti biasa kami sebelum sampai ke rumah selalu singgah ke café favorit Ryan dan kini menjadi favoritku. Hari itu aku sangat menikmati minuman favoritku yaitu jus alpukat, karena jarang aku minum jus tersebut soalnya minuman ini sangat diminati orang banyak. Entah kenapa ditengah kenikmatan aku, Ryan selalu berkata seperti ini..

"Nad, lebih baik aku mundur saja ya" sambil menatap mataku dengan serius

Aku terkejut ...

"Maksud kamu gimana?."

"Iya . . . tadi kan aku dengar kamu mau nikah sama dia. Jadi aku tidak mau hubungan kalian rusak karena aku . . . Jadi, biar aku yang mengalah."

Aku pun kembali menunduk dan menoleh ke kiriku sambil menahan air mataku ini, sebab aku sudah merasa nyaman didekat Ryan dan aku tidak mau merasa kerinduan lagi seperti dulu rasanya perih bila harus menahan kerinduan itu. Tetapi aku tidak menyerah

"Ryan, iya betul aku memang mau dinikahi oleh orangtuaku dengan Adi tapi ..." aku langsung berhenti melanjutkan penjelasanku karena aku tak sanggup menahan air mata ini kembali.

Ia menjadi serba salah, harus bertahan dengan keputusannya atau membiarkanku menangis seperti ini. dan akhirnya berat rasanya aku mengungkapkan yang sesungguhnya, tapi disaat aku ingin angkat bicara.

"Nad, aku mengerti kok gimana perasaan kamu sekarang tapi ..."

Aku menatap kembali matanya

"Tapi apa Ryan?."

"Tapi, aku harus kuat dengan kenyataan ini jadi biar aku yang pergi dari hari-hari kamu karena aku tidak ingin merusak hubungan kalian berdua" dia langsung pergi dan membayar semua minuman kami ke kasir.

Aku menangis sejadi-jadinya sebab hal seperti ini yang tidak pernah aku duga dan kini terjadi, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya aku bisa kembali bersama Ryan dengan menjelaskan semuanya yang ada. Setelah dia pergi duluan dari café itu, kemudian aku pergi meninggalkan café itu dan mencarinya apa yang terjadi pada Ryan sekarang.

DUA PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang