🌻🌻🌻
Tangisannya memecahkan keheningan kelas, sebab saat ini lah Nadia meluapkan apa yang sedang dipendamkan selama ini. Tiba-tiba datang temannya menghampiri mejanya, Namanya Ryan.
"Hai ..." sapanya.
Selepas mendengar suaranya yang lirih, Nadia langsung menghapus deraian air mata dipipinya dan Nadia mencoba menyembunyikan sedihnya.
"Hai"
"Kamu kenapa?"
Nadia hanya terdiam membisu saat ditanya dengan pertanyaan itu, karena dia tak ingin menangis lagi didepannya. Cukup Nadia yang merasakan seperti ini dengan Adi.
"Hmm, okelah kalo gitu kamu gak mau cerita, aku gak maksa kok. Btw kita pulang bareng yukk nanti?"
Nadia hanya menatapnya dengan datar dan mungkin dengan wajahnya saat ini dia sudah tahu jawabannya pasti berat untuk mengatakan "iya" atau "tidak". Tetapi Nadia tetap tersenyum meskipun tidak seperti senyumnya yang dulu saat bersama dia. Ryan sungguh mengerti dan dia benar-benar mau pulang bareng dengan Nadia.
Kemudian, dosen pun masuk ke kelas dan beliau siap memberikan materi-materi hari itu. Sedangkan Nadia berusaha untuk fokus tapi air matanya bercucuran tanpa diminta. Dan mereka melihatnya.
"Nad, lu ngapa?" Tanya Caca.
Nadia langsung menghapuskan air mata ini,
Nadia menguatkan dirinya sambil tersenyum."Nggak ada kok"
Berjalannya waktu, waktu pelajaran pun telah usai dan waktunya kami pulang. Selepas Nadia keluar dari pintu kelas, ternyata Ryan memang benar-benar menunggunya di parkiran Nadia pun menyusulnya.
"Hai, makasih ya" tetap tersenyum.
"Hai . . ayo kita pulang"
Nadia tersenyum kembali ternyata masih ada orang yang perhatian seperti Adi dulu.
Setelah Nadia masuk kedalam mobilnya Ryan, entah kenapa matanya terpaling kearah Adi di lokasi syutingnya seakan dia juga melihat kearah mobil. Nadia tak ingin menghiraukan dia lagi dan Nadia mencoba menghargai orang yang ada disampingnya saat ini, matanya pun langsung beralih kearah depan. Nadia dan Ryan hanya menikmati sunyi didalam mobil, tidak ada yang satu pun memulai berbicara. Nadia hanya terdiam membisu menatap kedepan dan menahan tetesan air mata ini, ternyata Ryan tahu kalau Nadia sedang berada diposisi ini akan tetapi dia tidak ingin mengungkit masalah Nadia malah dia mengajaknya ke suatu restaurant dan kebetulan tempat ini tempat favoritknya bersama Adi waktu itu. Nadia harus berkomitmen pada diriku bahwasannya Nadia harus bisa menghargai orang yang ada didepan matanya saat ini dan dia telah mencoba untuk menghapus segala sedihku.
"Makasih Ryan"
"Gak perlu kamu berterimakasih udah sewajarnya kan gue sebagai temanmu untuk menenangkan hati mu itu."
Nadia hanya bisa menundukkan kepala saja sambil menikmati minuman favoritku.
"Oh iya . . ." Sambut Nadia berpapasan saat dia juga ingin seakan ada yang mau dia bicarakan juga.
Nadia kembali menyeduh minumanku untuk memberikan kesempatan padanya.
"Ya udah kamu duluan bicara" Ryan mengalah.
"Nggak, kamu aja dulu"
Dia pun kembali menyeduh minumannya sebelum mulai berbicara.
"Hmm, kamu udah siap tugas?"
Nadia pun menatap matanya secara dalam
"Tugas apa emangnya?"
"Tugas wawancara ke masyarakat, kamu belum juga?
"Oh iya ya ... waduhh, itu kapan lagi ngumpulnya?"
"Minggu depan"
Nadia langsung membereskan barang-barangnya dan membayar minumannya, untuk segera siapkan tugas itu secepatnya.
"Eh, mau kemana?"
"Maupulang, mau ngerjakan tugas.. ok."
"Eiitts . . . tunggu2 kita ngerjain bareng yukk.."
Nadia menghela nafas dan akhirnya aku nerima ajakan dia lagi dan kami pun berangkat pulang.
"Oke, makasih ya udah nganterin.. oiya jangan lupa ya nanti malam kita ngerjain tugas ini . ." mengingatnya.
"Oke . . ."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN
أدب المراهقينSILAHKAN 🌼🌻🌸 __________________________________________ Nadia dan Adi memang telah bersahabatan lama dari mereka kecil, tetapi yang namanya persahabatan dengan lawan jenis tidak akan pernah lepas dari sebuah perasaan ingin untuk memiliki. Namun p...