"Sudah sayang, bunda mengerti kok perasaan kamu sekarang dan bunda selalu support apapun itu pilihan kamu." bundanya memeluk putri sulungnya itu yang semakin menangis tanpa suara dipelukan bundanya yang hanya mengerti perasaannya sekarang.
"Nadia sayang sama Ryan bun, tapi?"
Bundanya mengelus-elus pundak putrinya itu.
"Sudah sayang, bunda selalu doakan yang terbaik untuk kamu dan Vio. Istirahat lagi sudah malam."
Bunda pun keluar dari kamar putri sulungnya dan menutup pintu kamar putrinya sedangkan aku masih menangis diatas ranjangku dan hari ini sangat sulit aku bendungkan tangisan ini, hingga aku tertidur pulas pukul 2 malam. Lalu Nadia tetap terbangun pukul 5 pagi, karena apapun itu yang terjadi dihadapan manusia sekalipun dengan keterikutan orang satu darah sama kita, tetap selalu tuangkan semua baik itu suka maupun duka kepada Maha Kuasa, sebab hanya Dia yang mampu semua memberikan solusi dan jalan yang terbaik untuk kita.
Kemudian pada pukul 6 pagi, aku membuka tirai jendela kamarku lalu menghela nafas dan mencoba untuk senyum seperti dulu walaupun sulit bisa tersenyum seperti dulu lagi kali ini. Dikarenakan hari ini kelasku tidak ada matakuliah, jadi firasatku untuk menghirup udara sejenak di taman favoritku masa dulu sama sahabat kecilku yang sekarang lagi tidak baik-baik saja dan itu Adi. Tak lama kemudian, Ryan mulai chat aku.
"Pagi, ada kelas gak hari ini?"
"Hari ini libur."
"Sore ke taman yuk, pengen healingsaja."
Sebenarnya aku senang ternyata ada yang peduli dengan posisiku saat ini tetapi kata ayah memintaku untuk meninggalkan dirinya, namun aku tidak bisa karena hanya dia yang mengerti aku selama aku dan Adi tidak baik-baik saja. 3 menit kemudian baru aku menerima ajakannya.
"Okey, memang mau taman dimana?"
"Hm ... gimana kita ke taman Cattleya?"
"Boleh, btw itu tempat favorit gue."
"Okey, gue jemput lo jam setengah 5."
"Okey."
Setelah merespon chat dari Ryan, aku melihat cuaca pagi itu sangat sesuai dengan perasaanku saat itu antara bahagia atau sedih dan aku tidak bisa memilih karena keduanya saling melengkapi, lalu hanya orang yang tepat untuk memiliki rasa saling melengkapi itu. Tiba-tiba bunda mengetuk pintu kamarku.
"Sayang itu ada Adi di ruang tamu, kamu samperin ya."
Aku terkejut mendengar kabar dari bunda ternyata Adi sudah di rumahku.
"Iya bunda, nanti Nadia samperin."
Aku menghela nafas perlahan dan aku pun menyamperin dia di ruang tamu, ternyata ada adikku Vio yang sedang bermain dengannya.
"Vio kamu gak belajar?"
"Tadi sudah kak, main dulu sama kak Adi."
"Main apa itu?"
"Main ludo kak, ikut kak?"
"Lagi malas main kakak." sambil senyum agar Vio tidak bertanya ke hatinya.
Adi sedang fokus dengan permainannya dengan adikku dan akhirnya dia kalah, sedangkan aku sedang melihat beranda Instagram orang-orang di luar sana dengan berbagai caption dari orang-orang yang membuat aku sedikit senyum saat membacanya. Kemudian Adi pun melihatku.
"Nad, jalan yuk? Hari ini lo ada kelas gak?"
"Nggak ada, nanti setengah 5 gue mau keluar." aku masih menscroll Instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN
Teen FictionSILAHKAN 🌼🌻🌸 __________________________________________ Nadia dan Adi memang telah bersahabatan lama dari mereka kecil, tetapi yang namanya persahabatan dengan lawan jenis tidak akan pernah lepas dari sebuah perasaan ingin untuk memiliki. Namun p...