Eps 20 HARI INI BERBEDA DRASTIS

23 13 2
                                    


Setelah Nadia berada di dalam kamar, lalu dia mengunci pintu kamar dan menangis sejadi-jadinya tanpa suara, mengapa semua harus terjadi dalam waktu yang bersamaan disaat hati belum siap untuk mengikhlaskan dan memutuskan serta cara seperti apa yang tepat untuk Nadia memilih pada akhirnya dan tidak ada siapapun yang merasakan tersakiti oleh pilihan akhir Nadia karena prinsipnya ingin bahagia tanpa dipaksa. Pipinya yang sudah basah dengan air matanya yang tidak sama sekali diinginkan oleh Nadia, namun keluar sendiri tanpa diminta dan tanpa suara. tidak lama kemudian, bunyi dering telefon dari Ryan berbunyi sedangkan jemarinya Nadia bergetar untuk mengankatnya sambil menahan sesugukkan tangisannya.

"Halo Nad, are you okay?"

" ... Hai," Nadia menjawab dengan suara bergetar menahan tangisnya.

"Nad, lo nangis ya? cerita ke gue, karena masalah tadi ya?"

"No, I don't cry. ... I'm okay Ryan." Nadia berusaha menahan tangisnya.

"Nad, lo istirahat ya. Gue tidak ingin lo sakit."

"It's okay Ryan, I'm fine." Nadia perlahan mulai tegar.

Ternyata yang merasakan hari itu berbeda dari hari sebelumnya, tidak hanya Nadia saja tetapi Ryan juga merasakan perasaannya yang mulai memuncak mencintai hati dari sosok Nadia itu yang tidak ada di hati perempuan lain.

"Nad, I'm sorry to say it."

"Why?"

Sebelum dia mengatakan perasaannya, Ryan menghela nafasnya pelan-pelan.

"I love you so much Nadia Putri Kharisma Syafitri."

Nadia terdiam bisu dan menangis apa yang harus dia lakukan untuk hari ini bisa memiliki waktu seperti orang-orang yang hidupnya tidak serumit ini, lalu Nadia pun mengakhiri telefon dari Ryan tanpa meninggalkan kata-kata apapun dari bibirnya Nadia. Sedangkan Ryan memanggilnya berulang kali dan ia melihat telefonnya hanya wallpaper saja, ternyata Nadia sudah mematikan telefonnya tanpa meninggalkan kata-kata apapun seperti biasa, sehingga Ryan semakin khawatir dengan keadaan Nadia sekarang sedang ada apa hingga hari-hari itu Nadia sangat berbeda, biasanya periang dan hari itu Nadia menjadi pendiam tetapi ada yang ingin dia sampaikan namun dari bibirnya merasa sulit untuk menyampaikannya. Ryan pun mencoba untuk chat dirinya.

"Nad, hari-hari ini lo berbeda dan lo kenapa Nad? Plis Nad, cerita ke gue."

Berharap dijawab secepatnya namun kenyataannya chat Ryan hanya ceklis satu dan itu pertanda bahwa Nadia antara mematikan data selularnya atau jaringan yang sedang menganggu kondisi itu. Sedangkan Nadia masih menangis membuat dirinya tidak bisa mengeluarkan rangkaian kata jadi kalimat dari bibirnya Nadia untuk hari itu dan akhirnya jarum jam menunjukan pukul setengah 12 malam Nadia pun berteriak untuk mengeluarkan apa yang dia rasakan hari itu. Lalu tidak lama kemudian, bunda dan ayahnya pun mengetuk pintu kamarnya Nadia untuk melihat kondisi anak gadisnya itu sedang apa yang terjadi padanya.

"Sayang, kamu kenapa? buka pintunya sayang." pinta dari bundanya.

Nadia menghapus air matanya pelan-pelan.

"Nadia butuh sendiri bunda."

"Nadia, buka pintunya gak? kalau tidak, ayah dobrak pintu kamar kamu ini."

Bundanya menenangkan suaminya dengan suara pelan, akhirnya mau tidak mau Nadia harus membuka juga pintu kamarnya dengan deraian air matanya didepan bunda dan ayahnya.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya bunda sambil menggenggam jemari putrinya itu dan Nadia memeluk erat sang bunda.

"Ini pasti karena cowok tadi yang genggam jemari kamu kan?" sambar ayahnya.

"Memang kenapa ayah kalau Nadia sama Ryan?"

"Kamu itu sudah dijodohkan sama Adi."

"Tapi ayah, Nadia sama Adi lagi tidak baik-baik saja."

"Kamu benci sama dia hanya karena dia tidak mengabari saat dia disana dan datang kesini tanpa mengabari kamu kan? itu kan masalah kalian? sudahlah Nad, kamu udah dewasa bukan anak kecil lagi."

Nadia menghela nafas pasrahnya dan memalingkan sekejap matanya ke arah tirai jendela kamarnya.

"Ayah itu tidak mengerti perasaan Nadia saat ini, yang Nadia rasakan itu Nadia udah cinta sama Ryan tetapi berat untuk melangkah karena terhalang sama restu."

"Pokoknya mulai hari ini tinggalkan Ryan dan kembali ke Adi karena itu sudah jelas masa depan kamu." ayahnya pun keluar dari kamar Nadia.

"Plis, ayah dengarin suara hati Nadia kali ini saja." memohon dengan suara Nadia yang sudah serak karena menangis berada di situasi yang tidak diinginkan olehnya dan bundanya mengelus-elus dada anak gadisnya itu. 

DUA PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang