Nadia menguap kecil, matanya berkali-kali merem-melek karena masih ngantuk. Hari ini dia nebeng kakaknya karena kesiangan dan masih ngantuk. Kalau mengendarai motor sendiri, ia takut bukan sampai dikampus tapi sampai di rumah sakit. Dia berada didepan fakultas, duduk dibangku taman sendirian sambil menunggu Caca datang. Kelas masih dimulai 45 menit lagi, 45 menit masih bisa ia gunakan untuk melamun sebentar disini.Lalu ia melihat mobil yang tidak asing lagi baginya, ya Yaris putih milik Caca baru saja melintas dan mencari parkiran yang kosong. Nadia memperhatikan Caca yang masih terlihat noob memarkir mobil. Nasib baru belajar selama 3 bulan ya begitu. Awalnya Caca memang tidak memiliki mobil, namun akhir semester ia diberi tahu ayahnya kalau ada beberapa petak tanah milik keluarganya dijual untuk pelebaran jalan. Dan Caca mendapatkan bagian, dan gadis itu memilih membelikan sebuah mobil. Katanya sih biar kelihatan keren, karena kebanyakan anak Fisip menggunakan mobil ketika ke kampus. Sebenarnya tanpa jual tanah ayah Caca sangat mampu membelikan mobil, tapi Caca lebih senang kemanapun menggunakan Vespa -nya.
Caca berjalan dengan ribet membawa barang-barang yang sepertinya tidak perlu. Lunch box dan ewh apa itu? Durian? Kenapa Caca membawa durian ke kampus?
"Ca, lo kenapa bawa duren ke kampus?!" Ujar Nadia, Caca seperti tukang jual durian sekarang.
"Nadia, gue tuh baik. Ini bawain duren buat lo."
"Ca, gue gak suka duren kalau lo ingat?" Caca berfikir, Nadia tidak ada waktu untuk menanggapi Caca lagi. Bahkan kantuknya hilang menguap. Nadia masuk ke gedung fakultas menuju gedung departemen HI. Meninggalkan Caca yang masih ribet dengan durennya.
Brukkk...
"Anjir! Pake mata kek! Gak lihat gue segede gini?!"
"Enggak."
"Lah Reno?" Reno mengangkat alisnya, menatap Nadia yang tiba-tiba diam. Nadia kemudian berdehem, padahal hatinya ketir-ketir.
Ya lord kenapa ayang gue ganteng banget sih?!
"Jadi marah enggak?"
"Gak jadi." Nadia nyelonong begitu saja dari hadapan Reno. Lalu Caca yang datang membawa durian berada dihadapan Reno.
"Lo mau duren enggak?"
"Boleh, sini."
"Nah nih buat lo, gue lupa kalau Nadia gak suka duren. Bye Reno ganteng!"
"Okei, thank you." Caca berlari menyusul Nadia yang sudah ngibrit menuju kelas. Reno heran, teman Nadia juga ajaib bahkan lebih aneh. Lumayan dapat durian gratis, padahal ia kesini karena menemui Dirga.
Caca mendorong badan Nadia ketika dia sudah berada dibelakang Nadia yang sedang berdiri mengatur detak jantung. Namanya juga Nadia, pasti Caca langsung kena semburan mautnya.
"Caca gue kejongor gimana hah?"
"Lah lo malah melongo disini, gimana Nad rasanya nabrak Reno?"
"Kek lo nabrak tembok Ca."
"Keras dong, berarti badan Reno 6 kotak." Nadia memukul kepala Caca yang ngelantur. Memang otak begini susah diseterilkan, mau di desinfektan juga kumannya tetap stay there.
"Heh oncom gandum, otak lo kudu di semprot pake selang. Jorok!"
"Ya ampun Nad, gue ngomong fakta. Kata lo sendiri tadi kalau pas nabrak Reno keras ya berarti..."
"Caca! It's just a joke, right? Gue bercanda."
"Sialan, gue pikir iya keras beneran."
"Keras banget Ca, pala gue pening. Pening gara-gara mleyot!" Ujar batin Nadia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable
Fiksi UmumNadia, cewek penuh semangat dan kebahagiaan. Yang seperti tidak pernah memiliki lelah, menyukai ketua BEM paling kece dikampusnya, yakni Reno. Yang memiliki sifat putar balik banting setir dari Nadia. Sebuah kejadian membuat mereka antara menjadi de...