Chapter 7

11 4 0
                                    


  Satu bulan kemudian...

  Reno sudah pulih dari sakitnya, perkuliahannya juga sudah berjalan normal seperti biasanya walaupun tertinggal banyak materi. Walaupun begitu untuk urusannya di BEM masih di handle penuh oleh Nadia. Nadia sendiri sudah terlihat biasa melihat Reno, masih bungkam dan tidak ada basa-basi diantara mereka. Dirga, merasakan hawa tidak enak kalau Nadia dan Reno saling bertemu untuk membicarakan proker BEM. Entahlah Nadia selalu mengajaknya ketika bertemu dengan Reno. Seolah Reno adalah orang jahat untuk Nadia, sekarang ini.

  "Jadi untuk jurnal mingguannya bakal dipending sampai waktu yang enggak ditentukan. Kurang efektif dan efisien apalagi kita dalam bentuk cetak, kita butuh semacam website, satu web untuk berbagai keperluan."

  "Dana kita mepet."

  "Ren, kita kan bisa pake adsene-nya. YouTube channel BEM juga lumayan signifikan beberapa waktu ini. Ini timing yang cocok, apalagi menuju pendaftaran mahasiswa baru. Orang-orang pasti bondong-bondong cari informasi yang update, terpercaya, ya kalau bukan dari BEM sendiri apa? Cari kesempatan dalam kesempitan gak selalu salah." 

  "Data analisis nya ada?"

  Nadia memberikan beberapa lembar data yang sudah ia kumpulkan dari berbagai kementerian. "Lo pikirin lagi deh Ren, kalaupun kurang bisa kita perbaiki, kalau jadi bisa buat modal kabinet BEM selanjutnya."

  "Kalau gagal?"

  "Gagal? Dengan research yang gue dan anak-anak, lo masih bisa bilang begitu? Lo ngehargain usaha kita gak sih?!"

  Reno tentu terkejut mendengar Nadia mulai menaikkan nada bicaranya, terkesan sangat marah. Dirga paham, Nadia sedang setres karena mengurusi berbagai hal akhir-akhir ini. Apalagi program magang yang ia apply terancam gagal karena nilai UTS nya turun drastis.

  "Sabar Nad."

  "Sabar gimana Ga? Gue juga capek ngurusin BEM, jadi ketua pengganti, jadi sekjen, asdos, sampai nilai UTS gue 4 C semua Ga! Dan si sialan ini dengan gampang bilang 'kalau gagal'. Lo mikir gak capeknya gue? Program magang gue terancam gak lolos, apa gue masih bisa sabar?!"

  "Iya iya iya, sekarang tarik nafas dulu."

  "Lo aja yang tarik nafas, gue cabut. Urusin tuh, gue gak peduli lagi."

  Nadia pergi, meninggalkan semua kertas berisi evaluasi selama ia menggantikan Reno. Dirga mengacak rambutnya kesal, dia menatap Reno dengan jengkel. "Lo bisa gak sih kalau ngomong difilter dulu?"

  "Gue cuma bilang 'kalau gagal' apa salah?"

  "Tod, salah lah. Ini dirapatin 3 hari berturut-turut sama semua anak BEM, kita nyari solusi, dari cara sampai biaya. Lo kayak gak ada ngehargain ini, apa karena lo gak ikut bahas ini?"

  "Kenapa lo emosi banget?"

  "Mikir Ren, ini bukan soal lo doang. Ini menyangkut integritas BEM yang udah dibangun selama ini. Masih baik Nadia ngurusin ini, kalau Nadia gak ada, kacau balau semuanya."

  "Gue gak minta dia tanggungjawab sama pekerjaan gue."

  "Bangsat, ini lo urusin sendiri. Gak usah cari gue ataupun Nadia kalau mau egois sendiri. Kalaupun BEM bubar bukan salah Nadia tapi lo!"

  Dirga ikut pergi, dengan perasaan yang kesal seperti Nadia. Padahal Nadia dan Dirga sudah memaksimalkan pekerjaan mereka dan membuat terobosan agar lebih efisien, malah Reno seperti itu.

BEM-U Kabinet-A

Dirga
Pengumuman :
Mulai detik ini semua urusan presiden BEM kembali ke tangan Reno, Nadia selesai menjalankan tugasnya dan kembali memegang tugasnya sebagai Sekjen tanpa terkecuali.
Terima kasih

MemorableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang