Nadia mengetuk pintu kamar yang ditempati Reno, ia mengetuk beberapa kali sampai pintu terbuka langsung terpampang wajah Reno didepan mata Nadia. Gadis itu mengisyaratkan agar lelaki itu mengikuti dirinya ke halaman samping hotel. Mereka duduk bersebelahan, Nadia menghela nafasnya panjang."Lo sengaja bikin gue disini? Kalau gak jujur gue bogem lo."
"Iya."
Bukannya puas, Nadia malah tertohok dengan jawaban barusan. Jadi Reno benar-benar membuatnya terjebak di Munas BEM-SI padahal masih banyak orang selain dirinya yang bisa berangkat. Reno menengok dan menatap Nadia lekat, gadis itu sama, balas menatap Reno dengan intens.
"Gue sengaja."
"Biar apa?"
"Biar gue ada waktu untuk minta maaf tanpa lo bisa menghindar."
"Gak make sense banget alasan lo, minta maaf untuk apa?"
"Untuk semua hal jahat yang udah gue, ataupun keluarga gue terhadap lo."
"Apa sih?!" Perasaan Nadia tidak karuan, berarti cerita itu sudah sampai ditelinga Reno, pasti siapa lagi kalau bukan Sadam dan Dirga.
"Maafin Ayas, bukan lo penyebab gue kecelakaan Nad."
"Gue juga gak ngerasa bersalah kok, lo sendiri yang membahayakan keselamatan." Reno tersenyum tipis mendengar jawaban itu.
"Terus yang nangis pas gue di IGD siapa? Setan?" Ujar Reno setengah meledek.
"Ih lo ngatain gue setan gitu?! Gue cuma berusaha buat menghargai nyokap lo yang bela-belain telepon gue sambil nangis. Itu doang."
"Oh ya?"
"Lo kalau udah tahu gak usah belaga kagak tahu, gue gak merasa bersalah karena itu bukan salah gue, lalu gue menghargai tante Dira, gue masih punya hati nurani buat jengukin temen."
"Udah temen nih?"
"Gue sunat lagi lo ya?! Seneng banget mancing emosi gue. Yaiyalah temen, lo sendiri yang bilang anggap lo temen."
"Bagus. Enjoy hari lo disini Nad, 4 hari sekaligus liburan."
"Hm."
"Didepan anak-anak lagi ngopi, mau ikut? Sekalian kenalan sebelum besok munas mulai."
"Gak, pasti pada ngerokok. Lo tahu sendiri gue alergi sama asap rokok. Lo juga jauh-jauh dari gue, bau rokok." Reno menyentil telinga Nadia yang terbalut jilbab, membuat gadis itu spontan memukul paha Reno dan melototinya.
"Gue udah gak ngerokok ataupun vape or pods."
"Mustahil."
"Serius Nad." Nadia mendekat dan mencium bau badan Reno. Dulu Reno walaupun sudah memakai parfum tetap saja bau rokoknya terasa dihidung Nadia. Membuat Nadia jengkel sekaligus membuat Nadia berfikir positif merokok untuk mengurangi setres walaupun statement itu salah.
"Iya sih, gak bau rokok lagi. Kok bisa, lo digebukin nyokap lo karena hasil rongten paru-paru jelek?"
"Salah satunya."
"Udah gue bilang Ren, rokok tuh bikin penyakit. Lo suka nyari penyakit, kalau sakit yang repot siapa?"
"Yang peduli sama gue."
Nadia mendengus, Reno selalu gak mau kalah omongan dengan siapapun. Dia selalu bisa menjawab dengan alibi apapun dan itu logis. "Kalau misalnya gak ada yang peduli sama lo?"
"Setidaknya Allah gak ngasih gue ujian lebih berat dari kemampuan gue."
"Bisa gak sih ngalah jawabnya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable
General FictionNadia, cewek penuh semangat dan kebahagiaan. Yang seperti tidak pernah memiliki lelah, menyukai ketua BEM paling kece dikampusnya, yakni Reno. Yang memiliki sifat putar balik banting setir dari Nadia. Sebuah kejadian membuat mereka antara menjadi de...