Chapter 9

19 5 0
                                    


  Munas BEM-SI. Hari ini mereka pergi ke Bandung untuk menghadiri acara BEM terbesar se-Indonesia itu. Mereka menempuh perjalanan udara, karena dana dari kampus sangat cukup untuk pulang-pergi menggunakan pesawat. Sampai di asrama yang digunakan, Nadia langsung tidur karena tidak ada kegiatan lainnya hari ini. Nadia dengan segala hal simpelnya, cuma bawa satu koper kecil membawa baju untuk 3 hari disini include skincare dan make up, laptop juga masuk ke koper. Satu backpack kecil, isinya cuma powerbank, charger ponsel, dompet, dan tablet. Selebihnya hanya membawa niat dan badan sehat.

  Saking simpelnya Nadia, ia tidak membawa uang cash sama sekali. Ia hanya mengandalkan Laksa, si paling cash. Jujur saja, Nadia jarang memiliki uang cash lebih dari 150 ribu dompetnya. Ini fakta, karena ya jaman sekarang kan lebih mudah ada QRIS dan EDC yang memudahkan transaksi.

  "Nad, ada yang nyari tuh."

  "Siapa?" Tanya Nadia kepada teman sekamarnya, satu kamar dihuni dua orang saja. Dan Nadia mendapatkan teman dari Jakarta, kampus paling terkenal di Jakarta.

  "Gak tahu, temen lo kali." Nadia dengan lusuh berdiri dan membuka pintu. Ternyata Laksa yang datang, lelaki itu memberikan makanan dan uang cash berbagai pecahan senilai 500 ribu.

  "Thanks nanti gue transfer. Lo juga dah makan?"

  "Si tolol, kalau gue udah nawarin ya berarti gue juga ikutan beli dong!"

  "Tanya doang sensi bener lu." Nadia menutup pintu, Laksa walaupun sabarnya banyak, kalau dengan Nadia suka gemas sendiri. Nadia memang semaunya tapi tidak semena-mena pada orang. Ia makan bersama temannya, ngobrol hal random yang ternyata keduanya nyambung.

  "HAHAHA PERNAH GUE KEK BEGITU!"

  "Gue kasih gembok aja tuh motor, sekalian kagak bisa jalan. Besoknya ada yang kirim menfess."

  "Orang mah kalau gak bisa parkir motor gak usah bawa motor."

  Kemudian ada ketukan pintu lagi, Nadia berdiri dan membukakan pintu. Seorang lelaki jakung berdiri didepannya. "Ya?"

  "Sonia ada?"

  "Ada, gue panggilin dulu."

  "Gak usah, nitip ini aja. Nanti suruh telepon gue kalau udah gak sibuk." Lelaki itu menyerahkan satu paperbag ukuran sedang kepada Nadia.

  "Okelah, dari siapa gue nyebutnya?"

  "Aksara."

  "Oke deh, thanks ya."

  "Gue yang thanks... nama lo siapa?"

  "Nadia, Kanadia."

  "Thanks Nad."

  "Urwell Aksa." Lelaki bernama Aksa itu pergi, Nadia menutup pintu lalu menghampiri Sonia dan memberikan barang titipan tadi.

  "Dari Aksara buat lo."

  "Oalah thanks ya, titipan gue kemarin. Dia kan habis liburan ke Bali, gue titip deh. Baru aja sampek Jakarta langsung kesini orangnya."

  "Pacar lo ya?"

  "Hell no, dia itu kakak kembaran gue. Dia liburan dibayarin sama tempatnya kerja, side job gitu. Kebetulan gue sama dia beda fakultas tapi satu organisasi BEM. Gak banyak sih yang tahu, muka kita kagak mirip sama sekali."

  "Lah anjir, beneran gak ada miripnya."

  "Gue curiga deh, antara gue sama Aksara kayaknya anak nemu dikebon." Nadia tertawa ngakak mendengar itu, Aksara dan Sonia sangat berbeda, jauh banget sih kalau menurut Nadia. Bahkan wajahnya tidak ada miripnya sama sekali.

MemorableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang