Reno menggeledah seluruh kamarnya, mencari barang kecil bernama flashdisk yang ukurannya hanya satu jempol tangan orang dewasa. Ia panik, semua file berisi file penting mulai dari BEM sampai file tugas ada disana dan tidak ia backup sama sekali ditempat lain. Reno frustasi, bisa mati muda kalau sampai flashdisk itu hilang. Sudahlah itu bisa nanti, sekarang ia harus pergi ke kampus sebelum ia malah alpa karena tidak ikut kelas."Ren, ibu... Astaghfirullah mas, ini kenapa kayak kapal pecah?!" Terlambat, ibunya sudah masuk melihat kamar yang super berantakan. Wanita berusia 48 tahun itu menghela nafas panjang, berusaha untuk tidak memarahi putra sulungnya itu.
"Cari flashdisk bu, isinya file penting."
"Nanti dicariin mbak Susi, sekarang berangkat jangan lupa sarapan." Reno mengangguk dan keluar dari kamarnya menuju meja makan. Sedangkan ibunya hanya menggelengkan kepala, kadang mengurus remaja baru gede itu susah. Mereka berkumpul dimeja makan, sarapan pagi selalu mereka lakukan. Biasanya pukul 6 pagi sebelum semuanya berangkat sekolah, kuliah, dan bekerja.
"Ibu berangkat jam berapa?"
"Jam 8 sampai rumah sakit, kamu?"
"Sama, kalau ayah?"
"Sama, tapi nganterin adek kamu dulu ini. Kenapa mau bareng?"
"Niatnya sih gitu, tapi mau pakai motor aja deh biar kalau pergi-pergi gampang. Lagi ribet ngurus BEM, makannya sekarang bolak balik dari sekre ke fakultas-fakultas atau kadang ke kemahasiswaan."
"Bagus mas, tapi fokus nya jangan pecah ya ditengah jalan."
Sebagai ayah dan mantan ketua BEM waktu kuliah, Dewa selalu membimbing anaknya untuk mengambil beberapa tindakan mengenai BEM. Walaupun bukan alumni kampus mengajar, Dewa adalah orang berpengaruh dikampus. Sebagai dekan FT lelaki 47 tahun itu sudah memiliki banyak prestasi. Maka diangkatlah beliau sebagai dekan diusia yang masih tergolong muda diantara petinggi kampus lainnya. Beruntung lagi si sulung bisa masuk FK sebagai mahasiswa termuda kedua. Reno terlalu cerdas sampai tidak pernah melewati masa kelas 2 SMP dan SMA.
"Ayahmu dulu, prokernya jadi semua."
"Iya ibu wakilnya setengah periode. Gimana gak semangat kerja bareng ayang." Dira tertawa mendengar ucapan anaknya itu. Reno sebenarnya mewarisi gen sosialnya dan Dewa juga jiwa kepemimpinannya. Bukan membandingkan, tapi sejak dulu Reno adalah anak yang teratur. Mulai dari belajar, kegiatan luar sekolah, sampai dengan beberapa les yang dia minta sendiri. Dan ternyata gen Dira sebagai dokter turun kepada si sulung, Reno adalah calon dokter dimasa depan.
"Makannya punya wakil cewek, jangan cowok."
"Mas Reno punya cewek loh bu, yah. Kemarin pas aku beli duren ketemu." Reno melirik Reyhan yang sedang cepu, gadis yang dimaksud Reyhan adalah Nadia. Padahal Reno sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan pada Nadia, karena memang tidak tertarik.
"Itu temen, Sekjen BEM-U."
"Awas cinlok kak."
"Enggak bu, dia beda usia sama Reno agak jauh."
"Loh ibu sama ayah beda tahun." Reno mendengus, benar juga ayahnya lebih muda daripada ibunya. Tapi kan mereka hanya berbeda beberapa bulan saja, sedangkan Nadia berbeda sampai 2 tahun karena memang sebenarnya mereka bukanlah angkatan Reno.
"Kayak apa bang ceweknya?" Tanya Dira, sang ibu.
"Pendek, gembul, tapi cantik kok bu kalau menurut Reyhan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable
General FictionNadia, cewek penuh semangat dan kebahagiaan. Yang seperti tidak pernah memiliki lelah, menyukai ketua BEM paling kece dikampusnya, yakni Reno. Yang memiliki sifat putar balik banting setir dari Nadia. Sebuah kejadian membuat mereka antara menjadi de...