"Nad?"Nadia hari ini bersama Aldi, sedang ngopi berdua. Bukan tanpa sengaja, beberapa hari ini Aldi melihat Nadia kurang bersemangat selama kuliah. Jadi ia berinisiatif untuk mengajaknya refreshing di sebuah tempat ngopi. Namun Nadia tetap hanya melamun dengan tatapan kosong, benar-benar seperti mayat hidup.
"Hm?"
"Kamu kenapa sih?"
"Capek Al."
"Capek kuliah?"
"Semua."
"Ada yang mau diceritakan?" Kan gak mungkin banget ya Nadia cerita ke Aldi kalau ia kepikiran Reno setiap hari. Apalagi sudah seminggu ini Reno dirawat secara intensif di rumah sakit. Pun Nadia sekarang memiliki tanggungjawab sebagai ketua BEM pengganti Reno sementara sampai lelaki itu sembuh. Bukan langsung tunjuk saja, tapi keputusan Nadia menjadi ketua BEM pengganti adalah hasil vote para anggota BEM-U.
"Susah ya jadi ketua BEM?"
"Pusing, kerjaan gak kelar-kelar. Kuliahku agak berantakan, takut IPK ku semester ini kecil Al. Program magangku enggak ke ACC kan aku harus ikut batch berikutnya lagi."
"Reno gimana kabarnya?"
"Gak tahu, tanya aja sama Sadam."
"Kamu ada apa sih sama Reno, kadang akrab kadang kayak musuhan?"
Pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab. "Aku cuma temenan sama dia."
Ya jawaban tepat!
"Nad, aku masih boleh berharap gak sih sama kamu?"
"Enggak. Al, udah berkali-kali aku bilang sama kamu. Ada perempuan lain diluar sana, kenapa aku sih?" Nadia sudah bosan dengan pertanyaan itu, apalagi Aldi yang bilang.
"Ya karena aku tertariknya sama kamu."
"Why?"
"Sederhana aja Nad, kamu adalah kamu. Aku suka caramu bicara, ketawa, bercerita, semuanya." Nadia memejamkan matanya, Aldi memang tidak terduga jawabannya. Bisa banget membuat hati Nadia goyah. Pertanyaan yang selalu membuat Nadia menolak Aldi adalah apa ia pantas bersama Aldi yang memiliki latar belakangnya yang berbeda jauh dari Nadia. Apa hubungan mereka bisa bertahan lebih lama?
"Sorry Al. Aku belum bisa mengiyakan perasaan mu."
"It's okay, I'll wait you."
"Al, aku gak mengerti kenapa kamu bisa menaruh perasaan sama aku. Tapi Al, kalau kamu bisa menaruh, kamu juga bisa mengambil. Jadi tolong Al, ambil kembali perasaan itu. Kasih ke orang yang mau menerimanya dengan tulus."
"Nad."
"Dari awal kita hanya teman Al, aku gak mau ada hubungan lebih dari itu."
"Oke, aku menghargai keputusan kamu. Tapi makasih banget udah mau jadi temenku, apapun selagi aku bisa bantu jangan sungkan ya Nad."
Nadia mengangguk, ia menyeruput kopinya dengan nikmat. Ia bukan penikmat kopi, namun sesekali juga sepertinya bukan masalah untuk lambungnya. Aldi baik, lelaki itu sangat baik sampai Nadia bingung kok ada cowok sebaik Aldi ini. Beberapa kali ponselnya berkedip, pesan masuk ia biarkan begitu saja kecuali dari grup BEM. Itu yang tidak bisa diabaikan untuk saat ini dan beberapa bulan kemudian.
"Al, aku balik dulu boleh kan? Ada urusan BEM mendadak."
"Okey, boleh kok."
"Nanti uang makannya aku transfer ke kamu." Nadia langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Aldi. Aldi juga hanya menghela nafas, ini bukan dua kali Nadia menolaknya, ia juga lupa ke berapa kalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable
Ficción GeneralNadia, cewek penuh semangat dan kebahagiaan. Yang seperti tidak pernah memiliki lelah, menyukai ketua BEM paling kece dikampusnya, yakni Reno. Yang memiliki sifat putar balik banting setir dari Nadia. Sebuah kejadian membuat mereka antara menjadi de...