PROLOG

36K 6.1K 785
                                    

Satu hal yang mampu Dimitri katakan setibanya ia di Jakarta setelah sekian lama.

"Semuanya masih sama."

Keramaiannya, sibuknya, terik lampu kotanya, padatnya lalu-lalang ketika ia melintas lagi jalananan daerah Jatinegara, atau bahkan mie ayam depan pasar Mayestik yang gerobaknya bahkan tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Setelah 6 tahun berlalu, mungkin yang berubah hanyalah dirinya. Dimitri yang sekarang jauh lebih kosong ketimbang Dimitri 6 tahun yang lalu. Atau mungkin tentang kisah yang pernah dia banggakan dulu, kini seolah tak memiliki jejak apapun.

Tahun ini, Dimitri kembali. Dia pikir New York bisa membuatnya sembuh dari betapa parahnya patah hati waktu itu, tapi ternyata dia salah besar. Dia lupa bahwa New York hanyalah sebuah kota yang bisa ia jadikan tempat pindah dari kota sebelumnya. Tapi ingatannya tidak seperti itu. Apa yang ia simpan rapat dalam kepalanya--atau barangkali hatinya juga--tidak bisa dengan mudah ia pindahkan ke dalam kotak kedap udara yang bisa ia beli di sembarang toko.

Makanya Dimitri kembali ke kota ini, Jakarta. Dia penasaran apakah cinta yang pernah ia tinggalkan dulu masih ada di kota ini, atau dia turut pindah dan sepenuhnya lenyap. Dan jawabannya adalah, kota ini tak banyak memberi perubahan--hampir tidak ada malah.

Kota Tua misalnya. Sama seperti terakhir kali Dimitri pergi meninggalkannya dulu, tempat ini masih ramai. Di sore yang temaram ketika matahari mulai rebah pada peraduan dan kemuning lampu jalan mulai menyala satu per satu. Ruas jalannya, tukang kopi rencengan yang bukan hanya satu atau dua--sepertinya malah ada di setiap sudut. Dan ketika ia kembali mengunjungi tempat ini, Dimitri menemukan cintanya masih duduk di tempat biasa.

Dia menyumpal sepasang telinganya dengan ipod warna hitam pemberiannya dulu, sambil membaca buku tebal Dunia Sophie yang seingat Dimitri, laki-laki itu punya buku edisi pertamanya. Buku keluaran tahun 1996 yang entah dimana ia membelinya.

Pram. Namanya Pramoedya, tapi dulu sekali Dimitri selalu menyebutnya 'sayang', sementara nama kontaknya tertulis 'kekasihku'. Orang lain mungkin akan berpikir bahwa kisah cinta keduanya cukup melankolis dan warna-warni. Sayangnya tidak. Seumpama ada warna paling mencolok di antara hubungan keduanya, satu-satunya warna itu adalah abu-abu.

Dimitri masih ingat dengan jelas bagaimana Pram tergila-gila dengan filosofi. Filsuf favoritnya adalah Socrates, dan kalimat yang selalu ia ucapkan berkali-kali adalah, "Untuk menggerakkan bumi, kau harus menggerakkan dirimu terlebih dahulu."

Lalu setelah itu, Pram akan menyambung lagi, "Kalau kamu mau semesta menjadi baik sama kamu, kamu juga harus sama baiknya dengan segala hal yang ada di sekelilingmu, Di." Tapi sepertinya Pram melupakan satu hal, tidak ada satu pun manusia yang bisa mengatur apalagi menggerakkan semesta hanya dengan sebuah kebaikan. Karena bagi Dimitri, tidak semua manusia bisa membalas setiap kebaikan yang datang dengan cara yang sama.

Sekarang ini buktinya. Ketika Dimitri berusaha untuk terus memberikan yang terbaik kepada segala hal yang ada di hidupnya, semesta justru berkhianat. Seperti sebuah lirik lagu yang pernah ia dengar, hidup ini berjalan seperti bajingan.

Perlahan-lahan, Dimitri berjalan mendekat. Selambat mungkin supaya Pram tidak menyadari keberadaannya di sana. Dalam perjalanan ke arah laki-laki itu, Dimitri merasakan betapa dahsyatnya rasa sakit itu menghantam dadanya. Sekujur tubuhnya bahkan bergetar bukan main.

Saat itu, tepat ketika Pram mulai menyadari keberadaannya dan menatapnya dengan pendar mata paling kosong, Dimitri membatin dengan suara hatinya yang paling nanar.

"Pram, cintai aku sekali lagi."

Ketika Dimitri memutuskan untuk benar-benar pulang, ia tahu bahwa inilah saatnya untuk mengemis cinta itu agar kembali padanya. Kembali tanpa jaminan.

***

Hai, this is my new project. Rencananya work ini bakalan aku bikin another secret project, tapi entah kenapa aku juga pengen tahu respon kalian. Nanti aku bakalan drop 1 bab lagi. Cerita klasik sih sebenernya wkwkw tapi coba ajalah yaaaa.

Selamat datang di Pramoedya. Ini adalah sebuah pemahaman bahwa yang menyakitkan bukan hanya perihal kehilangan.

Enjoy it❤


Pramoedya [PREVIEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang