Chapter 4

373 52 14
                                    

'Ini menyebalkan! Aku benci semuanya!'

Kyuhyun memutuskan bersandar pada pohon besar yang juga disandari seseorang bersama segenap keluh kesah yang pecah mengudara.

'Apa salahku sampai seperti ini?! Aku selalu rajin berdoa dan datang ke gereja. Apa lagi yang kurang sampai Kau membiarkan aku menjadi yang selalu terpuruk sedangkan mereka bisa tertawa di atas penderitaan orang lain! Ini sangat tidak adil!'

Seohyun menaruh banyak ujaran kebencian ke atas langit malam yang dipenuhi bintang.

'Aku sudah mengorbankan banyak hal. Waktuku kugunakan untuk mengembangkan diri. Aku selalu menolak ajakan teman-temanku agar aku bisa menabung uang tapi akhirnya mereka pun melupakanku. Aku selalu sabar dan menekan keinginanku agar tidak menyusahkan orang lain. Aku melakukan segalanya sendiri. Aku tidak manja, aku tidak mengandalkan orang lain, aku juga tidak pemalas seperti MiRi tapi kenapa dia yang selalu mendapatkan semuanya?! Dia bahkan hampir tidak mengenal Tuhan tapi Kau memberikan segalanya untuknya!'

Kyuhyun berpikir apakah Seohyun sudah selesai mengatakan semuanya atau tidak karena tangisannya membesar setelah itu. Tubuh yang bergetar, juga bibir yang bernasib sama, tidak adakah lagi yang lebih menyedihkan dari ini? Seohyun persis seperti orang yang sudah kuat untuk waktu yang lama dan sekarang semua itu runtuh seketika.

'Aku tidak iri. Aku tidak pernah iri dengan siapapun. Aku selalu mensyukuri semua yang kupunya. Aku juga selalu diam dan tidak melawan saat direndahkan, saat diteriaki, maupun saat menerima pelampiasan amarah mereka disaat aku sendiri tau bahwa aku tidak pantas diperlakukan seperti itu!'

"She's got a lot of shits, huh?" Gumam Kyuhyun. "She just needed to defend herself, but why didn't she do it?"

'Rasanya sangat menyakitkan aku harus tersenyum disaat yang kurasakan hanyalah torehan luka lagi dan lagi. Aku mencoba baik dan perhatian pada semua orang tapi mereka tidak pernah menanggapiku apalagi memberikan balasan sepadan. Aku tau aku selalu ditertawakan dibelakang tapi aku tidak peduli!'

Teriakan Seohyun kal ini terdengar lebih nyaring. Suara manis yang berawalan seperti gula tapi berakhir sebagai campuran asam dan basa, luka lama yang tak pernah mengering menyebutkan bahwasanya ia terluka dengan cara paling menyedihkan sampai tidak bisa dibayangkan oleh orang lain.

'Aku muak disudutkan dan menjadi yang selalu salah. Aku ingin melawan mereka tapi aku tidak punya siapapun. Aku selalu sendiri, orang-orang yang kuharapkan tidak memperdulikanku. Aku rindu ibuku...'

Kyuhyun mengernyit. Kata-kata ibu seolah menjadi pemicu baginya yang juga memiliki rasa kehilangan mendalam, ditambah lagi dengan kepergian Arin, kakak perempuannya yang menderita menyakit serupa tapi tak sama dengan ibu mereka.

Kyuhyun ingat dulu Arin lah yang paling sering menggantikan peran ibu mereka untuknya, tapi sayang hal itu tidak dapat berlangsung lama. Rasa kehilangan itu menjadi campur aduk dengan rasa sakit lain dan menekan tiap kenangan yang muncul sampai sesak dada selalu menyerang.

'Jika Kau tidak sedang main-main tolong segera kumpulkan aku dengannya. Aku tidak peduli ibuku ada di neraka atau sebaliknya. Aku lelah menjalani semua ini sendiri. Tidak ada yang mau menolongku. Orang itu sudah mengatakannya jika semua orang memiliki masalah masing-masing jadi aku tidak berhak menuntut pertolongan dari mereka. Aku bisa memaklumi kata-katanya. Jika di posisinya aku pun tidak mau disusahkan dengan masalah hidup orang lain'

"Tck, aku hanya membuang waktuku disini" Kyuhyun beranjak pergi namun kata-kata Seohyun selanjutnya menghentikan langkahnya.

'Baiklah! Aku akan jujur. Mungkin kesalahanku adalah membodohi para konsumenku, tapi itu tidak lebih dari strategi pemasaran! Aku menyewa pemain bola dan penyanyi idola untuk pura-pura berkencan denganku. Disaat foto kencan kami terkuak ke media seluruh aksesoris dan pakaian yang kugunakan saat itu juga menarik perhatian'

CATWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang