Suara alarm membawa nyawa Rupin yang tadinya mencar kembali ke badannya.
"NOPALL JINGAN! Matiin alarm lo!" sungut Rupin dengan mata yang masih terpejam.
Pagi yang tenang dibuka dengan misuhan merdu.
Nopal terpaksa langsung turun untuk mematikan alarmnya dalam keadaan masih setengah sadar.
Saat kakinya menginjak lantai, tubuhnya tiba-tiba oleng dan jatuh menimpa Rupin.
"Anju! Longsor!" Rupin seketika membuka lebar-lebar matanya.
Wajahnya seketika merah padam mendapati Nopal-lah yang meniban tubuhnya.
Di mimpi tadi Rupin berasa ketimbun longsor, ternyata ketiban jerapah.
"Jingan! Ngapa lo nindih gue, hah??!" misuh Rupin pada Nopal yang sudah beranjak.
"Jatoh," jawab Nopal seadanya dengan ekspresi datar.
"Ngapa jatoh ke gue si??! Ke lantai kek! Perut gue sakit, anjerr!"
Dengan kesal Rupin melempar bantal ke arah Nopal. Untungnya bisa ditangkap cowok itu dengan baik.
"Kalo gue punya pilihan, mending gak jatoh!" sahut Nopal lalu balas melempar bantal itu dengan kuat.
Pagi-pagi baru bangun tidur emosinya udah disulut aja.
Rupin melotot menatap bantal yang tadinya hampir mendarat di mukanya.
"Kok lo yang marah si?!!" solot Rupin.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar dibuka, menampilkan wanita cantik berdaster dengan rambut yang dicepol.
"Kalian dua kalo dah bangun tuh mandi, bukan malah berantem. Nanti telat, nangis," ejek Rubi menatap kedua putranya.
"Ini hari pertama kamu di SMA, loh," ucap Rubi kepada Nopal.
"Lo duluan sana!" ujar Rupin masih dengan kekesalannya.
Tanpa sepatah kata, Nopal langsung keluar membawa handuknya.
Rubi memperhatikan ekspresi marah yang ditahan anak bungsunya itu.
Lalu beralih pada si sulung yang bisa terang-terangan menampilkan wajah kesalnya.
"Monyong terus, mau nyaingin bebek?" ujar Rubi. Pasalnya Rupin selalu memajukan bibirnya jika sedang kesal.
Rupin langsung merapatkan bibirnya dan menggeleng. "Enggak," balasnya rendah.
Rubi hanya tersenyum kecil kemudian segera beranjak dan menutup pintu kamar.
Rupin kembali berbaring lalu menutup matanya dengan lipatan tangan.
Rasanya sudah lama ia tak melihat Nopal marah. Setidaknya sudah beberapa bulan terakhir semenjak kepergian ayah mereka.
Setelah beberapa saat, Rupin keluar kamar dengan handuk yang tersampir di bahunya.
Ternyata Nopal belum keluar dari kamar mandi.
"NOPAL! Lo ngapain, woii?? Lama amat!" teriak Rupin di depan pintu kamar mandi.
Beberapa detik tak ada sahutan juga.
"NOPAL AUVIN!" panggil Rupin menggelegar sembari menggedor-gedor pintu.
"Pintunya jangan digedor gitu, nanti rusak. Punya orang itu," tegur Rubi.
Rupin segera menghampiri sang ibu yang tengah memotong sayuran di meja makan.
"Ma, jadinya rumah ini bayar apa enggak?" tanya Rupin saat sudah duduk di hadapan Rubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Wabi-Sabi; NoPin
AléatoireHanya tentang dua kakak beradik yang mencoba untuk akur setelah sekian lama saling benci. Namun, keduanya sama-sama memiliki ego dan gengsi yang tinggi; membuat segalanya menjadi rumit. Si bungsu yang berkepribadian dingin; terkadang terlihat dewas...