"Rupin??!"
Woah, udah lama gue nggak mimisan.
Rupin menatap darah yang menetes ke wastafel. Kepalanya langsung berdenyut nyeri serta penglihatannya mengabur.
Melihat Rupin hanya diam saja, tanpa pikir panjang Nopal langsung mengulurkan tangannya menjepit cuping hidung Rupin agar pendarahannya berhenti.
"Lo mau gue sekalian wafat, hah?!" sewot Rupin berupaya menyingkirkan tangan Nopal.
"Napas pake mulut."
Audy yang baru saja menyadari keadaan langsung menyodorkan tisu. "Weh?! Nih, tisu! Tisu!"
Rupin lekas mengambil lalu menyumpal hidungnya membuat Nopal segera menjauhkan tangan.
"Udah ah, gue mau ke UKS aja."
Ia hendak beranjak namun, detik itu juga langsung terhuyung. Beruntung Nopal cepat menangkapnya.
"Gue gendong."
Nopal sudah menunduk bersiap menggendong, tapi Rupin menjauhkan diri.
"Nggak mau kayak tadi!"
"Yaudah, gendong belakang."
"Maksud gue nggak mau digendong!"
"Kita gotong ajalah anjer, mumpung gerobak sampah nganggur," celetuk Dhani.
"Minjem keranda aja nggak si, mumpung deket Langgar," usul Chaerin.
Rupin rasanya mau pingsan di tempat aja.
"Lo pada jingan emang," umpatnya tak bertenaga lagi.
Nopal gerak cepat berjongkok di hadapan Rupin
"Nggak usah keras kepala, Pin. Gue gendong ke UKS," ujar Nopal tegas, tapi tetap lembut.
Rupin menatap punggung lebar itu. Mau tak mau ia naik.
Nopal merasa lega saat mendapati sang kakak mengalungkan tangan pada lehernya. Dengan mudah ia segera berdiri menggendong sang kakak.
Rupin menyembunyikan wajahnya di pundak Nopal karena terlalu malu dan kepalanya juga terasa berat.
Kaki jenjang Nopal melangkah lebar dengan cepat agar kakaknya ini cepat ditangani.
"Pal, nggak usah cepet-cepet. Gue berasa naik tong edan."
Nopal dilanda cemas, tapi mendapati Rupin protes dengan suara yang lemah malah membuatnya gemas.
Nopal pun hanya sedikit memelankan langkahnya.
"Lo nggak tau pelan-pelan apa, hah?" Rupin kembali protes dengan suara rendah.
Lo harus cepet ditanganin.
"Kalo pelan rasanya lo jadi tambah berat," sahut Nopal berdalih.
"Jingan emang," umpat Rupin sambil mengeratkan pelukannya.
Sejenak sebenarnya ia hanya merasa nyaman dengan posisinya.
Ini seperti ... dia sedang berada di titik terlelahnya, kepalanya terasa berat, tubuhnya lemas, tapi ada seseorang yang menumpunya; tempat ia bisa bersandar.
Setibanya di UKS, Nopal mendudukkan Rupin di ranjang dengan sangat hati-hati.
Kemudian ia beranjak mengambil ice bag compress. Tak butuh waktu lama, Nopal segera menyerahkannya pada Rupin.
Rupin pun segera mengompres pangkal hidungnya.
"Petugas UKS tadi mana?" Setahu Rupin mereka masuk tadi ada beberapa orang di meja depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Wabi-Sabi; NoPin
AléatoireHanya tentang dua kakak beradik yang mencoba untuk akur setelah sekian lama saling benci. Namun, keduanya sama-sama memiliki ego dan gengsi yang tinggi; membuat segalanya menjadi rumit. Si bungsu yang berkepribadian dingin; terkadang terlihat dewas...