"Asli gue kaget pas liat SG Nopal kemaren."
Mereka baru saja selesai upacara bendera. Setelah mendudukkan diri di kursi, para cewek masih saja heboh membahas kejadian malam minggu.
"Gue speechless dulu, baru teriak," sahut Audy. "Lagi cocoklogi Nopal ama Somi, eh orangnya langsung ngebantah."
"Nopal tuh kayak 'lo semua harus tau. Favorite person gue tuh dia'. Arghh bikin gonjang-ganjing dunia anak tunggal aja," heboh Chaerin gemas sendiri.
"Gak pake ba bi bu, langsung sat set sat set," ujar Mila menimpali.
"Gue mleyot banget, padahal cuman penonton." Chaerin dan nasib anak tunggalnya terus saja mengoceh.
Rupin yang menyimak hanya memasang wajah santai, tapi jiwanya terbantai.
"Kann, apa gue bilang, Nopal tuh berubah. Jadi kek lebih ... sweet and soft?"
Ucapan Audy langsung disetujui dua cewek lainnya. "Setujuu, dari awal setuju pokoknya."
"Sweet and soft, lo kata yupi," cibir Rupin dengan ekspresi julid.
"Itu mah mental gue pas tiap liat keuwuan," tutur Chaerin.
Setelahnya ia terlihat antusias menghadap Rupin.
"Pin, gimana perasaan lo di saat yang lain gibahin Somi ama Nopal eh Nopalnya langsung confirm kalo favorite person yang dia maksud tuh elo??"
Rupin terdiam sejenak.
Ditanyai tentang perasaan ... Rupin rasa tak ada kata yang dapat mendeskripsikannya.
"Biasa aja, gue sodara dia satu-satunya. Kalo difavoritin ya, wajar," jawab Rupin enteng.
Hanya itu yang bisa ia katakan karena dirinya terlalu gengsi dan malu.
Selama ini mereka selalu mendengar Rupin menjelekkan Nopal, jika Rupin mengatakan hal manis, mungkin dirinya akan berakhir diceng-cengi.
"Nopal udah berusaha jadi lebih baik, lo masih aja kayak jingan," omel Dhani sambil menggeplak kepala Rupin membuat empunya mengaduh kesal.
"Gue udah capek ya, Pin. Capek gue bikin lo sadar."
"Orang kek gini emang gada sadarnya," lontar Filo main-main.
"Lah? Mau sadar kek gimana lagi coba? Ini mata gue melek lo pada nggak liat, hah?" gerutu Rupin.
"Bodo amat, Pin."
"Denial aja teros, denial."
"Biarin aja dah, dia sendiri kan yang pernah bilang 'Sampai mati juga gak bakal bilang sayang ke Nopal'," ujar Dhani mengungkit-ungkit.
"Jingan, yang lo inget itu doang."
"Gue juga pernah bilang kalo sesuatu itu nggak harus diungkapin pake kata-kata, bisa juga lewat tindakan," tutur Rupin membela diri.
"Pertanyaannya, kapan lo pernah bertindak?" tanya Chaerin menyipitkan mata.
"Lo pada lupa apa kelanjutannya? Rupin kan bilang nggak sayang ama Nopal, jadi, ngapain?" tambah Dhani mengompori.
"Ingetlah! Nggak mungkin gue lupa."
"Gue juga."
"Ya kali lupa."
"Omongan Rupin tentang Nopal mah, gue catet. Sebagai dorongan biar Nopal ntar mau jadi adek gue."
Mereka semua kompak menggoda Rupin.
"Giliran gini aja nempel bat di otak lo pada, Jingaann!" erang Rupin frustrasi menghadapi teman-teman laknat.
Siangnya, Rupin dan Nopal berjalan berdampingan di lorong setelah dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Wabi-Sabi; NoPin
CasualeHanya tentang dua kakak beradik yang mencoba untuk akur setelah sekian lama saling benci. Namun, keduanya sama-sama memiliki ego dan gengsi yang tinggi; membuat segalanya menjadi rumit. Si bungsu yang berkepribadian dingin; terkadang terlihat dewas...