Saat masuk kelas, Rupin langsung melempar tasnya ke lantai di antara kursinya lalu merebahkan diri di sana.
Rupin merasa sakit kepala; terlebih di sekitar matanya sejak malam tadi, pikirnya akan hilang setelah bangun tidur, tapi nyatanya tidak.
Rupin rasa tubuhnya sudah sangat lelah karena waktu tidur dan istirahatnya makin tidak cukup akhir-akhir ini.
"Buset, masih pagi juga udah rebahan aja lo."
Suara Dhani yang menginterupsi tak jua membuat Rupin membuka matanya.
"Mangnya ada yang larang, hah?!" sahut Rupin meninggi di akhir.
"Yeu, sewot amat jadi orang!" cibir Dhani tak sadar diri.
"Diem lo. Jan nambah sakit kepala gue dah." Rupin pun menyembunyikan wajahnya di bawah lipatan tangan.
Dhani menyipitkan mata menatap Rupin yang di bawahnya. "Lo alasan kan biar kaga ikut kerja bakti."
Pasalnya hari ini adalah hari Jumat minggu pertama. Mereka biasanya akan kerja bakti membersihkan seluruh lingkungan sekolah.
Rupin langsung membuka matanya lalu menatap Dhani kesal. Jika ada Dhani di sebelahnya, mana mungkin Rupin bisa istirahat barang sejenak.
"Pitnah aja lo. Gue kalo kerja bakti paling semangat!"
"Semangat maling jambu," ejek Dhani julid.
"Kek lo nggak aja!" sahut Rupin sambil menggeplak kaki Dhani.
Setelah bel masuk berbunyi, seluruh siswa langsung menuju lapangan untuk mendengarkan pembagian tempat kerja bakti masing-masing kelas.
Nopal dan Luthfi seperti biasa berjalan berdampingan.
Saat melewati kelas sepuluh IPA dua, mereka berpapasan dengan Somi.
"Hai! Nopal! Lutfhi!" sapanya ceria.
Nopal pun mengangguk, dan Luthfi mengangkat tangannya.
"Ngapain lo bawa kamera?" tanya Luthfi menatap benda di tangan Somi.
"Gue diminta Pak Hartanto buat moto kegiatan kerja bakti ntar."
Luthfi langsung berdehem lalu tersenyum manis.
"Lo butuh asisten nggak? Gue bisa apa aja, gue cukup berpengalaman jadi manajernya Nopal," ujarnya sambil menepuk pundak si tiang berjalan.
Somi pun balas tersenyum amat manis.
"Terima kasih, tapi gue sangat-sangat mandiri jadi bisa sendiri. Mending lo siapin pose biar keliatan kerja pas gue foto ntar. Sekian."
Setelahnya Somi langsung melenggang duluan setelah menundukkan kepalanya tanda hormat.
"Padahal bisa kali ya, gue di sebelahnya sambil megangin tutup kamera," seloroh Luthfi lalu tertawa sendiri.
Merasa tak ada respon dari Nopal ia pun sedikit mendongak menatap sang kawan karib.
Ternyata Nopal tengah fokus menatap sesuatu, Luthfi pun mengikuti arah pandangnya dan mendapati sosok Rupin di antara para siswa yang berjalan menuju lapangan.
Rupin and the gang baru saja dari
kantin untuk menambah energi yang sudah penuh biar semangat dikit kerja baktinya."Heran dah, kenapa diumumin mulu tiap bulan padahal tempatnya berubah aja enggak," ujar Chaerin.
"Gue denger-denger sekalian ngumumin ada festival antar sekolah seluruh KalTeng-Sel di Banjarmasin, sih." Mila pun menginformasikan.
"Oalah, tapi kenapa kaga ngumumin itu aja si," sahut Audy.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Wabi-Sabi; NoPin
AléatoireHanya tentang dua kakak beradik yang mencoba untuk akur setelah sekian lama saling benci. Namun, keduanya sama-sama memiliki ego dan gengsi yang tinggi; membuat segalanya menjadi rumit. Si bungsu yang berkepribadian dingin; terkadang terlihat dewas...