Attention ⚠️
Tolong diingat alurnya biar gak bingung dengan jalan ceritanya ya, makasih 💚🌼 Happy reading 🌼
Keluarga Pak Burhan kini tengah berkumpul di ruang tengah pada hari Minggu pagi, menikmati hari libur yang hanya ada sekali dalam seminggu bagi mereka yang selalu sibuk bekerja dan sekolah.
"Mas, gimana kabarnya Melati?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Bu Mentari secara tidak langsung membuat Johan tersedak cimol yang sedang ia kunyah. Untung saja ada Hendra di sebelahnya yang dengan sigap menepuk-nepuk punggung kekar kakaknya itu. Setelah berhasil menelan cimol yang hampir membuatnya koit, Johan segera melirik ke arah sang Bunda dengan tatapan bingung.
"Kenapa Bunda tiba-tiba nanya dia?"
"Yaa, dia udah lama gak main ke sini. Ajak dia main ke rumah dong, Bunda kangen masak-masak sama dia."
Melati Rahayu, nama pujaan hati seorang Apriliano Johan Putra yang sangat sulit untuk dekat dengan wanita. Kalian ingat wanita yang tak sengaja bertabrakan dengan Johan di tempat kemah? Ya, dialah Melati. Semenjak pertemuan dua insan yang seperti takdir tersebut, keduanya ternyata sering berhubungan lewat pesan singkat ataupun bertemu di tanah kampus, dan mereka pun perlahan-lahan menaruh rasa pada satu sama lain hingga memutuskan untuk menjalin kasih. Keduanya sudah menjalin hubungan semenjak tahun tiga perkuliahan, sampai keduanya kini telah bekerja dan berada di kantor yang sama. Melati bekerja di kantor Tour And Travel milik Johan di bidang pengelolaan keuangan. Itu pun atas usulan Johan yang memang saat itu sedang membutuhkan seorang akuntan.
"Bunda kan bisa masak-masak bareng Noval, dia juga pinter masak."Ujar Johan yang kemudian menyeruput lemon tea buatan Hendra, yang langsung menyerang lidahnya karena terlalu asam. Adek biadab! Batin Johan saat rasa asam dari lemon bereaksi di seluruh tubuhnya.
"Itu kan beda, Mas. Kalo Noval kan anak Bunda, tapi Melati kan calon menantu Bunda."
Lagi, Johan tersedak untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini dia tersedak bakwan yang masih agak panas yang baru saja dihidangkan Noval di atas meja di ruang tengah. Lidahnya serasa mati rasa karena gagal mengunyah cemilan yang krispi di luar dan lembut di dalam, dengan rasa yang gurih maknyus itu.
"Kok calon menantu sih, Bunda? Kan aku belum mau kawin. Lagian belum tentu dia jodohku," celetuk Johan dan kemudian meneguk air mineral daripada minuman asam hasil racikan Hendra yang menyiksanya.
"Ya, kalian berdua tuh cocok banget soalnya. Bunda suka sama dia, anaknya baik, ramah, sopan, perhatian, bisa masak, bisa jagain kamu lagi. Kan Bunda jadi senang liat kamu juga bahagia sama dia."
"Iya sih, Bund. Tapi sekarang kita masih belum mau nikah. Dianya juga masih mau kerja, katanya."
"Berarti Mas Johan udah kepengen nikah ya sama Mbak Melati?" Tanya Julian kepo.
"Yaa, gua sih Insyaallah udah siap aja buat nikah, Dek. Tapi-"
"Si doi masih betah kerja. Kurang di pepet nih ceweknya, Mas."
PLAKKK!!
Ledekan tak berakhlak dari Hendra sontak mendapat sebuah tabokan hangat dari tangan besar Johan di pahanya.
"YA ALLAH, SAKIT MAS! PAHA GUA LAMA-LAMA KEMPES NIH!" Tangan Hendra mau mundur di atas pahanya untuk menetralisir rasa perih yang menjalar di paha mulusnya.
"Ngomong tu difilter dikit! Mending lu urusin tuh cewek lu. Jangan ngomongin orang doang yang bisa!" Johan memberikan tatapan sinisnya pada Hendra, membuat adiknya itu langsung kicep.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Dari Julian - Park Jisung [END]
SonstigesFollow before reading! Thanks Jika ditanya soal keinginan, maka Julian akan menjawab, "Aku ingin selalu bahagia bersama keluargaku, walaupun aku tidak bisa selamanya bersama mereka." Tapi kalimat itu hanya menjadi keinginan semata baginya, karen Jul...