27. Tawa Berujung Nestapa

619 44 34
                                    

🌼 Happy Reading 🌼

.
.
.

Kicauan burung yang saling bersahutan menandakan awal pagi tampak begitu cerah. Kilauan cahaya mentari menyelinap masuk ke dalam kamar Julian, namun sang empunya masih berada di alam mimpi. Lebih tepatnya, anak itu kembali tidur setelah shalat Subuh karena rasa kantuk yang amat sangat.

Tok!
Tok!
Tok!

Pintu kamar Julian terbuka, tampak Marvin dan Hendra masuk ke dalam kamar si bungsu yang masih terlelap dalam tidurnya. Dengan langkah pelan, Marvin duduk di sisi ranjang tepat di samping Julian.

"Adek? Bangun, Dek."

Marvin menepuk ringan pundak Julian untuk membangunkan sang adik. Setelah mencoba beberapa kali, Julian akhirnya tersentak dari tidurnya. Kedua netranya perlahan terbuka, dan pandangan pertama yang dilihatnya ialah Marvin yang tersenyum padanya.

"Pagi, Bang Avin," sapa Julian dengan suara parau khas bangun tidur.

"Ayo bangun. Kita sarapan dan pergi."

"Ke mana?"

"Jalan-jalan. Kemanapun yang kamu mau."

"Cuma kita yang pergi?"

"Emang mau ngajak siapa, Dek?"

"Gia sama Jaya."

Marvin tersenyum kecil menanggapi. "Ya udah, sekarang bangun dan siap-siap. Kabari mereka kalau kita bakal pergi dalam dua jam." Julian langsung bangkit dan langsung dalam posisi duduk. "Boleh ajak mereka, Bang?" Marvin mengangguk mengiyakan.

"Kalau udah siap langsung ke bawah, ya. Kita tunggu. Gak perlu terburu-buru. Oke?"

Dibalas dengan anggukan, Marvin pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar kamar Julian. Tapi tidak dengan Hendra yang masih berada di kamar Julian. "Bang Mahe mau ngomong sama aku?" terka Julian sambil menatap sang kakak.

Hendra langsung menggeleng pelan dan bangkit dari duduknya. Menghampiri Julian yang masih duduk di atas ranjang, Hendra menarik sebuah senyum kecil . "Gua tunggu di bawah, ya?" Setelah berucap, Hendra pun pergi meninggalkan Julian yang merasa bingung dengan ekspresi Hendra padanya.

Tak ingin memikirkan terlalu jauh, Julian segera beranjak menuju kamar mandi setelah mengirim pesan singkat pada Gia dan Jaya untuk mengajak mereka pergi dengannya dan saudaranya hari itu.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Julian sudah selesai bersiap-siap dengan baju kaus warna putih lengan pendek, celana jeans longgar warna hitam serta kemeja lengan panjang motif kotak-kotak menjadi pelengkap penampilan sederhana Julian.

"Cakep bener Adek gua," ujar Hendra saat Julian baru saja menampakkan dirinya di ruang makan.

"Biasa aja lah, Bang Mahe."

"Lu emang cakep, Ian."

"Apa sih, Kak Opal."

"Jaya sama Gia udah di kabarin, Dek?"

"Udah, Bang Avin. Katanya bentar lagi mereka sampai."

"Ayo kita sarapan dulu."

Maaf Dari Julian - Park Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang