Note : Dianjurkan untuk membaca part sebelumnya agar paham dengan jalan ceritanya, terima kasih
🌼Happy Reading 🌼
~~~
Julian baru saja keluar dari kamarnya bersama Jaya dengan sebuah tas berisi pakaian. Di ruang tengah, masih tampak beberapa orang yang datang menjenguk sebagai tanda turut berduka atas kepergian orang tua mereka. Dengan langkah pelan, Julian mendekati Marvin yang tengah duduk sendirian di meja makan.
"Bang Avin, udah makan?" tanya Julian basa-basi.
Marvin yang awalnya termenung, kini baru menyadari keberadaan si bungsu yang sudah duduk di hadapannya di meja makan. Marvin tampak mengerjap beberapa kali untuk mengusir lamunannya saat itu.
"Kamu barusan nanya apa, Ian?"
"Aku tanya, Bang Avin udah makan?"
"Udah Dek, barusan siap. Kamu mau ke mana bawa tas gini?"
Netra Marvin naik turun melihat Julian dan sebuah ransel hitam di dekat kaki sang adik bergantian.
"Aku mau ke rumah sakit, Kak. Boleh kan?"
Tak ada jawaban dalam beberapa saat. Marvin terdiam dengan pertanyaan adiknya itu. Dia baru ingat kalau ada satu orang adiknya yang kini tidak berada di rumah duka. Dan lelaki itu hampir saja melupakan adiknya yang nomor tiga yang mungkin saat ini tengah bertaruh nyawa seorang diri.
"Kamu ke sana sama siapa?" tanya Marvin lagi setelah tergeming cukup lama.
"Sama Jaya, Kak. Katanya dia bakal temenin aku di sana malam ini."
"Ajak Kakak-kakak mu yang lain, kasian Jaya dari tadi nemenin kamu terus. Dia pasti capek."
"Gak kok Bang, aku gak capek. Biar aku aja yang temenin Julian di rumah sakit," sela Jaya.
"Yakin? Orang tuamu ntar nyariin loh."
"Udah aku kabarin tadi Bang, katanya gak apa-apa. Lagian besok hari libur, jadi gak bakal ganggu waktu sekolah."
"Ya udah, dianter sama sopir ya."
"Iya, Bang," jawab Julian dan Jaya serempak.
Dua remaja itu pun berangkat menuju rumah sakit usai berpamitan dengan Marvin, karena Kakak-kakak Julian yang lain tengah sibuk menemani para pelayat yang masih berdatangan ke rumah duka. Selama perjalanan, tidak ada percakapan antara Julian dan Jaya. Keduanya memilih untuk bungkam hingga akhirnya tiba di depan rumah sakit.
"Bang Dimas balik aja, besok aku telfon kalau mau pulang ke rumah," pinta Julian pada sopirnya.
"Gak Dek, aku di sini saja. Kata Marvin tadi aku harus tinggal di sini. Mana tau nanti ada keadaan yang mengharuskan kamu pulang cepat," balas Dimas menjelaskan.
"Ooh, ya udah kalau gitu. Tapi Bang Dimas mau tidur di mana?"
"Aku tidur di tempat temen, kebetulan rumahnya gak jauh dari rumah sakit ini."
"Ya udah, Julian masuk dulu ya, Bang. Besok aku telpon kalau ada perlu. Assalamualaikum," ujar Julian pamit.
"Iya Dek Julian, Waalaikumsalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Dari Julian - Park Jisung [END]
De TodoFollow before reading! Thanks Jika ditanya soal keinginan, maka Julian akan menjawab, "Aku ingin selalu bahagia bersama keluargaku, walaupun aku tidak bisa selamanya bersama mereka." Tapi kalimat itu hanya menjadi keinginan semata baginya, karen Jul...