🌼 Happy Reading 🌼
.
.
.Gumpalan awan kelabu di hamparan luasnya jumantara berlapis redupnya cahaya mentari di balik rintik hujan yang mulai membasahi bumi, kini menjadi teman sejati Revan yang tengah duduk sendiri di sebuah pendopo taman rumah sakit. Mata lentiknya terpejam erat, membiarkan angin menyapa permukaan kulitnya seraya menggelitik indra pendengarannya.
Sebuah sentuhan pelan di pundaknya membuyarkan lamunan Revan yang tengah menikmati cuaca mendung nan terasa damai baginya. Senyum pun terukir kala dirinya melihat seseorang sudah duduk di sampingnya.
"Ngapain di sini, Kak? Nggak dingin?"
"Gua cuma lagi menenangkan diri, Han."
"Kenapa nggak masuk ke dalam?"
"Nanti. Sekarang gua butuh suasana lain buat lebih tenang."
"Kepikiran Julian ya, Kak?"
Revan tersenyum kecil mendengarnya, "Kalau udah tau, kenapa lu masih nanya?" ucapnya santai. "Ya, mana tau Kak Revan lagi kepikiran hal lain gitu," balas Johan mengangkat bahu ringan, kemudian merebahkan tubuhnya di samping Revan di atas pelataran pendopo yang cukup luas.
"Johan."
"Iya?"
"Kalau lu ada di posisi Julian, lu bakalan ngelakuin apa?"
"Entahlah, Kak. Gua nggak kepikiran sampai ke sana. Kenapa?"
"Cuma pengen tau. Karena gua mungkin bakal ngelakuin hal yang berbeda dari Julian."
"Apa?"
"Mungkin... Mati?"
"Kak! Gila lu?!"
Revan terkekeh pelan mendengar pekikan kecil dari Johan, "Santai aja lah, gua kan cuma bilang. Lagian, gua belum tau bakal ngelakuin apa kalau jadi Julian. Semuanya terlalu berat buat di pikul anak sekecil dia. Walaupun dia bukan anak kecil lagi, tapi tetap saja Julian akan jadi adik kecil kita sampai kapanpun. Benar, kan?" Johan mengangguk setuju sambil mendengarkan.
Johan akhirnya bangkit dari posisi berbaring, kemudian melirik pada Revan, "Mending kita masuk, Kak. Di ruangan cuma ada Bang Marvin. Yang lain tadi udah pada pulang soalnya." Revan mengangguk pelan, "Baiklah. Ayo kita masuk, udah mulai dingin juga di sini," ajaknya yang kemudian beranjak pergi, di susul Johan di belakangnya.
"Oh ya, anak tadi masih di ruangan?" tanya Revan sambil terus berjalan menuju ruang rawat Julian.
"Tadi sih masih, Kak. Jaya juga ada di sana."
"Oke."
Tak lama kemudian, keduanya tiba di depan ruangan. Baru saja membuka pintu, tampak tidak ada orang lain di sana, kecuali Julian yang masih terbaring lemah dan temannya di sampingnya yang masih duduk diam sambil menatap Julian.
"Anak itu masih di sini, Kak," bisik Johan pada Revan dimana mereka masih berdiri di ambang pintu.
"Mau masuk apa gimana nih?" balas Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Dari Julian - Park Jisung [END]
De TodoFollow before reading! Thanks Jika ditanya soal keinginan, maka Julian akan menjawab, "Aku ingin selalu bahagia bersama keluargaku, walaupun aku tidak bisa selamanya bersama mereka." Tapi kalimat itu hanya menjadi keinginan semata baginya, karen Jul...