Eleven

2.7K 207 94
                                    

Hai hai! Selamat senin sore!

Chapter ini agak pendek nih.. harap maklum yaa hehe tinggal beberapa chapter lagi sampe ending sih.

Happy reading!

.

.

.

.

.

“Hey Ice..”

“mmn?”

“bagaimana ya.. hidup sebagai manusia normal?”

Taufan bertanya pada Ice.

“maksudmu?”

Ice menoleh kepada Taufan yang duduk di sampingnya. Saat ini Taufan dan Ice tengah duduk bersantai di teras rumah, hanya mereka berdua , menikmati langit yang mendung pada siang itu.

“menurutmu.. apa yang kita lakukan sekarang..seandainya kita tidak terlibat dalam semua ini?”

“hm.. apa ya..”

Ice kembali memandang lurus dan menggumam seraya menengadah ke langit, boneka paus berukuran medium itu ia genggam erat di tangannya.

“mungkin.. sekolah.. main sepak bola dan mengikuti kegiatan club selepas sekolah.. punya banyak temen, punya..pacar..” Ice tersenyum, otaknya kini membayangkan hal-hal yang barusan ia ucapkan.

“pasti asik ya..” Taufan turut tersenyum. Netra biru safirnya masih setia memandangi langit yang menggelap.

“pasti menyenangkan…hidup seperti anak-anak normal lainnya..” ia berkata lagi, kali ini Ice hanya diam mendengarkan.

“aku nggak kayak Gempa..” Taufan menghela nafas “aku sejujurnya tidak merasakan kenikmatan dari membunuh dan menyiksa seseorang.. aku terlibat dalam hal-hal ini karena naluriku terlalu takut untuk melawan monster itu..”

“kamu takut Gempa, fan?” tanya Ice, sedikit bercanda. 

“memangnya kamu nggak takut?” Taufan bertanya balik, senyum tipis terulas di bibirnya.

“sedikit..” Ice terkekeh “Gempa kadang bikin takut… ancamannya gak main main..”

Taufan mengangguk setuju “padahal dulu dia sosok yang hangat.. kakak yang sangat kuhormati..”

“apa kau pikir, Gempa udah terlalu kelewatan? dia.. benar-benar memaksa kita semua jadi psikopat,  kan?” lanjutnya.

“ternyata kamu juga mikir gitu ya, fan..” Ice tersenyum sedih.

“Padahal..aku bukan psikopat gila.. aku cuma Ice Thunderstorm yang gak mau tau apa apa...tapi sekarang aku malah terjebak dalam kendali Gempa. Setiap aku bangun di pagi hari, aku selalu berharap kalau ini hanyalah mimpi buruk..”

“...tapi bagaimanapun juga..”

Kata-kata Taufan terhenti, setitik airmata mulai terbentuk pada netra indahnya dan perlahan jatuh membasahi pipinya.

“kita tak akan pernah bisa..kembali..kan?”

Bahu Taufan bergetar menahan tangis.

Sungguh, selama ini ia tidak pernah bahagia menjalani hidupnya sebagai orang jahat. Yang ia inginkan hanyalah kehidupan normal, layaknya anak seumurnya, bermain, belajar, jatuh cinta..

Kalau saja bukan karena Gempa..

Sejak awal, ia tau bahwa tidak ada psikopat di antara mereka berenam. Mereka hanyalah remaja yang gemar bermain-main. Namun hal itu berubah begitu mereka mengetahui hubungan rahasia antara Halilintar dan Solar dan Gempa meyakinkan mereka bahwa mereka harus membuat Halilintar bersikap adil kepada mereka semua.

TRUE LOVE RESTRAINT (All x Halilintar) [✔END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang