Bagian 24

9.8K 1.2K 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Acasha ikut menjatuhkan dirinya, bagaimana pun pria ini adalah suaminya orang yang harus dia hormati dan sayangi.

"Lantas mengapa anda selalu menguji kesabaran saya yang mulia?" Acasha bertanya dengan nada lirih

"Mengapa anda bahkan tidak sekalipun menanyakan pendapat saya? Pernahkah anda memikirkan perasaan saya?" Acasha bertanya kembali

"Aku terlalu takut untuk mengetahuinya queen. Aku takut jika dalam pikiranmu hanya ada pemikiran untuk meninggalkanku, bahkan di pertemuan pertama kita setelah sepuluh tahun kau tidak ragu meninggalkanku walau sudah mengetahui siapa aku" Arsen mengucapkan itu dengan nada putus asa yang kentara

"Itu karena saya baru mengingat jika orang-orang itu adalah keluarga saya yang mulia, saya merasa saya akan bersama anda selama sisa hidup saya. Tapi saya akan meninggalkan mereka jika anda sudah menjemput saya, dan itu benar-benar terbukti" Acasha menatap Arsen dengan tatapan kosong dan air mata yang tidak hentinya menetes.

Arsen membawa Acasha kedalam pelukannya, sembari menggumamkan kata maaf berulang kali

"Maafkan aku ai, aku terlalu takut untuk kembali ditinggalkan" Acasha hanya diam hingga Arsen membawanya ke kamar mereka

"Kenapa tidak pernah bercerita?" Setelah keheningan yang lama, Acasha membuka suaranya

"Kenapa tidak pernah memberitahuku tentang perasaanmu, kehidupan macam apa yang sebenarnya ingin kau jalani" mendengar cara bicara Acasha yang mulai berubah, ada binar harapan dimatanya

"Ayahku bukannya tidak mencintai ibuku queen, hanya saja dia bukanlah orang yang dengan mudah mengekspresikan perasaannya. Memang benar dia ingin menjadi lebih kuat, tetapi bukan itu alasan utamanya" Acasha mengarahkan pandangannya pada Arsen ingin mendengar lebih lanjut

"Aku pun awalnya percaya, jika apa yang dikatakan marquess Sena itu benar. Tapi saat aku kembali ke istana, aku mendengar mereka merencanakan untuk mengorbankan ibuku karena dia adalah peri alam dan keturunan asli paragus yang mana darahnya sangat di inginkan para penganut sihir gelap dan menyayangkan kematian beliau. Ayahku mengetahuinya, itulah alasan mengapa kau dulu tidak di izinkan ayahku pergi. Jika kau tinggal disini maka ibuku tidak akan meninggalkan istana karena dia pasti akan menjagamu, maka dia tidak akan pernah menjadi korban pengikut sihir gelap. Aku pun mengetahuinya dari sihir perekam yang di tinggalkan ayahku, tapi sudah terlambat untuk menjemputmu" Acasha terkejut mendengar itu, dia hanya mempunyai ingatan tentang peri alam sebelumnya karena mereka akan memiliki tugas yang sama. Maka peri alam sebelumnya akan memberikan seluruh ingatannya kepada penerusnya.

Acasha bergerak masuk ke dalam pelukan Arsen, selama ini mereka sama-sama egois dengan pemikiran mereka. Bahkan setelah di pikir lagi ini pertama kalinya mereka benar-benar berbicara dengan benar.

"Jadi apakah itu artinya ibumu yang tidak mencintai kaisar sebelumnya?" Acasha bertanya dengan suara yang teredam

"Benar, dia hanya menjalankan tanggung jawabnya dan saat mendengar perkataan marquess Sena dia merasa punya alasan untuk meninggalkan ayahku" jadi Acasha salah paham selama ini?

Acasha semakin menyerukkan kepalanya ke dada Arsen, dia merasa sangat malu saat ini.

Arsen menarik Acasha pelan dan mengarahkan gadis itu untuk menatapnya, lalu dia mengecup lama kening gadisnya.

"Aku sudah bilang kau boleh menanyakan apapun begitu tiba disini, mengapa jadi begitu marah?" Mendengar itu Acasha sontak menatap Arsen tajam

"Bertanya apapun katamu? Memangnya siapa yang begitu tiba disini langsung pergi ke ruang rapat?" Acasha berkata dengan nada sinis yang kentara, bukannya takut Arsen malah merasa lucu melihat ekspresi gadis itu.

"Aku perlu mengurus beberapa hal queen, selama kita di Anxiera Grand Duke Marino menemukan jejak sihir kegelapan" Arsen mencoba menjelaskan kepada Acasha.

Mendengar itu Acasha sontak membulatkan matanya, mengingat sesuatu.

"Omong-omong yang mulia, sebenarnya saya harus memberi tahu anda sesuatu" Acasha mengucapkan itu dengan nada gugup

"Saya baru saja menyiksa beberapa orang di taman hutan belakang istana" Acasha memilin-milin kemeja Arsen tanda dia sedang gugup sekarang

"Hah?" Arsen benar-benar berekspresi sesuai dengan perkataannya 'cengo'

"Mereka duluan yang menyerang saya" Acasha mengucapkan itu dengan nada sebal, yang di balas raut shock Arsen.

💜💜💜

Cut

See you next chapter 👋👋

Predetermined (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang