Bagian 18

10.8K 1.3K 2
                                    

Acasha membuka kedua matanya dan menyadari jika mereka telah berada di makam keluarga kekaisaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acasha membuka kedua matanya dan menyadari jika mereka telah berada di makam keluarga kekaisaran. Acasha menatap kaisar, memastikan bahwa pria itu baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja queen jika itu yang kau khawatirkan" kaisar menjawab seakan tau apa yang dipikirkan gadis itu

Mengangkat bahunya acuh Acasha beralih menatap makam yang berdampingan itu dengan pandangan rumit. Kemudian dia memejamkan matanya mengatakan sesuatu yang hanya dia yang tahu.

Mereka kembali ke kediaman Dimitri dengan teleportasi ke kamar Acasha, walau Acasha masih tidak mengingat bagaimana bisa mereka sudah menikah dan kenapa sepertinya ayahnya dan Revian tidak mengingat itu, tapi berbeda dengan ayahnya dan Revian Arion tampak tenang menerima semua ini.

"Apa yang kau pikirkan queen?" Acasha hanya menggelengkan kepala mendapati pertanyaan itu

"Saya hanya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga saya sebelum pergi ke istana anda yang mulia" Acasha berucap sembari menekankan kata keluarga yang disambut kekehan kaisar

"Baiklah karena kau akan menghabiskan waktu dengan keluargamu, aku akan mengurus beberapa berkas kekaisaran yang sudah ku tinggal karena menjemput Ratuku." Acasha mendelik mendengar perkataan kaisar

"Maksud anda pekerjaan anda tertunda karena saya begitu?" Acasha menjawab dengan nada protes, saat itulah dia ingat jika kekaisaran kosong selama pria ini berada disini

"Lagipula apa anda yakin kekaisaran itu masih aman setelah anda tinggalkan?" Acasha bertanya dengan nada menantang

"Tentu saja, selain Rezandes tidak ada yang mampu menduduki kursi tahta" Kaisar menjawab dengan nada sombong yang membuat Acasha mendengus

Acasha pergi mendatangi Arion yang saat ini sedang ada di ruang kerja ayahnya. Mendudukkan dirinya acasha kemudian menyuguhkan teh dan camilan yang memang sebelumnya telah dia sediakan.

"Ada apa Aca? Tumben sekali kau mau datang sendiri keruangan ini?" Duke inisiatif membuka obrolan terlebih dahulu.

"Tentu saja aca kesini karena ingin bertemu dengan ayah dan Ari" Acasha kemudian mulai menatap ayahnya dengan serius.

"Ayah, apakah tidak apa Acasha menikah dengan pria itu?" Duke yang mendengar putrinya kembali mengabaikan sopan santun itu menghela nafas.

"Dia sudah ditakdirkan menjadi suamimu Acasha, lagipula kau adalah perempuan cerdas yang tangguh ayah yakin kau bisa menjadi ratu yang bijaksana" Duke Dimitri berucap penuh keyakinan

Acasha hanya mengangguk mengiyakan ucapan ayahnya. Lagipula siapa juga yang akan menolak bermenantukan seorang kaisar agung penguasa dari penguasa terlebih lagi kekaisaran adalah satu-satunya yang menganut paham monogami. Sehingga Acasha yakin itulah salah satu faktor terbesar ayahnya menyetujui pernikahan ini.

"Jangan berpikir macam-macam lady istirahatlah yang cukup, kau mungkin akan sedikit kelelahan besok" Acasha mengiyakan perkataan ayahnya kemudian pamit pergi setelah mereka berbincang ringan setelahnya. Ayahnya yang pendiam juga memberinya nasihat tentang bagaimana dia harus menghormati kaisar, menurutinya dan beberapa hal lainnya.

Niat Acasha yang ingin berbicara dengan Arion batal, karena lelaki itu hanya diam saja sedari tadi, dia juga menghindari pandangan Acasha. Melihat itu Acasha mengerti jika kakaknya itu tidak mau mendengar apapun yang akan dikatakannya.

Akhirnya Acasha memilih mendatangi Revian yang kata Vera sudah mengurung diri di kamarnya sejak tau pernikahan Acasha akan diadakan besok.

"Twiny, boleh aku masuk?" Acasha mengetuk pintu kamar Revian dan tangannya yang lain memegang sebuah wadah

Tidak lama pintu yang sejak selesai sarapan pagi itu tertutup akhirnya terbuka. Acasha dapat melihat raut kusut saudara kembarnya.

Gadis itu memeluk saudaranya erat yang dibalas Revian dengan mengelus kepalanya. Saat ini mereka sudah duduk di sofa kamar Revian.

"Bukannya kau bilang kau merindukanku Aca, kenapa malah pergi dengan pria jelek itu?" Acasha terkekeh mendengar Revian yang biasanya penuh kelembutan kini menggerutu.

"Aku harus pergi Vi, lagipula bukankah aku sudah dalam usia menikah?" Acasha menatap lekat Revian.

Menghela nafas Revian hanya menundukkan kepalanya, melihat itu Acasha meraih tangan Revian dan mengelusnya pelan

"Apa kau mau ikut denganku?" Acasha bertanya dengan nada persuasif, walau dia tak yakin.

"Aku pun ingin begitu, tetapi mana ada penyihir kerajaan yang meninggalkan kerajaannya" Acasha tersenyum mendengar jawaban itu. 'Sudah kuduga' batinnya

"Kalau begitu berkunjunglah Revian, aku akan meminta yang mulia kaisar memberikanmu akses ke istana Rezandes" Acasha kembali menambahkan

"Lagipula aku pergi ke rumah suamiku, bukan ke liang lahat" walau sedikit menyebalkan dan belum menerima Acasha tidak bisa menolak fakta itu

"Jangan bicara sembarangan Aca, kau semakin membuatku tidak rela melepasmu untuk bajingan itu. Oh, bagaimana jika aku mengajukan duel padanya" Acasha tersentak mendengar itu

"Vian berduel dengannya sama saja dengan mencari mati, kau tau sendiri bahkan dia bepergian kesini tanpa seorangpun disisinya" Revian menyugar rambutnya frustrasi karena masih tidak rela mengantar saudarinya menikah. Entah kenapa dia merasa mereka baru saja bertemu setelah berpisah sekian lama. Padahal gadis ini hanya tiga bulan saja bertingkah aneh.

"Baiklah aku tidak akan menyulitkanmu lagi" Revian menyerah kemudian dia mengarahkan pandangannya pada wadah yang dibawa Acasha

"Apa ini Aca?" Pasalnya yang dibawa Acasha terlihat seperti kue tapi bentuknya sedikit berbeda.

"Ini namanya crepes choco ice cream" Acasha memang sengaja membuat menu dessert andalan dari cafenya untuk Revian. Acasha selalu memakan itu jika suasana hatinya sedang tidak baik.

"Eum, Acasha ini sangat enak. Darimana kau belajar membuat makanan seperti ini?" Acasha tersenyum melihat raut wajah Revian yang berubah menjadi cerah

"Kau harus memberikan resep ini kepada juru masak mansion" Revian berucap sambil tidak hentinya memakan makanannya. Acasha hanya mengangguk mendengar itu.

"Ehm, kenapa kau tidak pernah memberikanku makanan seperti itu?" Acasha menoleh mendengar suara itu

💜💜💜

Cut

See you next chapter 👋👋

P.s malas baca ulang maaf jika ada typo

Predetermined (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang