Bagian 2

27.3K 2.6K 14
                                    

Seorang gadis cantik yang memiliki Surai coklat bergelombang dan hidung bangir yang mungil juga bibirnya yang kecil terbaring di sebuah kamar mewah bernuansa abu-abu dipadu dengan warna navy blue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis cantik yang memiliki Surai coklat bergelombang dan hidung bangir yang mungil juga bibirnya yang kecil terbaring di sebuah kamar mewah bernuansa abu-abu dipadu dengan warna navy blue.

Perlahan terlihat jari-jari gadis itu mulai bergerak, hingga membuat pelayan muda yang menunggunya dapat menghembuskan nafas lega.

Mata gadis itu terbuka dan terlihat beberapa kali mengernyit, mencoba mencerna situasi yang ada. Saat menelaah dan mencoba mengingat dimana dia berada gadis itu mendapati seseorang yang berpakaian seperti pelayan para bangsawan zaman abad pertengahan menatapnya dengan pandangan lega.

"Lady sudah sadar" gadis itu bertanya dengan suara rendah yang tersirat kekhawatiran didalamnya.

"Lady Acasha anda baik-baik saja? Atau apakah anda merasakan sakit?" Tunggu apa tadi? Acasha? Perempuan dengan pakaian pelayan ini memanggilnya Acasha?

"Apa maksudmu memanggilku Acasha?" Naya menatap bingung pada perempuan itu? Yah gadis yang sedari tadi terbaring itu adalah Nayanika.

"Anda memang lady Acasha, lebih tepatnya lady Narnia Acasha Dimitri" Naya bingung dengan perkataan gadis itu, tetapi lebih bingung lagi dengan keadaannya saat ini.

Dia mendapati dirinya mengenakan gaun tidur sutra yang lembut. Seumur-umur Naya sama sekali tidak pernah menggunakan gaun tidur. Terlebih lagi kamar mewah yang asing ini bukanlah miliknya. Dan kalau tidak salah ingat dirinya sebelum ini jatuh dan tenggelam di danau area perkemahan.

Seharusnya dia terbangun dengan keadaan terinfus di rumah sakit, bukan terbangun dikamar mewah dengan gaun tidur sutra sebagai Acasha. Naya bingung dengan situasi yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan. Dan kenapa pula dia merasa tidak asing dengan nama Acasha Dimitri itu. Entah dimana dia pernah mendengarnya.

Gubrak!!

Naya menoleh ke sumber suara itu, dan dia dapat melihat tiga lelaki tampan berbeda usia menghampirinya dengan raut khawatir. Huhh, dimana pun dia berada sepertinya harus berurusan dengan orang-orang yang tidak tau kata pelan dan hati-hati.

Naya dapat menyimpulkan tiga orang ini adalah ayah dan anak? Atau kakak adik? dilihat dari paras mereka. Laki-laki yang sepertinya berusia lebih tua memiliki surai coklat dengan iris abu yang indah dan memiliki rahang tegas dengan ekspresi tenang namun Naya dapat melihat kerutan di keningnya?

Sementara di sebelah kanannya berdiri laki-laki yang persis seperti pria itu tapi versi lebih muda? Sementara laki-laki di sebelah kirinya memiliki memiliki surai abu dengan iris apa itu sebutannya intinya warna mata kanan dan kirinya berbeda. Yang kiri berwarna abu dan yang kanan berwarna hijau. Untuk parasnya sendiri, lelaki itu cukup tampan tapi juga sedikit cantik? Dan naya dapat melihat tatapan lembut di matanya.

Tapi dari semua itu, yang paling membuat Naya heran saat ini adalah mereka hanya memandanginya tanpa mengucapkan apapun, sementara gadis pelayan tadi langsung meninggalkan ruangan ini sesaat setelah tiga orang ini masuk.

"Kalian siapa?" Tak tahan dengan keheningan yang ada, Naya memutuskan mengutarakan apa yang ada dipikirannya.

Dan saat mereka mendengar pertanyaannya, ketiga orang itu memasang wajah shock.

"Aca, kamu tidak mengenali kami? Aku Revian kakakmu" Naya hanya mengernyitkan dahi saat lelaki tampan nan cantik itu bicara.

Sementara dua orang lainnya menatap Naya sebentar lalu menghela nafas dan pergi meninggalkannya bersama lelaki yang katanya bernama Revian ini.

"Seminggu yang lalu kau akan pergi untuk menghadiri perjamuan yang diadakan permaisuri, karena aku saat itu tidak bisa menemanimu kau berkata ingin pergi sendiri saja kesana. Karena kami rasa itu bukanlah sesuatu yang berbahaya ayah mengizinkanmu untuk pergi" tanpa diminta lelaki itu menceritakan keadaan 'Acasha' sebelumnya.

"Ayah?" Beo Naya

"Iya, dua orang tadi adalah ayah kita Evander Dimitri dan juga kakak kita Arion Dimitri" Naya agak mengernyit mendengar kata 'kita' dari mulut lelaki ini.

"Ah, seharusnya kami memang bersiap akan kemungkinan ini. Bahkan dokter Deri sudah memberitahu sebelumnya" Naya hanya mendengarkan saja tanpa tau harus bereaksi seperti apa.

"Ngomong-ngomong Aku ini kakak kembarmu" Untuk sesaat Naya terpelongo dengan apa yang baru saja di dengarnya. Kakak kembar? Astaga sebenarnya ada dimana dia? Naya tidak ingat kalau dia bahkan punya kembaran.

"Karena kau masih bingung, aku akan membiarkanmu memiliki ruang untuk dirimu sendiri." Lelaki tampan sedikit cantik itu pergi meninggalkan Naya atau haruskah dia menyebut dirinya acasha sekarang?

Tidak ingin memikirkan yang terjadi terlalu lama Naya lebih memilih mengistirahatkan dirinya dan menganggap saat dia terbangun dia sudah berada di tenda penginapannya atau setidaknya berada di rumah sakit.

🌸🌸🌸

Naya menatap sekelilingnya, saat ini dia sedang berada di tempat yang kemanapun dia memandang hanya putihlah yang dapat ditangkap matanya.

"Nayanika?" Naya menoleh mendengar panggilan itu, dan saat dia melihat kearah suara yang memanggilnya dia sontak memudurkan langkahnya. Surai coklat dengan iris hijau juga hidung bangir yang mungil itu adalah miliknya wajahnya.

"Siapa kau?" Naya menatap orang yang mirip sepertinya itu penuh antipati.

"Aku adalah kau, dan kau adalah aku" ucap sosok itu tenang. Sesaat pikiran Naya melayang pada kejadian yang dia alami sebelumnya.

"Acasha Dimitri?" Naya menatap orang itu dengan pandangan bertanya yang agak ragu, dan didapatinya orang itu tersenyum tipis.

"Benar-benar aku ternyata" Naya mengerut tidak suka mendengar pernyataan itu.

"Dengar Naya apa yang aku katakan adalah kebenaran, kita berbagi jiwa dan ingatan yang sama" Naya semakin tidak mengerti dengan omongan orang dihadapannya ini.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskannya jadi aku hanya mengatakan intinya saja. Aku sudah tidak bisa lagi melanjutkan hidupku di dunia ini waktuku telah habis kini saatnya kau yang menjalani kehidupan itu, juga orang-orang yang ada di sekelilingmu itu adalah keluargamu mereka sangat menyayangi kita, dan juga bersiaplah karena orang itu pasti akan datang menjemputmu" Naya hanya menatap orang itu dengan raut datar.

Tiba-tiba Naya merasakan kepalanya seperti tertusuk-tusuk jarum juga dengungan yang memekakkan telinga sehingga dia merunduk kesakitan memegangi kepalanya, dan dia dapat mendengar orang itu berkata.

"Itu adalah tubuhmu sendiri dan semua yang terjadi sejak awal telah di tentukan, dan kaulah yang disebutkan takdir Ai" hingga sesaat sebelum kesadarannya hilang dia dapat melihat tulisan "Crown Prince Destiny"

"Acasha, Narnia acasha" perlahan Naya dapat menangkap suara-suara disekitarnya dengan samar hingga akhirnya dia membuka matanya perlahan, dan dapat dilihatnya kembali wajah ketiga orang yang sebelumnya telah dia temui menatapnya dan kemudian menghembuskan nafas lega dan diikuti dengan pengucapan kata syukur.

💜💜💜


Annyeong yeorobun. I'm back. Please tapp vote and leave comment. And then tell this story for your friends or family for supporting author

Predetermined (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang