Bagian 8

15.1K 1.7K 0
                                    

Acasha memandang pria yang saat ini sedang menahan pinggulnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Acasha memandang pria yang saat ini sedang menahan pinggulnya. Iris sapphire tajam dengan surai perak juga alis yang menukik tajam hidung bangir dengan bibir plum. Acasha berdecih di dalam hati dengan kesimpulannya sendiri.

Selanjutnya dalam waktu yang bersamaan Acasha menarik paksa tangan yang masih bertengger di pinggangnya kemudian menegakkan badan dan segara menendang kursi yang sudah oleng tersebut lalu berdiri tegak.

Acasha mengangkat tangannya dan mengamati sebentar apel yang sudah memiliki bekas gigitan. Ah, rupanya wanita itu menggunakan time stop. Itulah kenapa Acasha tersadar masih dalam posisi sebelumnya. Memasukkan apel tersebut kedalam saku gaunnya lalu Acasha memungut buku yang tadi sempat terjatuh.

Kemudian Acasha menunduk memberikan salam ala bangsawan "Terimakasih atas kemuliaan hati yang mulia sudah bersedia menyelamatkan saya. Semoga kesejukan hati dan kebahagiaan selalu meliputi anda" Acasha tidak melihat sedikit pun raut terkejut dari pria itu, iya pria yang tadi menangkap tubuh Acasha adalah kaisar Rezandes anak dari wanita gila yang baru saja Acasha temui yang wajahnya sendiri hampir tidak diketahui orang-orang.

Bagaimana Acasha bisa mengetahui hal itu? Setidaknya wanita itu tidak membual tentang jodoh yang sudah ditetapkan, Acasha dapat melihat ukiran namanya di potongan leher pria itu. Bedanya yang tertulis disitu adalah Narnia Acasha Rezandes.

Namun siapa peduli, saat ini Acasha harus menemui Revian yang mungkin saja sudah kalang kabut mencarinya.

Selangkah lagi akan mencapai pintu keluar Acasha mendengar geraman tertahan dari belakangnya.

"Siapa yang mengizinkanmu meninggalkanku queen?" Suara itu terdengar sangat dingin dengan amarah tertahan

Acasha menahan nafasnya selama sepersekian detik mendengar nada bicara yang terdengar mengerikan itu. Berbalik, Acasha memasang senyum formal.

"Maaf yang mulia tetapi saya sudah meninggalkan saudara saya terlalu lama" Tidak mau repot-repot berbasa-basi lagi Acasha segera meninggalkan toko buku tersebut.

Acasha melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa, tujuannya saat ini adalah menghampiri Revian.

Saat matanya menangkap keberadaan Revian Acasha semakin mempercepat langkahnya mengabaikan resiko bisa saja kakinya mengalami lecet setelah ini, bahkan saking tidak sabarnya dia mengangkat gaunnya dan berlari sambil memanggil Revian yang memandangnya dengan tatapan terkejut sekaligus khawatir.

Saat jarak mereka sudah semakin dekat Acasha menubruk badan Revian yang langsung terhuyung menerimanya. Syukurlah keseimbangan pria cantik itu cukup bagus.

"Ada apa Aca?" Walau sedikit terkejut dengan tingkah kembarannya Revian tetap mengelus lembut bahu Acasha.

"Aku merindukanmu Vian" Acasha berkata dengan nada lirih

Revian yang mendengar itu cukup heran sebenarnya, bukankah mereka selalu bersama sejak tadi. Revian hanya berhenti sebentar melihat stand botol-botol untuk ramuan obat. Sementara gadis itu, seperti biasa dia pergi kesana kemari menuntaskan rasa penasarannya. Bukannya Revian tidak tau, hanya saja dia ingin membiarkan saudarinya sedikit mendapatkan kebebasan.

"Baiklah jika kau masih ingin memelukku seperti ini, lebih baik kita pulang" pasalnya sudah hampir lima menit mereka dalam posisi ini, bahkan beberapa orang yang lewat memandangi mereka. Walau setelahnya mendapatkan pelototan dari Revian, dan tentu saja orang-orang itu tidak akan mau mencari masalah dengan putra kedua duke Dimitri.

Revian kemudian menggendong Acasha ala koala menuju kereta kuda mereka karena Acasha masih betah memeluk Revian. Hari ini Vera pelayan pribadi Acasha memang tidak ikut karena Revian sendiri yang melarangnya.

Bahkan sesampainya mereka di kediaman Dimitri Acasha tetap saja masih menempeli Revian hingga mendapat pandangan heran dari Arion dan Duke Dimitri.

"Kenapa adikmu Vian?" Evander menatap penuh tanya putra bungsunya.

Sementara Revian hanya menggelengkan kepala. Acasha yang mendengar suara ayahnya pun mendadak minta turun dari gendongan Revian dan segera menghambur kepelukan ayahnya.

"Ada apa nak?" Sisi lain Evander yang jarang sekali terlihat kini pria paruh baya yang masih kelihatan bugar dan tampan itu mengelus lembut puncak kepala putrinya, bahkan terakhir dia bertutur seperti ini saat Acasha berusia sepuluh tahun

"Maaf ayah Acasha selama ini selalu menentang ayah dan bahkan sering pergi keluar tanpa izin Ayah" Sungguh walau bukan dia secara langsung tapi dia tetaplah bagian dari Acasha. Gadis itu sangat merasa bersalah sekarang mengingat bagaimana tingkahNYA tiga bulan terakhir.

"Ayah maafkan tapi Acasha tidak boleh bertindak seperti itu lagi ya? Mintalah ditemani oleh Revian atau Arion" Acasha mengangguk masih dalam pelukan ayahnya. Acasha lalu mendongak menatap ayahnya yang dibalas dengan Duke merapikan surai Acasha bahkan mengaitkan rambutnya kebelakang telinga dan disambut senyum manis Acasha.

"Ehm ehm" Acasha menoleh mendengar suara deheman itu lalu melihat Arion yang sudah merentangkan tangannya. Terkekeh geli Acasha kemudian memeluk kakak tertuanya itu.

"Rion Nia rindu sekali pada Rion, Rion selalu saja sibuk dengan si Denandra jelek itu" Acasha mengerucutkan bibirnya sebal saat mengingat wajah putra mahkota.

"Aku hanya ingin membantunya sebagai seorang Dimitri dan sepupu Nia" Arion yang biasanya memasang wajah datar kini terkekeh mendengar kecemburuan adiknya pada putra mahkota. Arion suka suasana ini, setelah acasha yang tiba-tiba berubah dari tiga bulan yang lalu namun disisi lain entah kenapa dia merasakan akan terjadi sesuatu.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu diketuk diiringi dengan masuknya Harvest, saat ini Acasha memang sedang berada di ruang keluarga dengan keadaan pintu terbuka.

"Maaf  menyela waktu anda Duke tetapi saat ini Kaisar Astradamus sedang berkunjung ke kediaman" kalimat itu sederhana namun membuat semua orang di ruangan itu terkejut, kecuali Acasha tentunya.

💜💜💜

Cut

Good night all, gimana chapter ini? Kerasa nggak sih feel-nya? Sebenarnya tadi aku nggak mau update karena sampe rumah tuh udah jam delapanan. Tapi baru kemarin aku bilang mau update tiap hari masa udah mangkir aja.

Btw ini aku publish tanpa baca ulang, maaf kalo typonya bertebaran

See you next chapter guys👋👋

Predetermined (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang