Adakah yang menanti cerita ini?
Ayo tunjukan diri kalian! Absen dulu kuy biar aku makin semangaat buat nulis.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Angin menyibakan rambut Yuki dengan perlahan ketika ia barusaja membuka jendela kamarnya yang berada di lantai atas. Senyum manisnya masih bertahan disana membuat kedut disisi bibirnya. Sepertinya pertemuan singkat dengan Nasya membuat kelegaan sendiri dalam hati kecilnya. Satu persatu beban di hatinya mulai meringan.
Ia kembali memandang kamarnya yang hampir setengah kosong dengan pernak-perniknya. Beberapa koper besar sudah berjejer rapi disudut ruangan mengingat keberangkatannya ke London besok sore. Ia semakin tidak sabar memulai kehidupan barunya di Eropa dengan hati yang ringan dan tenang.
Benarkah semua masalahnya dengan Stefan sudah benar-benar berakhir sekarang?
Yuki menghela napas perlahan berusaha jujur dengan hatinya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk sambil menikmati hembusan angin malam serta sepinya jalanan. Tapi pandangannya menangkap mobil hitam yang terparkir tak jauh dari gerbang. Mobil yang ia kenal betul pemiliknya.
Dengan gerakan cepat ia meraih jaket dan ponsel yang berada di nakas. Yuki menuruni tangga dengan gusar sehingga menarik perhatian bu Elis yang kelimpungan untuk menghentikan langkah cepatnya. Seperti kesetanan ia berlari menuju gerbang utama dan membiarkan satpam rumahnya bertanya-tanya karena ia tak meminta bantuan sedikitpun.
"Non Yuki mau kemana?"
"Keluar sebentar, Pak."
"Hati-hati ya Non!"
Yuki tersenyum ketika gerbang rumahnya kembali tertutup. Ia mengatur napas sebentar sebelum mendekat kearah mobil hitam bmw tersebut.
Ia mengetuk kaca hitamnya sebentar sambil merunduk, "Kak Justin,"
Kaca mobil perlahan terbuka membiarkan sang pemiliknya terlihat dengan jelas. Berbeda dengan Yuki yang membeku ditempat. Jelas yang berada dihadapannya bukan Justin tapi Stefan—seseorang yang menganggu pikirannya sejak tadi. Stefan membiarkan pintu mobilnya tidak terkunci supaya Yuki bisa masuk.
"Lo ngapain kesini? Gue kira kak Justin." tanya Yuki dingin ketika sudah duduk didalam mobil
Stefan terkekeh pelan membenarkan prasangka Yuki karena saat ini ia sedang meminjam mobil kakaknya. Senyum Stefan semakin lebar ketika matanya bertemu dengan Yuki. Gadis itu selalu cantik walaupun hanya mengenakan piyama panjang sekalipun. Gadis yang selalu mengisi hatinya walaupun ia berusaha keras untuk menghilangkan bayangannya.
"Lo cantik," kekeh Stefan
Yuki mengernyit ketika menatap mata Stefan yang memerah. Dengan ragu ia mendekatkan diri untuk mencium bau. Benar saja Stefan sedang mabuk berat.
"Lo ngapain sih mabuk-mabukan kayak gini?" omel Yuki sambil meraih ponsel Stefan yang berada disaku kemeja.
"Karena lo ada dipikiran gue terus. Gue ngga tau cara ngilanginnya," jawab Stefan masih dengan senyuman lebar
"Lo gila tau ngga?"
"Gue gila karena lo,"
Dasar sinting!
Yuki berdecak kesal ketika mendengar jawaban Stefan yang diselingi dengan kekehan. Ia sibuk menghubungi Justin tapi selalu tidak mendapat jawaban. Ia segera mencari kontak teman-teman Stefan yang lain tapi nihil. Di dalam kontak pemuda itu hanya ada nomor Justin, Papa, Nasya, Rumah dan nomor-nomor yang tidak diberi nama oleh Stefan. Bahkan seluruh media social dan pesan dikunci dengan rapat.
Yuki mengerang frustasi. Ia tidak bisa menghubungi rumah dan membiarkan mereka tahu jika Stefan mabuk berat. Stefan akan mendapatkan masalah besok pagi.
"Ki,"
"Hm?"
"Jangan pergi,"
Dua kalimat yang membuat tubuhnya membeku begitu saja. Yuki berusaha tak mengambil hati mengabaikan ocehan Stefan dan fokus untuk mencari kontak Kevin di group sekolah.
"Yuki,"
"Berisik! Diem dulu gue lagi telepon Kevin buat nganterin lo pulang," omel Yuki sambil menunggu jawaban dari seberang.
"Ki, gue sayang sama lo."
"Terserah lo,"
"Ki,"
"Ap—" belum sempat menjawab Stefan meraih bahunya sehingga ia terjatuh dalam pelukan pemuda itu. Stefan meraup bibir Yuki dengan cepat tidak membiarkan lolos sedikitpun dari kurungannya.
Yuki meronta karena hampir kehabisan napas. Mendorong dada Stefan dengan keras sehingga ciuman mereka terlepas. Deru napas Stefan terasa hangat diatas bibirnya.
"Anjing, lepasin ga!" Ia berusaha memukul dada Stefan keras masih dengan menggengam ponsel ditangannya.
Stefan yang sedikit kuwalahan masih berusaha menarik dan kembali mencium bibir merah Yuki dengan ganas seolah tak ada lagi hari esok untuknya. Airmata Yuki mengalir deras karena tenaganya yang tidak sebanding untuk melawan Stefan.
"Please," isaknya sambil berusaha menutup bibir rapat-rapat selagi bisa.
Bau alcohol semakin terasa menyengat membuat Yuki sedikit merasa pusing.
Stefan menyerah melepaskan ciuman mereka. Ia sengaja membiarkan wajahnya berjarak lima senti saja dari Yuki. Menghirup dalam-dalam aroma gadis itu yang sebentar lagi jauh darinya.
"Gue sayang sama lo," bisik Stefan ketika pandangan mereka bertemu
Airmata Yuki kembali mengalir dengan tubuh yang masih bergetar hebat. Stefan kembali mencium airmata yang mengalir diwajah ayu Yuki.
"I'm sorry gue ngga bermaksud buat nyakitin lo. Gue kacau karena lo bakal pergi dari kehidupan gue. Gue ngga tau lagi harus gimana,"
Bukannya mereda tangis Yuki semakin terdengar jelas. Stefan semakin kalut dan gelisah dibuatnya.
"Ssttt, Ki jangan nangis. Gue minta maaf. Lo bisa pukul gue kalau mau," Stefan berusaha menggerakan tangan Yuki untuk memukul dirinya sendiri.
Yuki sendiri pun ingin marah dengan Stefan tapi hatinya juga tidak dapat dibohongi jika masih ada sisa rasa yang masih tertinggal. Ada rasa penyesalan juga rasa muak yang kini memenuhi hatinya. Ia pun sudah berusaha mati-matian untuk membuang perasaanya tapi Stefan selalu datang untuk menghancurkan benteng pertahanannya.
"Malem ini aja Ki biarin gue berada disisi lo kayak gini. Karena besok gue harus berusaha lupain lo untuk selamanya, please."
Yuki menggeleng tidak menyetujui permohonan Stefan. Ia berusaha melepaskan dekapan Stefan dan keluar dari mobil dengan tergesa. Ia mengusap airmatanya yang tak kunjung berhenti sambil mengecek panggilan yang ternyata diterima oleh kevin tiga puluh detik yang lalu.
"Halo,"
"Halo Vin lo bisa bantu gue ngga?" jawab Yuki dengan suara sumbang
"Lo ngga papa?"
"Gue ngga papa. Stefan mabuk berat tolong jemput dia ya Vin. Dia bawa mobil sendiri."
"Oke gue kesana."
"Thanks Vin,"
Yuki kembali menoleh kembali kearah mobil Stefan sebelum akhirnya melangkah cepat masuk kedalam rumah dengan perasaan yang kembali terluka. Stefan selalu saja berhasil mengaduk-aduk perasaannya tak membiarkan dirinya untuk berhasil sekali saja. Disaat dirinya akan pergi seolah Stefan menariknya kembali. Dilain sisi ia tidak akan mengecewakan Ayahnya hanya untuk kembali kepada Stefan.
Selama ini hanya Ayahnya yang support atas kehidupannya. Ayahnya yang selalu sabar dan Ayahnya yang terkena imbas atas hubungannya dengan Stefan yang gagal. Ia tidak sanggup lagi untuk menyakiti Ayahnya hanya demi Stefan seorang.
Sorry Stef, gue capek berjuang buat lo. Gue ngga bisa seperti Yuki yang dulu lagi.
Continue~
Key
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS (STEFKI VERS)
FanficTerlahir dari keluarga kaya bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Yuki Margareta, gadis dingin yang jatuh cinta kepada Stefan Andro. Sangat disayangkan karena pria itu membenci dirinya. Lantas bagaimana kisah cinta Yuki selanjutnya? Repost Karya Penak...