7. Facing The Door

6 1 0
                                    

Matahari sedang tenggalam dengan jingganya di ujung buana. Siluit kastil Hogwarts yang sangat megah dengan angin dingin yang berhembus seakan menambah kedamaian yang abadi.  Aku dan Rowan tengah bersiap-siap untuk makan malam di Grand Hall seperti biasanya. Sepanjang perjalanan, kami banyak berbicara tentang siapa sebenarnya 'R' yang misterius itu. Ada sesuatu pesan tanpa nama yang sangat sempat membuat viral di harian Daily Prophet beberapa waktu lalu. Pesan tersebut ditulis dalam bentuk es yang membeku pada salah satu salah satu koridor Hogwarts. Isinya adalah sebagai berikut. 'Ini baru pemulaan dan bukan akhir. Suatu hal buruk akan datang. waktumu sudah hampir berakhir.' Pesan itu sampai sekarang membuat kami semua penasaran siapa sebenarnya yang membuatnya. Pertanyaan dan pertanyaan terus bercabang hingga akhirnya kami sampai di Grand Hall. Setidaknya aku bisa melupakan sedikit dunia dan mengisi perut yang kini telah berbunyi. Aku rasa sahabatku Rowan juga sama denganku. Kami mengambil salah satu tempat disana dan membiarkan tangan memasukkan semua yang ada di meja ke dalam mulut. Setelah makan, kami dikejutkan dengan suatu suara yang sangat keras dari luar. Kami lalu keluar dari sana dan apa yang kami dapatkan adalah seseorang yang tengah lari dengan sangat cepat dengan es yang berjalar dari koridor. Semua yang terkena itu langsung membeku bagaikan es batu. Itu yang membuat kami semua berlari meninggalkan ruangan itu. Ada yang berteriak, ada yang menangis, ada yang bingung, ada juga yang tidak tahu harus pergi kemana karena semua berjalan dengan sangat cepat.  Aku dan Rowan berlari menuju suatu suatu ruangan yang aku sendiri lupa ruangan apa namun yang terlintas dalam mataku adalah suatu ruangan yang mungkin bisa menyelamatkan kami semua dari ombak es ini. Kami lalu masuk ke dalam sana dan menutup pintu itu dengan sangat rapat. Kami lalu menjauh dari pintu itu dan mendekati api unggun di salah satu sudut ruangan dari situ. Es itu lalu membekukan pintu itu dan mulai memasuki ruangan itu dengan sangat cepat. Kami hanya berharap semoga saja kami selamat dari sini. Namun ternyata kami salah. Es itu semakin mendekat dan terus mendekat. Kami menjerit dengan sangat lantang meminta pertolongan tolong namun tiada satupun yang mendengar. Rowan mengambil tongkat sihir dan mengarahkannya kepada es itu. Namun sayang, es itu tidak mempan terhadap mantra itu. Tiba-tiba Rowan terjatuh dan wajahnya langsung pucat dengan matanya yang tertutup sempurna. Pada saat aku memegang dahi wajahnya, dia seperti es. Aku jadi teringat akan pesan Madam Pomfrey bahwa Rowan masih belum stabil dan tidak bisa berada dalam suhu yang dingin dalam waktu yang lama. 

"Apa ya yang harus aku lakukan untuk menghangatkan dia?" bisikku dalam hati. Tiba-tiba sebuah bola lampu muncul di dalam otakku. Aku mengambil sebuah botol stoples tanpa isi dan meletakkan di depan kami. Pada saat yang berkesamaan es itu semakin mendekat. Aku mengambil tongkat sihir dan mengarahkannya ke dalam stoples itu.

"Incendio!"

Sebuah cahaya bagaikan lilin mengisi silender itu. Aku mengambil tangan Rowan dan meletakkannya pada bagian luar stoples itu. Aku lalu mengambil tongkat sihir ku dan kembali mengarahkannya ke arah es itu. Aku memutar sepenuh lingkaran sambil mengatakan Incendio.  Apa yang terjadi selanjutnya  adalah kami dilindungi oleh es itu dengan aku dan Rowan dalam lingkaran cahaya itu. Es itu terus berjalan membekukan semua yang ada dalam ruangan tersebut. Tak lama setelah itu, aku berjalan menuju pintu tempat kami memasuki ruangan itu. Aku langsung seperti sedang berlari dengan es di belakang ketika pintu itu tidak bisa dibuka. Aku berteriak meminta tolong dengan harapan ada yang mendengar dan menemukan kami. Tak lama setelah itu, aku mendengar sebuah langkah kaki dari luar ruangan. Dia kemudian menghantam pintu itu dengan sangat keras hingga akhirnya pintu itu terbuka lebar. Dia menatapku dengan senyumnya yang khas. 

"Julie, Apa yang kamu lakukan disini?"

"Hagrid! Aku sangat bersyukur kamu datang kesini." balasku sambil memeluknya dengan erat.

"Bukan apa-apa. Aku tadi mendengar seseorang meminta tolong dan itu membawaku kesini."

Aku mencerita segalanya kepada Hagrid tentang apa yang terjadi tadi dan mengapa Rowan terlihat sangat pucat disana. Dia lalu menggendong Rowan dan kami pergi meninggalkan tempat itu. Sepanjang koridor, apa yang aku lihat tidak seperti yang aku bayangkan. Seluruh sekolah kini seperti kutub utara. Dinginnya menusuk ke dalam tulang-tulang. Hanya saja tidak turun salju melainkan bongkahan es. Dari kejauhan aku melihat Madam Pomfrey yang tidak bisa berkata apa-apa. Wajahnya yang kini dingin seakan menambah kedinginan dalam koridor ini. 

Julie Carter & The Cursed VaultsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang