3. Black Quill

4 2 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana aku dan Rowan memulai petualangan yang sangat mengerikan. Kami pergi meninggalkan zona nyaman dan tibalah kami di koridor dekat pintu asrama Slytherin.

"Julie, ini adalah kesempatan terakhirmu untuk mengubah pikiran. Apakah kamu yakin?"

"Aku telah mempelajari mantra rencana. Ku rasa aku sudah siap Rowan."

"Baiklah Julie, semoga beruntung!"

"Aku tidak ada terpikir hingga sekarang.  Aku sendiri tidak tahu bagaimana isi ruangannya. Bagaimana aku mencari Black Quill?"

Rowan tiba-tiba memberi isyarat.

"Shh, Siap-siap Julie, 
mereka sudah datang."

Tak lama dua siswi Slytherin melewati kami. Saat melintas, kami berdua tak sengaja bisa mendengar percakapan mereka.

"Siapa ya yang merencanakan mantra Confundus? " tanya gadis anonim yang mempunyai rambut berwarna cokelat.

"Aku dengar katanya Gryffindor. Jika rumor itu benar, aku akan habisi mereka sehingga tidak ada yang tersisa."

Kami berdua memperhatikan gerak gerik kedua cewek itu untuk memastikan apakah mereka mau masuk ke ruangan itu atau tidak.

"Julie, cepat gunakan Reducio dan masuk sebelum pintu ditutup. Aku akan menjaga untuk memastikan tidak ada masuk untuk mencarimu. Buruan!"

Aku ambil tongkat sihirku,  mengayunkannya, dan kemudian memantra diriku sendiri. Tiba-tiba aku seperti semut dan masuk ke dalam ruangan itu tepat pada waktunya. Ruangan itu dipenuhi oleh jendela kristal berwarna hijau di sebelah kanan. Ditengah ruangan terdapat api unggun yang didepannya terdapat dua sofa berwarna hijau dengan meja diantaranya. Rasanya aku seperti berada dibawah laut ketika berada dalam ruangan itu. 

"Aku harus cepat menemukan Black Quill itu sebelum terjadi hal yang tidak kuinginkan."

Ku ayunkan tongkat sihirku sambil berkata 'Engorgio!' dan seketika aku kembali seperti semula. Aku mencari benda itu dimana-mana hingga akhirnya aku mendapatkannya. Aku bwrlari keluar dari ruangan iti secepatnya dan menemukan Rowan. 

"Aku berhasil mendapatkannya Rowan."

"Keren, aku tidak menyangka kamu bisa masuk ke dalam ruang utama Slytherin" kata Rowan.

"Kami juga" balas seseorang dari belakang kami.

Kami berdua lalu memutar 180 derajat dan apa yang kami lihat membuat aku dan Rowan ingin berlari dari situ secepatnya.

"Prof. Snape!" teriak kami histeris.

"Ternyata berita anginnya benar. Kalian berdua pelakunya. Apa yang bisa kalian katakan sekarang?"

Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan karena kami berdua telah tertangkap basah di depan Prof. Snape. Akhirnya aku menjelaskan kronologi dan alasan mengapa kami lancang untuk masuk ke sana.  

"Kami meminta maaf karena telah masuk kesana tanpa izin dan kami sangat menyesal. Aku melakukannya karena kami sedang mencari sahabatku yang hilang, Ben Copper. Kami menemukan sebuah surat yang meminta Ben untuk pergi ke Ruang Umum Slytherin untuk mendapatkan mendapatkan pesan misterius."

"Kalian tahu siapa yang menulisnya surat itu?"tanyanya dengan ekspresinya yang datar dan tanpa senyum. 

"Aku tidak tahu siapa namun diakhir surat tersebut ditandatangani oleh inisial  'R'." 

"Hmm, surat dengan inisial R?"

"Ya, Prof. Kami tidak tahu siapa sebenarnya 'R' pada surat itu."

"Lantas, surat itu apa saja isinya?"

"Surat itu ditulis dengan ancaman 'Kegagalan untuk mengikuti instruksi akan mendapatkan  hukuman yang sadis'.

"Kalau begitu kalian berdua pergi. Tapi awas, jika kalian masuk ke dalam ruangan itu lagi, aku akan meminta Tuan Filch untuk menghabisi kalian dengan hukuman yang paling berat. Kalian mengerti?"

"Kami mengerti!"

"Kalau begitu kalian berdua cepat pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran! Aku harus menulis surat kepada Prof. Dumbledore tentang hal ini."

Aku dan Rowan akhirnya bisa bernapas lega bahwa ternyata kami tidak dalam masalah. Kami beranjak dari tempat itu dan kembali ke asrama kami. Sepanjang perjalanan, kami banyak berbincang tentang surat 'R' itu dan apa ada hubungannya dengan Ben. Aku lihat Rowan juga tidak tahu pasti apa ada atau tidak karena ini masih membutuhkan riset lagi katanya. Dia juga penasaran dengan surat misterius yang juga aku dapatkan pada saat berada di dalam ruang sakit beberapa waktu lalu. 

"Rowan, kamu masih ingat ketika aku sakit waktu itu?"

"Masih, kenapa Julie?"

"Aku mendapatkan surat misterius tanpa nama namun anehnya dia memberiku bunga dengan cokelat. Sebelum itu, aku ada bertemu dengan seseorang misterius yang menyebabkan aku sampai masuk rumah sakit. Orang itu menggunakan rompi yang menutupi kepalanya dan mengancam akan membunuhku. Aku sempat hampir dibunuhnya namun aku juga tidak percaya mengapa bisa selamat. Aku juga tidak tahu apakah seseorang yang misterius itu orang yang sama dengan surat 'R' yang ditulis untuk Ben. Jika iya, apa yang sebenarnya yang diinginkannya."

"Aku rasa untuk saat ini kita simpan dulu pertanyaan dan nanti kita gali lagi jawabannya. Jangan khawatir Julie, aku akan selalu ada  untukmu. Paling tidak, kita berdua telah selamat dari hukuman dari Prof. Snape dan kamu berhasil menjalankan misi itu dengan selamat."




Julie Carter & The Cursed VaultsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang