Hari ini perasaan aku seperti senja yang kehilangan warnanya. Rasanya aku ingin terbang dari sini secepatnya. Memang benar apa katanya bahwa jika aku masih lama-lama disini aku bisa dalam bahaya. Tepat pada saat mentari hendak tenggelam di telan dunia aku ambil semua barangku, dan langsung berlari menuruni bukit menuju perahu. Tiba-tiba aku dikejar oleh seseorang dari belakang. Langkahnya bagaikan anak panah dari busur. Suaranya semakin lama semakin mendekat. Aku tidak peduli berlari semakin kencang. Namun sayang, aku tersandung batu dan terjatuh dengan begitu keras. Tak lama kemudian aku disambut oleh seseorang dengan muka yang tidak begitu jelas karena tertutup dengan rompinya. Dia menunduk ke arahku sehingga hanya mulutnya saja yang tampak dengan tongkat sihir di tangannya.
"Kali ini kamu tidak bisa lari dariku lagi, Julie. Semua sudah terlambat. Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan temanmu yang hilang itu. Lagipula, rahasiamu sudah terbongkar semuanya. Masa lalumu yang gelap membuatmu menjadi begini karena kakakmu. Kehilangannya yang begitu misterius membuat semua orang tahu tentangnya namun tidak ada satupun yang tahu mengapanya kecuali aku."
"Siapa kamu dan apa maumu?" tanyaku dengan sedikit ketakutan.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku Julie tetapi aku mengetahui semua hal tentangmu. Akan tiba saatnya kamu mengetahui namaku dan ketika itulah aku akan membunuhmu."
Saat itulah aku bangkit, mengayunkan tongkatku, dan mengarahkan kepadanya. Dia kemudian berubah menjadi makhluk yang sangat mengerikan. Jika aku lukiskan seperti awan gelap dengan wajah yang tidak begitu jelas sebagai kepalanya namun ada mulutnya. Aku tidak peduli apapun dan mengarahkan semua kemampuan mantra aku kepadanya. Tiba-tiba aku masuk dalam mulutnya yang seperti lorong awan yang panjang dan disana aku merasa sangat pusing. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
Ketika aku membuka mata aku sudah berada di dalam suatu ruangan yang dipenuhi oleh tempat tidur. Aku berada di salah satu tempat tidur dengan kondisi yang sudah agak baik. Aku sudah tidak merasakan pusing seperti sebelumnya. Tiba -tiba aku disambut oleh Madam Pomfrey, sang penyembuh. Dia menatapku dengan senyumnya yang melebar seperti horizon senja.
"Bagaimana keadaanmu Julie?"
"Saya sudah lumayan baik, Madam Pomfrey. Apa yang terjadi dengan saya?"
"Kamu telah dihipnotis dengan sihir hitam yang membuatmu pusing. Kamu sudah seminggu disini dalam keadaan tidak sadarkan diri Julie. Kebetulan ada seseorang yang membawamu ke sini. Dia meminta aku untuk memberimu ini.
"Siapa dia?"
"Dia memintaku agar jangan memberitahumu siapa dirinya. Dia menginginkan kamu sendiri yang membacanya. Oh ya, aku duluan ya Julie. Nanti kalau ada apa-apa kamu tinggal membunyikan bel ini."
Madam Pomfrey meninggalkan aku dengan surat misterius yang entah dari siapa dan bunga yang dipenuhi dengan cokelat sihir. Amplop surat tersebut berwarna coklat dengan cap lelehan lilin berwarna merah. Tidak ada tulisan apapun disana kecuali tulisan 'Untuk Julie Carter' dan catatan kecil yang bertulis 'jangan dibuka kecuali jika sudah sadar'.
Tiga hari setelah itu aku mendapatkan surat dari Rowan. Isinya adalah ajakan makan malam bersama di Grand Hall. Aku tidak habis pikir apakah dia sama aku masih sahabat atau sudah putus. Namun dugaan aku salah. Ia menatapku dengan penuh perasaan sambil menawarkan tangannya ke arahku.
"Julie, ada suatu hal yang mau ku katakan padamu. Setelah kejadian itu aku merasa bahwa kita sudah jauh terlalu lama. Mulai hari ini aku mau mengatakan maaf yang sedalam-dalamnya karena telah meninggalkanmu. Aku tahu bahwa kamu merasa kecewa mempunyai sahabat seperti aku. Aku juga merasa bersalah bahwa aku bukan sahabat yang baik bagimu. Karena itulah aku mohon terimalah maaf dari aku."
"Aku juga mau minta maaf juga Rowan. Seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi."
Begitulah pertemuan aku dengan dirinya. Rasanya aku seperti dibawah payung dalam hujan. Selanjutnya aku bercerita panjang lebar tentang surat yang beberapa waktu lalu. Ini membuat Rowan penasaran siapa pengirim surat misterius itu. Pada saat aku bercerita tentang sosok aneh yang akan membunuhku. Rowan sampai merinding dengan mengatakan bahwa kalau dia menjadi aku mungkin dia akan mengadu ke Prof.Mc.Gonagall.
"Aku rasa kamu harus cepat mengadu ke Prof. Mc.Gonagall tentang hal itu Julie. Ini bukan masalah aku atau Gryffindor lainnya, ini adalah tentang keselamatanmu. Dan aku mungkin tidak bisa selalu ada denganmu karena kamu tahu sendiri kita ada kelas yang berbeda jam."
"Tapi bagaimana dengan Ben? Apakah saat ini dia baik-baik saja? Sudah begitu lama dia sampai sekarang belum ditemukan."
"Aku rasa dia baik-baik saja Julie."
"Aku sering berpikiran dengannya Rowan. Apakah sudah terlambat untuk menyelamatkannya karena aku tidak yakin Ben bisa menunggu begitu lama. Entah mengapa semenjak dia pergi aku merasa kehilangan padahal aku dan dia tidak begitu dekat."
"Aku mengerti bagaimana perasaanmu Julie. Aku juga khawatir dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Julie Carter & The Cursed Vaults
FanfictionJulie Carter tidak menyangka bahwa tahun keduanya di Hogwarts akan terjadi tragedi yang sangat mengejutkan. Apalagi tahun kemarin yang masih menyimpan tanda tanya yang masih belum terpecahkan hingga sekarang. Bersama sahabatnya Rowan, Julie melakuka...