Bismillah
"Istriku Kuyang "
part_1# by: Ratna Dewi Lestari.
Angin semilir membelai rambutku yang lebat, ku telusuri setiap jalan di Kota yang baru saja ku datangi. Ya, kota dengan hutan yang lebat dan masih sangat asri. Kalimantan.
Bersama dengan sahabatku semasa kuliah dulu, aku mengadu nasib di Kota yang terkenal banyak cerita misteri di baliknya. Menurutku Kota ini tak seseram yang banyak orang ceritakan. Mungkin karena aku tinggal di daerah perkotaannya yang jauh dari hal mistis.
Yang kutahu Kota ini menyimpan banyak wanita cantik dan mempesona, memanjakan mata para pria dengan kulit wajah dan tubuhnya yang putih berseri.
Sambil menikmati keindahan Kota menggunakan vespa milik teman, ku tebarkan pesona dengan tersenyum manis ke setiap wanita yang berpapasan denganku. Ah, mereka rata-rata berwajah putih dan glowing. Membuat aku semakin betah di Kota ini. Surga wanita cantik.
***
Tak terasa sudah setahun berada di Kota nan asri ini. Akupun sudah bekerja di sebuah perusahaan yang terbilang elit dan bergaji lumayan besar. Dalam jangka waktu beberapa bulan saja, mobil sudah terparkir di kontrakanku. Sengaja tak membeli rumah karena aku tak bermaksud menetap selamanya di Kota ini.
Namun semua pikiranku seketika berubah di saat pertama melihat Arini, wanita cantik asli tanah Kalimantan yang baru saja magang di Kantorku. Wajahnya bukan hanya cantik, putih, bersih dan bersinar, tapi ketika berpapasan dengannya ada sesuatu yang membuatku ingin selalu menatapnya dan tak bisa berpaling dari paras cantiknya yang menawan.
Ia benar-benar membuatku tergila-gila. Wanita berjilbab dengan tubuh yang lumayan tinggi itu pun selalu membalas tatapan dan tersenyum melihat tingkahku yang selalu memperhatikannya.
Sebulan berkenalan dengannya, kuberanikan diri menemui orang tuanya. Walaupun antara aku dan Arini belum ada ikatan apapun, dan akupun belum menyatakan perasaanku. Nyatanya Arini tak keberatan dengan keinginanku.
Dengan rasa percaya diri aku datang bertandang kerumah Arini di hari minggu. Wanita itu tampak sangat cantik menyambut kedatanganku. Begitupun kedua orang tuanya yang begitu ramah kepadaku. Yang aku heran, wajah Ibu Arini terlihat sama cantik seperti Arini, sangat awet muda untuk ukuran seorang Ibu yang punya anak gadis seperti Arini.
Arini punya seorang adik yang berusia sepuluh tahun. Bocah laki-laki itu pun ramah dan senang berbincang denganku.
Keluarga Arini sangatlah baik. Rumah Arini yang eksotik dan terkesan asri dengan pepohonan rindang di sisi kanan dan kiri membuatku semakin betah dan ingin segera memantapkan hati untuk meminang Arini.
Kesempatan itu tak kusia-siakan, saat Arini mengajakku berkeliling dengan berjalan kaki menikmati suasana sore di sekitar tempat tinggalnya. Di pinggir sawah, ketika matahari mulai terbenam dengan langit yang berwarna jingga, kuungkapkan semua rasa, rasa cinta dan sayang kepada dirinya.
Gayung bersambut. Dengan tersipu malu Arini menerima cintaku. Wanita cantik itu mengangguk dengan tangan yang sedikit gemetar ketika kusentuh. Aku tak mampu menyembunyikan rasa bahagiaku. Dan dengan sebuah janji, aku tak ingin berpacaran lagi. Aku ingin segera melamarnya dan menjadikannya seorang istri.
Awalnya Arini sempat terkejut dengan ucapanku. Namun , setelah semua kuungkapkan ia pun setuju dengan syarat ia ingin tetap tinggal dengan kedua orang tuanya. Ia ingin berbakti dan merawat kedua orang tuanya. Bagiku tak masalah, aku malah bangga dengan sikap Arini yang begitu mencintai orang tuanya.
***
Pernikahan kami berlangsung secara meriah. Arini tampak sangat cantik menggunakan pakaian adat kebanggaannya. Keluargaku pun terpesona dengan kecantikan dan tak henti-henti memuji wanita pilihanku.