part 4

1.7K 105 2
                                    

Bismillah 

        "Istriku Kuyang"

#part_4

#by: Ratna Dewi Lestari.

    Krekkkkk!

   "Ah, sial pintu bergerak!" pikirku kalut.

   Arini dan ibunya serentak menatap ke arahku.

Beruntung aku sempat menyembunyikan diri di balik pintu. Merekapun melanjutkan kembali memakan seonggok daging berdarah sambil bercakap-cakap.

   Dag-dig-dug!

   Sumpah jantungku rasanya mau copot. Sungguh menjijikkan tingkah laku Arini dan ibunya. Sebenarnya siapa mereka?

   Perlahan akupun beranjak dari lantai dan kembali ke peraduan. Berpura-pura tidur kembali. 

   Krekkkkkk!

   Drap-drap-drap!

   Perlahan kudengar suara kaki Arini memasuki kamar. Jantungku rasa mau copot ketika ia merebahkan tubuhnya di sampingku. Bau anyir menyeruak dari tubuh indahnya. Sekuat mata ku paksa mataku untuk terpejam. Berdoa dalam hati agar bisa segera tidur. Aku benar-benar menjadi takut dengan istriku sendiri saat ini. Arini, apa sebenarnya yang terjadi denganmu, Sayang?

***

    Kejadian malam kemarin membuat ku terjaga hingga pagi hari. Walau kepala masih sangat pusing aku paksakan untuk bangun. Perlahan aku beranjak keluar kamar dengan mengendap-endap. Arini nampaknya sedang memasak di dapur. Rasa takut kian menyergap hatiku. 

     Tanpa di ketahui Arini, aku menatap aktifitasnya memasak dari balik dinding penyekat dapur dan ruang keluarga. Ku lihat Arini mendekati kulkas dan merunduk seperti mengambil sesuatu.

    Deg!

    Nanar ku lihat Arini mengambil benda yang berbentuk seperti kendi. Ia membuka penutupnya dan mengambil seonggok daging merah berlumuran darah kental yang menghitam.

    Huekkkk!

   Segera ku tutup mulutku. Takut Arini mengetahui keberadaanku. Benar-benar di luar dugaanku. Daging itu tanpa di cuci langsung dipotong kecil-kecil dan di masukkan ke dalam wajan penggorengan beserta bumbu-bumbu yang telah di haluskan.

    Sambil bernyanyi kecil Arini tampak sangat menikmati kegiatannya memasak hari ini.

    Plukkk!

   Jantungku rasanya berhenti berdetak saat sesuatu menepuk punggunggku pelan. Aku pun segera menoleh dan ...

   "Ngapain kamu, Nak! berdiri di sini," ucap Ayah sembari tersenyum melihatku.

   "Ah, ga apa-apa, Yah," jawabku berbohong. Aku takut Ayah mengetahui perbuataku yang sedang mengintip Arini.

    "Eh, Abang, ngapain berdiri di situ! ayo sarapan, Bang!" ajak Arini begitu melihatku sedang berbincang dengan Ayahnya.

    "Oia, Dek, Abang mandi dulu, ya ,Dek!" ucapku berusaha biasa saja padahal dalam hati sudah tak karuan.

    Selesai mandi, dengan kaki gemetar aku mendekat ke meja makan bersama dengan Arini , ayah, ibu dan adeknya. Mereka menatapku dengan senyuman yang terkembang.

     Jujur sebelum aku tahu banyak keanehan di diri Arini dan ibunya, aku selalu bahagia dan nyaman dengan keluarganya . Namun, berbeda dengan saat ini. Suasana ku rasa sangat mencekam .

    "Abang, makan ini ... Bang, ini enak banget loh, Bang, rica-rica daging spesial ," Arini menyodorkan rica-rica daging yang nampaknya sangat lezat tapi malah membuatku amat mual. Teringat pada saat Arini memasaknya tadi .

     "Em, Dek, Abang kepingin telor ceplok aja, Dek, kita ada stok telor kan, Dek?" jawabku berusaha menolak halus masakannya. Arini nampak mengernyitkan dahi, mungkin merasa aneh dengan tolakanku tadi. Namun, akhirnya Arini beranjak dari duduknya dan memasak telor seperti permintaanku tadi.

    Kulihat adek dan ayah Arini menyantap masakan Arini dengan lahap, begitu pun ibunya. Walaupun menahan mual kupaksakan mulutku untuk mengunyah. Secepat nya kuhabiskan makanan dan pergi bekerja setelah menunggu Arini bersiap-siap.

***

     Di sepanjang jalan aku hanya diam seribu bahasa. Pikiranku menerawang jauh. Arini pun sepertinya tak memperdulikan sikapku . Terbukti ia hanya menatap ke luar jendela seperti mencari dan memperhatikan sesuatu. Entah apa yang ada di pikirannya. Aku pun tak mau tahu .

***

    "Bang, kita langsung pulang 'kan?Adek mau pergi sebentar dengan ibu nanti," ucap Arini membuyarkan lamunanku.

    "Iya, Dek, tumben kamu mau keluar malam," jawabku sekenanya. Sedikit penasaran memang. Tak biasanya Arini keluar malam bersama ibunya.

     "Temanku Wita habis lahiran, Adek berniat menjenguknya bersama ibu nanti, pinjam mobil ya, Bang?" kata Arini dengan wajah yang berbinar.

      "Iya, Dek, Abang nanti istirahat aja,ya, Dek. Badan Abang capek," jawabku pelan. Mataku lurus ke depan. Aku takut menatap wajah Arini dengan semua hal-hal yang meliputinya beberapa hari ini.

     Aku berpura-pura tidur ketika mobil menderu dan meninggalkan pekarangan depan. Secepat kilat aku beranjak dari peraduan dan berlari menuju motor yang memang sengaja ku parkir di samping rumah. Beruntung ayah dan adiknya sudah tertidur di kamar.

      Arini memacu mobil pelan menembus kegelapan malam. Kuikuti dari jauh takut Arini mengetahui keberadaanku. Penasaran dengan kehidupan Arini sebenarnya . Semakin kesini aku semakin tak mengenal Arini. 

    Mobil berbelok dan melaju di jalan yang lenggang. Kulihat jam tanganku yang saat itu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam .

     Tiba-tiba mobil Arini memasuki jalanan tanah yang lumayan sempit , cukup hanya lewat satu mobil saja. Mobil itu berhenti begitu saja di pinggir jalan. Aku berhenti dan memperhatikan dari balik semak-semak yang ada di sisi kanan dan kiri jalan.

      Lama ku perhatikan tapi Arini dan ibunya tak jua keluar dari dalam mobil. Yang kulihat hanya mobil yang sedikit bergoyang, entah apa yang mereka lakukan di dalam. Rasa penasaranku semakin membuncah.

      Tak lama kulihat sesuatu dari dalam mobil melalui jendela. Karena di sini amat gelap , aku hanya melihat sesuatu terbang melesat cepat membumbung ke udara. Samar-samar nampak seperti rambut yang terkibar.

     Dengan tubuh gemetar ku dekati mobil Arini begitu ku rasa keadaan sudah semakin aman. Berbekal cahaya senter dari ponsel aku mulai memeriksa keadaan Arini di dalam mobil. Ku arahkan cahaya ponsel di kursi depan. Sedikit merunduk aku pun mulai menyenter dengan perlahan .

    "Astagaaaaa!" 

     Mataku seketika terkesima melihat pemandangan mengerikan yang tersedia di hadapanku saat ini. Dua buah tubuh tanpa kepala sedang duduk terpaku tiada pergerakan.  Hanya sedikit darah menetes dengan menyisakan bolongan di tengah-tengah leher.

     Tubuhku gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya . Sebenarnya siapakah istriku ini? 

     Aku ingin segera berlari. Namun kakiku seolah terhenti tatkala kulihat bayangan berkelebat tak jauh dari tempatku berdiri. Aku lalu ...

Aku lalu bersembunyi di bawah mobil. Samar-samar kulihat bayangan melesat mendekat. Ku tutup mulut dengan tangan yang bergetar. Sosok itu mengitari mobil seperti mencari sesuatu. Peluh membanjiri wajah dan tubuhku.

    Jelas terlihat dimataku dengan jarak dua meter, bagian bawah makhluk itu hampir menyentuh tanah. Usus terburai dengan ginjal, hati, dan organ dalam lain menggantung. Darah menetes di tanah seiring dengan pergerakannya melayang hampir menyentuh tanganku. 

    Sungguh beruntung nasibku, tak lama makhluk itu terbang menjauh. Perlahan aku keluar dari persembunyianku. Ku tatap dua kepala dengan usus terburai melayang cukup jauh dari tempatku berdiri. Sudah kadung tau siapa Arini, aku memilih untuk mengikuti kedua sosok itu yang kutahu itu ibu dan juga Arini. Mereka ...

isteriku kuyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang