Bismillah
"TEROR KUYANG"
#Part_9
#by:Ratna Dewi Lestari.
"Ha-ha-ha, mau kemana kalian?"
Makhluk itu menyeringai seolah mengejek ketakutan kami.
"Mas!" pekikku sembari mencengkeram tangan suamiku.
"Sudah! tutup saja matamu, Dek. Malam ini kita akhiri semua ini!" sahut Mas Yusuf. Tanpa di suruh pun mata ini refleks terpejam. Sungguh seumur hidup aku baru menjumpai makhluk yang benar-benar menakutkan seperti ini.
"Khihihihi, kau tak akan bisa lari dariku, Yusuf!" bentak makhluk itu.
"Aku pasti bisa mengalahkanmu! kau akan bernasib sama seperti anakmu!" gertak Mas Yusuf.
Brummmmm!
Mobil melaju semakin kencang. Aku memasang telinga dengan seksama. Mataku perlahan kubuka. Sialan. Makhluk itu masih saja menempel di kaca depan. Masih tertawa terbahak seolah ingin memecah konsentrasi Mas Yusuf.
"Bismillah, lindungi keluargakh, Yaa Allah," lirih Mas Yusuf. Pandangan matanya tetap lurus tanpa memperdulikan wanita setan itu. Laju kendaraanpun stabil.
"Mas, kita mau kemana?" ucapku dengan suara bergetar menahan takut.
"Ikuti saja. Yakin sama Mas!" sahutnya tanpa menatapku.
Aku memalingkan wajah ke samping. Mobil kulihat masuk ke persimpangan jalan. Berbelok ke kanan dan masih melaju kencang.
"Ha-ha-ha, kau tak akan bisa pergi dariku! Desa ini selalu sepi! tak akan ada yang menolong mu!" hardiknya.
Wanita itu lalu meniup-niup kembali wajahku. Membuat mataku berat.
Fuhhhhh! Fuhhhhhh!
"Akhhh! Mas!" pekikku. Lagi-lagi setiap tiupan itu perutku terasa nyeri. Sakit hingga ke tulang.
"Dini! sadar Din!" pekik Mas Yusuf. Tangannya mencengkeram jemariku.
"Akhhh! sa--sakit , Mas ...," ucapku lirih. Tenagaku serasa hilang. Lemah.
Dalam kekalutan kami, samar-samar kulihat sinar terang benderang di sisi kanan jalan. Orang-orang sepertinya banyak berkumpul.
Makhluk itu seketika melepaskan diri.
"Sial! awas kau Yusuf!" pekiknya sebelum akhirnya ia hilang di telan malam.
***
Pov Yusuf
Ckitttttt!
Mobil kuhentikan tepat di sisi surau yang berada di pinggir jalan. Alhamdulillah kulihat banyak bapak-bapak berkumpul di teras surau. Mereka menatap kedatangan kami dengan tatapan heran.
"Assalamualaikum, Pak," ucapku ketika turun dari mobil.
"Waalaikumsalam, Pak," sahut mereka berbarengan.
"Maaf, Pak. Bisa tolong istri saya, kami barusan di kejar kuyang," ucapku tergesa. Tubuhku masih gemetar hebat.
"Ya Allah, Pak. Cepat bawa istri Bapak kesini," jawab mereka dengan wajah panik.
Aku segera kembali ke mobil dan membawa Dini keluar dari mobil. Dini tampak sangat lemah. Untuk melangkahpun sepertinya sudah tak mampu. Aku pun lalu menggendong nya.
" Pak, mari ikut ke rumah saya. Kebetulan rumah saya di situ," sahut bapak-bapak berpeci hitam menunjuk ke arah rumahnya. Aku dan beberapa orang mengikuti bapak tersebut menuju rumahnya yang hanya berjarak tiga rumah dari surau.