Dengan langkah perlahan kuikuti mereka yang terbang tinggi dengan sinar berwarna merah terang di dekat hatinya.
Walau kakiku terasa sangat sakit karena harus berjalan di jalan tanah, semak dan jalan berbatu.
Perlahan ku lihat Arini mulai terbang rendah. Wajah Arini beserta ibunya menjadi sangat mengerikan. Mata Arini melotot dan lidahnya sangat panjang. Tampak jelas karena tersorot lampu rumah warga.
Mereka akhirnya berhenti dan mengitari sebuah rumah sederhana berwarna hijau. Arini melesat masuk melalui atap rumah warga. Aku mengendap memperhatikan dari jauh, rupanya Arini masuk ke dalam kamar yang kebetulan jendelanya transparan karena belum ditutup hordennya, sehingga nampak jelas apa yang Arini lakukan di situ.
Wanita itu sedang tertidur pulas ketika Arini mendekati perutnya yang membesar. Arini menatap dengan penuh nafsu, ingin menyantap wanita itu.
"Aaaaaa .... kuyang!" tak lama wanita itu bangun dan berteriak histeris. Arini malah mendekati wanita itu. Ia kemudian diam seperti terhipnotis .
Ku lihat dengan jelas bagaimana Arini dan ibunya dengan lahap menyantap bayi dan ari-arinya sampai tak bersisa. Wanita itu pun terkapar tak berdaya.
Setelah puas mereka melesat pergi. Entah bagaimana nasib wanita itu, aku pun tak tau. Aku memilih pergi dengan tubuh yang gemetar hebat.
***
Mobil Arini sudah tak ada di tempat ketika aku tiba. Perlahan aku mendekati motor yang tadi sempat ku sembunyikan. Dengkulku terasa lemas. Tak mungkin untuk pulang kerumah dengan keadaan yang seperti ini. Jangankan untuk pulang, melihat Arini saja aku seperti mau mati.
Ku pacu motorku dengan cepat menuju penginapan terdekat. Aku masih sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa rumah tanggaku.
Setelah menemukan penginapan yang lumayan nyaman, kurebahkan badanku di atas ranjang. Pikiranku menerawang jauh. Teringat dengan ucapan wanita malang tadi. Kuyang? Apa Arini Kuyang?
Ponsel berdering berulang kali. Kulihat sekilas, ternyata wajah wanita cantik itu terpampang di sana. Wajah yang semula memikat hatiku kini sangat enggan kulihat.
Tenyata di balik wajahnya yang cantik dan sifatnya yang manja, tersimpan sebuah misteri yang sangat mengerikan.
Sengaja tak ku angkat. Biarlah malam ini aku tenang, sembari mencari solusi yang terbaik. Karena berat bagiku untuk kembali ke pangkuan Arini. Apapun alasannya aku tak sudi.
***
Sekitar pukul sembilan aku kembali pulang kerumah. Mengumpulkan keberanian sebanyak-banyaknya. Biarlah untuk sementara waktu aku tinggal di situ, sampai akhirnya Arini yang meminta lepas dari pelukanku. Aku tak mau Arini sampai menjadikanku mangsanya dan aku mati konyol menjadi santapan berikutnya .
Di perjalanan pulang, tak sengaja aku melewati rumah wanita yang di ganggu Arini tadi malam. Rumah itu tampak ramai dengan bendera kuning di depan rumahnya.
Rasa penasaran menggelitik hatiku. Akupun lalu singgah dan bertanya pada seorang pria paruh baya .
"Maaf, Bapak, numpang tanya, siapa yang meninggal?" ucapku sopan.
"Itu anak Pak Rustam, Wita yang sedang hamil tua. Sepertinya tadi malam di serang kuyang," sahutnya.
"Ya, Allah jadi wanita malang tadi malam itu meninggal?" batinku.
"Oia , Pak, kuyang itu apa?" tanyaku.
"Kuyang itu ilmu hitam yang menurun, ilmu yang bisa membuat wajah awet muda, cantik dan tampil menarik."
"Seseorang yang menjadi kuyang harus makan bayi, ari-ari bayi, darah wanita haid dan jika tidak ada maka darah binatang akan jadi santapannya." Bapak tadi menjelaskan.