(⬆️) Seong Yohan X Lee Zin (⬇️)
❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘ ♡゙
"Yohan.." suara halus dari seorang wanita itu terucap begitu saja, disaat putra sulung lelakinya memasuki ruangan miliknya.
Pemuda itu dengan cepat melangkahkan kakinya, lalu mengambil posisi terduduk di kursi yang sudah tertera di ranjang single bed rumah sakit itu.
"Iya ma?" anak itu menjawab panggilan sang ibu.
Tangan milik sang ibu kini mencari cari keberadaan anak sulungnya, sampai sampai tangan Yohan bergerak menangkap tangan pucat itu. Memegangnya dengan lemput, supaya sang ibu tahu persis bahwa anaknya sekarang sudah berads di dekatnya.
Tangan pucat nan kriput itu mengelus serta memegang erat punggung tangan Yohan. Meskipun matanya sudah tidak dapat melihat lagi, setidaknya firasat serta kemampuan mendengarnya menjadi lebih tajam.
"Aku terkadang berpikir, kau cepat sekali besarnya. Mengingat sebetapa kejamnya aku sebagai ibunya yang meninggalkanmu begitu saja di umurmu yang begitu muda—" kalimat itu baru saja hendak memanjang, namun pemuda dengan surai coklat muda bergaya mullet itu dengan sigap memotong kalimat sang ibu. Dirinya sudah menebak apa saja yang akan dikataan oleh sang ibu.
"Mama sudahlah. Lagipula tumben sekali mama memanggilku, dan mengatakan bahwa hal ini sangatlah genting." Yohan berucap memotong kalimat sang ibunda.
"Ahahaha maaf jika aku menganggu pekerjaanmu. Lalu aku ingin memberi tahumu satu hal." suara halus itu menjeda kalimatnya sementara.
"Apakah aku sudah mendapatkan calon menantuku? Meskipun aku mendengar jawabanmu, sudah pasti sampai sekarang kau belum punya bukan?" pertanyaan itu lolos membuat Yohan membeku akan kata kata yang dirinya hendak ucapkan.Maksudnya bagaimana dirinya tahu bahwa sampai sekarang dirinya masihlah memakai status jomblo ataupun sedang tidak memiliki pasangan berhubungan romansa.
"Ehehehehe." Yohan terkekeh sekaligus bersweat drop malu. Dirinya yang selalu menjadi incaran kaum omega ataupun beta sampai sekarang masih belum memiliki seorang pasangan.
"Dasar. Aku tau aku tidak dapat melihatmu, tetapi aku tau betul bahwa dirimu yang sekarang pastinya sangat tampan." Ibunya berucap, dengan tangannya yang bergerak mendorong pelan kening sang anak sebab mendengar kekehan yanb menjadi jawaban pertanyaan sebelumnya.
"Ngomong ngomong soal calon, aku sudah menemukan satu untukmu.! Kau pasti tidak lupakan sama sahabatmu waktu kecil? Yah aku dan ibunya sudah merencanakan ini sejak lama." Ibu Yohan mengucapkannya seenak jidat, tidak memikirkan sebetapa shocknya Yohan saat ini.
"Ah- sahabat kecil? Maksudmu Mijin?" tanya Yohan, mengkerutkan alisnya bingung.
"Tidak, maksudku adalah Zin." Ibu Yohan menjawab pertanyaan sang anak dengan santainya, tidak lupa dengan senyum halus yang ia ukir di bibirnya.
'Hah?! Tidak mungkin Zin akan menjadi tunanganku nanti. Maksudku bagaimana pula dia yang selalu berlagak seperti alpha itu menjadi tunanganku? Baru kali ini aku tau, bahwasannya seorang alpha bisa kawin dengan rasnya yang sama. Tapi ada kemungkinan lain.. Bisa saja Zin seorang Beta.—' ucapan Yohan yang ia katakan pada dirinya senditi seketika berhenti disaat suara tidak asing itu memanggilnya lagi.
"Ah maaf ma. Aku hanya terkejut, dan sedikit melamun." Yohan menjawab pannggilan serta mengucapkan alasan mengapa ia melamun sebelumnya.
"Kau tidak keberatan bukan?.." tanya ibu Yohan, sedikit merendahkan suaranya karena takut sang anak merasa kesal dengan dirinya.
"Gapapa ma, Yohan bisa kok. Oh ya ma, Yohan mau lanjut dulu soalnya udah dipanggil boss ehehe" pemuda itu sebenarnya sedang berbohong. Sebab saat ini ia sangar tertekan, menutup semuanya supaya sang ibu tidak merasa bersalah.
Tidak lupa mengucapkan salam, pemuda itu langsung berjalan pergi keluar dari ruangan rumah sakit itu.
Kini ia sudah diluar dari ruangan itu, menyandarkan badannya pada dinding putih itu.
Ngomong ngomong soal Zin.. Dirinya jadi mengingatkannya oleh sesuatu.
flashback.
"Yohan." panggilan itu terdengar sangat tajam.
Pemuda yang dipanggil namanya, memutar bola matanya malas. Dirinya sudah menebak jelas siapa yang sedang memanggilnya saat ini.
"Apa?" jawab pemuda dengan surai coklat muda itu dingin.
"Pulang. Ibumu mengkhawatirkan—" ucapan itu terpotong, disaat Yohan sudah bergerak cepat mengkabedon Zin ke ujung.
Aura mencekam serta pheromone alpha milik Yohan ia keluarkan guna menekan lawannya saat ini. Jika ditanya dirinya saat itu sama sekali tidak tahu menahu tentang Zin yanh kini memiliki status seorang omega.
"Zin sudah kubilang berkali kali. Jangan mengusikku sekali pun, jika kau masih ingin tetap hidup" Yohan mengucapkannya, semakin mendekatkan wajahnya pada pria dibawahnya.
Baru saja Zin ingin pingsan sebab bau pheromone sangat mencekat yang dikeluarkan Yohan. Ia kurungkan niat ingin melakukan memarahi sabahat masa kecilnya. Dengan sekuat tenaga ia, mendorong Yohan supaya keluar dari situasi ini, dan lari secepat mungkin.
End flashback-
"Agh.. kepalaku pusing jika semakin memikirkan ini." Yohan mengucapkannya dengan helaan nafas panjang, tangannya mengusap kasar surai cokelat mudanya.
-seinley
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗢𝗥𝗖𝗘𝗗 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘. Yohan X Zin
FanfictionSepasang sahabat yang sangat akrab dulu sebab tragedi yang memutuskan ikatan persahabatan mereka. Tapi entah kenapa, mereka kini ditakdirkan untuk bersama lagi. Bukan sebagai teman tapi sebagai pasangan yang akan menemani hidup sampai akhir hayat. "...