Pagi yang cukup cerah, pancaran sinar matahari memancar sinarnya melalui jendela kaca yang terbuka begitu saja tanpa tertutupi sebuah gorden. Maklumkan saja Zin Lee yang bukan seorang morning person, selalu diberi perlakuan seperti ini oleh ibundanya yang merupakan seorang morning person.
Ia regangkan kedua tangannya, sebelum bangkit dan melipat selimut yang menutupi setengah dari tubuhnya. Ah semoga saja hari ini akan menjadi hari yang menenangkan, sebab ingat apa yang selalu orang orang katakan 'hari minggu, hari santai' ya begitulah ucap mereka mereka pada umumnya.
Pada umumnya seorang karakter utama dari cerita pasti akan menyiapkan dirinya lalu beraktifitas setelah bangun dari tidurnya. Tapi tidak dengan Zin, dirinya hanya terbangun sementara lalu kembali melanjutkan tidur cantiknya.
Hal itu memang tidak berlangsung lama. Sebab ibunda siapa yang tahan jika melihat anaknya yang begitu santainya menutup mata lalu tertidur pulas, sedangkan dirinya luntang lantung dan bekerja sana sini.
Suara berisik dari sebuah spatula juga panci yang besarnya bukan main saling bertemuan. Bertepuk cukup kuat berhasil membuat sang empu, Zin Lee terbangun dari tidur cantiknya. Ya meskipun begitu dirinya masih tidak memperdulikannya, sampai pukulan spatula tadi yang sebelumnya menepuk bawahan panci berpindah menjadi menempuk area bokong besar milik Zin.
"Pagi pagi malah molor, bukannya bantuin ibunya!. Sana sapu jangan lupa ngepel" Tanpa sebuah jawaban ataupun basa basi yang tidak berguna. Dengan secepat kilat Zin bangkit dari tempat tidurnya, lalu melakukan apa yang ibunda suruh untuk ia lakukan.
"yang bersih ya nakku~~" ibu Zin mengucapkannya dengan sangat ramah, seketika emosinya yang sebelumnya meluap lupa tiba tiba saja kini mereda.
Dengan malasnya Zin menjawab ucapan sang ibunda. "iya MaAaAaa"
一
Setelah selesai menyapu juga mengepel, tentu seorang manusia yang mudah lapar terlebihi lagi jika sehabis selesai melakukan pekerjaan yang cukup melelahkan langsung sigap dan memakan makanan yang sudah tersedia di meja makan.
Makanan sudah masuk ke dalam perut sang empu. Nah sekarang apa yang harus dilakukannya lagi? Ah ya. Karena dirinya tidak punya saudari untuk diganggu tentu dirinya akan bergerak menganggu sang ibunda(biasalah anak satu satunya memang begitu).
"MamaAaAaAa" pemuda bersurai legam itu memanggil nama sang ibunda di sepanjang jalannya hendak pergi ke kamar tidurnya. Tidak salah mengira ternyata sang ibunda masih berada disana. Tapi yang menjadi membingungkan.. buat apa semua baju Zin berada diluar? terlebihi lagi baju baju itu tersusun rapi juga terdapat sebuah koper besar berada disampingnya.
Mata sang empu melebar sekaligus terkejut oleh ulah sang ibunda. "LAH MAMAA, BAJU ZIN MAU DI TARU MANA?" tanya Zin dengan nada berteriak tidak terima semua baju bajunya disusun rapi begitu saja.
"OH HALO NAKKU~ SINI BANTUIN MAMA BERESIN BAJU KAMU" jika itu ibunda dari seorang Zin, pastinya pria bersurai gelam itu akan menurutinya. Sebab anak mana yang akan melawan seorang orangtua yang bukan berasal dari amerika.
Beberapa waktu kemudian, dimana Zin memang benar benar mendapatkan kesempatan untuk bertanya pada sang ibunda. "Ma tapi serius, ini Zin emang mau kemana? Kok baju Zin ditaruh ke koper semua" tanya Zin dengan bibirnya yang dibuat memanyun.
"Lah kamu kok lupa? Kan mama dah bilang kalau mama jodohin kamu sama temen lama kamu lohh, ituloh yang namanya Yohan" jawab sang Ibunda seenak daun, tidak memikirkan bagaimana ekspresi putranya saat ini.
"lah semenjak kapan Zin setuju?!" putra milik sang ibunda menolak dengan cepat, meskipun sudah tidak bisa ia tolak lagi.
"ah Zin gimana si? masih muda dah pelupa aja. Masa kamu ga ingat waktu kemaren kemaren malam, mama tanya sama kamu. 'mau ga dijodohin ama Yohan?' terus kamu jawab iya pake mangap mangap segala lagi" sang ibunda menjawab dengan polosnya, dirinya seketika melupakan fakta bahwa Zin yang ketika ditanya ketika sedang dalam tidur cantiknya pasti akan menjawabnya secara asal asalan.
"LAH MAMAA! MASA MAMA LUPA KALO AKU LAGI TIDUR, DITANYA ITU PASTI JAWABANNYA NGELANTUR?!" Zin kembali menjawabnya dengan nada berteriak juga emosi.
"hah berisik kamu Zin, udah sana beresin barang barang kamu. Nanti Yohan dah datang kesini jam enam teng harus dah selesai" ucap ibunda singkat, padat, namun tidak jelas.
Pintu kamar Zin langsung ditutup oleh sang ibunda, meninggalkan seorang zin yang kini sudah sendirian di kamarnya. "duh.. ga kebayang secanggung apa gua nanti klo dah sama Yohan." ucap Zin pada dirinya sendiri, lalu mengusap surai legamnya kasar.
一
"Dadaa nakku!~ Oh ya Yohan jagain Zin ya! Maklum anaknya suka ga patuh" ucap sang ibunda, ngelantur sedikit. Sedangkan anaknya disana dengan cepat berkomentar tentang statmen ucapan ibunya yang salah.
"iya tante pasti kok. oh ya om, tante Yohan sama Zin pergi dlu ya" ucap Yohan dengan halus, menjaga imagenya di depan orangtua keduanya.
Kaca mobil itu segera di naikkan dengan pergerakan jari sekali tekan. Dan disini tersis Yohan juga Zin berada di ruangan yang sama, HANYA BERDUA.
Hanya terdengar lantunan lagu The neighborhood juga suara hujan lebat yang menjadi bagaimana suasana di mobil kini. Tanpa pembicaraan apapun, hanya suara lagu juga musik yang terdengar.
Yohan yang sedari tadi curi curi pandang untuk mendapat perhatian Zin. Sedangkan Zin yang sedari tadi menatap sampingnya, tanpa sekali kali melihat balik kearah Yohan yang sibuk menyetir.
Ah cukup kesabaran Zin menghadapi Yohan yang juga sama sekali tidak mau mengalah. Ia memulai pembicaraan yang sudah tahu akan berakhir canggung dengan sedikit berat hati.
"jadi semenjak insiden aliran sesat yang sudah ditangani polisi. Kamu selama ini kemana aja?" tanya Zin lekat lekat, tanpa mengetahui Yohan yang sangat sensitif apabila membahas topik yang ditentukan secara lancang saat ini.
-seinley
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗢𝗥𝗖𝗘𝗗 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘. Yohan X Zin
FanfictionSepasang sahabat yang sangat akrab dulu sebab tragedi yang memutuskan ikatan persahabatan mereka. Tapi entah kenapa, mereka kini ditakdirkan untuk bersama lagi. Bukan sebagai teman tapi sebagai pasangan yang akan menemani hidup sampai akhir hayat. "...