010

1.6K 249 19
                                    

Pheromone alpha milik Yohan mendominasi seisi ruangan. Membuat Zin yang sedang berada dibawahnya kesulitan untuk berkutik juga kesemoatannya untuk lari sangatlah sempit. Ia hanya mengucapkan suara suara erotis itu yang bercampuran dengan umpatan kotor yang keluar dari bibirnya.

"brengshekss, nnh. haa-!" Zin tidak henti mengeluh, dan berucap kasar disaat pria bersurai coklat masih saja menjamahinya. Tangannya sudah beberapa kali mendorong dan mencegah Yohan untuk tidak masuk lebih dalam lagi. Namun usai, Yohan malah semakin mendorong tangannya kedalam tanpa aba aba dan berhasil membuat Zin tersentak lagi dan lagi. 

Merasa bosan, akhirnya Yohan menarik jarinya keluar. Zin disana langsung mendesah lega, disaat rasa sakit bercampuran dengan kenikmatan itu akhirnya berhenti. Kini Yohan kembali lagi menyesap juga mencumbu bibir merah yang sedari tadi membuat sedikit celah.

"hummph," Zin seperti tidak bisa bernafas saja mengikuti permainan brutal Yohan. Padahal ini baru saja permulaan, tapi Zin sudah lemah saja. Yohan melepaskan ciumannya lagi, ia memberi beberap jeda lalu kembali mencumbu bibir itu. 

Zin seperti dipermainkan saja, disaat Yohan melepas lalu menautkan bibir itu padanya berulang ulang. Rasanya seperti dikasih permen lalu ditarik lagi oleh sang pemberi. Tidak hanya bibir yang saling bertemu juga bibir yang menari nari didalam. Tangan Yohan juga gatal, ia justru mengocok penis Zin dengan tempo yang cepat, sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada Zin nantinya.

"uwahhm" disaat Yohan melepaskan ciumannya. Disanalah Zin akhirnya bisa menghirup oksigen dengan rakusnya, dan saat waktu itu juga Zin mengeluarkan cairan putih kental yang membasahi area permukaan sprei.

"baru segini loh, kau sudah sekacau ini saja" 

Zin yang mendengaran ucapan itu langsung mengernyit kesal. Lagian Alpha mana yang akan merasakat rasa sakit yang dirasakan oleh omega disaat mereka melakukan hal itu bersama. 

Pria dengan surai coklat muda itu tersenyum, saat ia melihat ekspresi yang ditampilkan Zin. Ia menarik Zin kepada dekapannya, memberi pria itu kecupan kecil di kening milik Zin. 

"kau terkejut?" sekali lagi Yohan mengeluarkan pertanyaan yang berhasil membangkitkan amarah Zin. 

"diam kau bangsat!" umpat Zin, memukul kecil dada bidang Yohan. Ia berusaha keras untuk tidak melinangangkan sebuah air mata, namun semua itu pudar saat ia juga Yohan saling bertatapan.

"maafkan aku menganggu tidurmu" ucap Yohan halus, lalu mencium singkat kelopak mata Zin yang tertutup sebab sedang melinangkan air mata yang keluar secara perlahan. 

Tidak lama setelah momen itu terjadi, akhirnya dua sejoli jatuh terlelap dalam tidurnya.


Pagi, sekitar pukul 10.17 akhirnya juga Zin bangun, ia membuka kelopak matanya perlahan lahan. Tangannya terlihat meraih sesuatu, namun justru ia malah merasa aneh. Kenapa tiba tiba seisi ranjang terlihat lebih luas? Bukannya tadi malam Yohan tidur bersamanya.

Ngomong ngomong tentang Yohan, pikirannya langsung pusing saat memikir pria itu. "agh!" Zin merintis sembari mengkerutkan alisnya. Semua kejadian yang terjadi tadi malam terulang lagi pada pikirannya. 

Hah.. ini masih pagi pikirannya sudah dibuat pusing saja. Tapi ada hal yang masih saja mengganjal pada benaknya. Kenapa kamar ini terasa berbeda, pikirnya. Dan benar saja, justru yang memindahkannya adalah Yohan sendiri.



Lampu kamar hidup secara tiba tiba, dan itu sangat menggangu Zin yang masih terlelap dalam tidurnya. "ahh, Yohan. Matikan lampunya!" keluhnya, pada pria bersurai coklat muda itu, sembari menutup mata menggunakan lengannya. 

𝗙𝗢𝗥𝗖𝗘𝗗 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘. Yohan X ZinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang