Bumi kembali berputar, yang tadinya malam yang ditemani bulan kini nampaklah planet terbesar telak menyinari indahnya langit biru. Saat ini pagi, pukul delapan. Dan kedua sosok empu masih saja bergulat dalam gulungan selimut, saling memegang satu sama lain seperti berpelukan dan sentuhan kecil nanhangat lainnya.
Tidak ada percakapan antarkedua manusia, melihat dua orang itu masih saja menutup mata dan terlelap dalam indahnya alam mimpi. Hanya ada suara seokor induk burung yang sedang berkicau dengan anak anaknya, juga dengkuran dengkuran halu juga suara nafas kedua sosok yang masih terlelap dalam tidurnya.
Sekitaran tiga menit lalu kemudian, akhirnya salah satu dari kedua sosok itu terbangun juga. Dan orang itu adalah Zin, matanya perlahan terbuka dan bisa merasakan hawa hangat yang berada pada dirinya juga sekitarannya. Kepalanya tidak lagi meraskan pusing seperti tadi malam, dan sepertinya demam nya turun dan kondisinya akhirnya kembali seperti semula.
Masih dalam keadaan belum tersadar sempurna. Ia menarik tangannya dari dalam baju Yohan, dan merenggangkannya. Sebuah uapan besar keluar dari mulutnya, dan dengan segera ia menutup itu dengan tangannya. Sampai sampai disaat ia hendak berposisi kaki bersilang dan terduduk, seperti ada halangan dan sesuatu yang setia menghalangnya.
Sampai ia memutarkan kepalanya, dan bisa merasakan deru nafas yang terasa di bagian depan lehernya. Matanya membulat kejut, apa yang membuat Yohan ingin tidur dengannya? Bukannya ia sudah melarang Yohan untuk tidak tidur dengannya sekalipun ia dalam posisi tidak sadar dan meminta pria itu untuk tidur dengannya.
Tangannya hendak mendorong pria itu agar terjatuh dan melepas dekapannya. Tapi sebelum itu ia memperhatikan Yohan yang sangat tertidur pulas, seperti baru pertama kali rasanya tertidur dengan nyaman. Pelukan tangan Yohan tak lepas dari pinggul Zin, seakan ia akan terlepas lagi dari pandangan Zin dan masa lalu itu terulang lagi.
Tanpa ia sadari tangannya malah bergerak meraba serta mengusap surai coklat muda itu. Terkesiap akan betapa lembutnya surai coklat itu, rasanya seperti memegang bola bulu. "heh, kemaren yang katanya jangan dekat dekat. ko bisa sedekat ini?" suara itu langsung merusak suasana hati Zin.
Tanpa ragu ragu kedua tangan itu langsung mendorong tubuh Yohan, alhasil membuat yang didorong ambruk di lantai. "jahat sekali kau Zin. Inikah balasan perbuatanku kemaren?" ucap Yohan sekali lagi, masih dengan dirinya yang terbaring di lantai.
"Persetan! Aku masih belum memaafkanmu!" jawab Zin, langsung menarik selimut tebal itu menutupi seluruh tubuhnya.
Yohan langsung berdiri, dan bisa melihat Zin berada dalam gumpalan selimut yang tebal. Maniknya menatap sosok itu, lalu melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi berada.
一
Beberapa waktu kemudian akhirnya sosok Zin bangun dan bangkit dari tempat tidur juga. Dengan keadaan lusuh, dan mata yang masih terbuka setengah ia berjalan menuju dapur. Langkahnya sangat lamban, namun meskipun begitu ia sudah tiba di dapur dan langsung duduk di salah satu kursi yang sudah tertera disana.
"aghhh laper" Zin berucap pada dirinya sendiri, sebab ia sama sekali tidak melihat piring yang berisi sebuah hidangan yang siap di lahap. Nafas kasar keluar dari mulut Zin. pikirnya Yohan sudah menyiapkan suatu hidangan untuknya. Seandainya Zin ketahui masakan yang dirinya makan kemarin, merupakan masakan ibunya sendiri.
Zin langsung memakai apron yang tergantung disana, memakainya lalu berjalan kearah kulkas melihat seisinya, dan juga berpikir akan apa yang ia masak saat ini. Tink! Satu ide langsung muncul saat ia melihat beberap bahan makanan yang akan menjadikan hidangan favoritnya.
一
Ketika hidangan itu sudah hampir siap disajikan, muncullah sosok yang sangat tidak diinginkan Zin dari seberang pintu luar. Langkah kaki orang itu terdengar, dan lama kelamaan akhirnya sosok itu datang dengan suara hidung yang sedang mencium cium aroma lezat dari dapur.
Dan dua sosok itu langsung saling mandang memandang. Zin dengan tatapan kesal, dan Yohan seperti biasa dengan raut wajah polosnya. "dari mana?" tanya sang surai gelap dengan ketus, menatap kearah Yohan yang terlihat sibuk mencari sesuatu.
"emh? jogging bentar tadi." jawab sang empu, mengambil satu kantung kresek berisi makanan anjing. Ia membuka isi plastik itu, dan seketika peliharannya yaitu eden dan miro langsung muncul dengan cepat. Tangannya langsung berisi nampan makanan anjing itu, dan dengan sabarnya kedua anjing itu menunggu makanannya tersajikan.
"sini makan" entah apa yang terjadi dan membuat Zin berkata seperti itu, yang pastinya rautnya terlihat sedikit khawatir akan Yohan yang baru saja berolahraga dan tidak merasa lapar, meskipun belum memakan apa apa.
Yohan bangkit dari posisi jongkoknya, lalu berpikir sementara. "hmm, tapi suapin ya" jawabnya dengan santainya. Langkahnya lalu beralih pada kursi disamping Zin, lalu duduk disana.
Zin tidak bisa menolak lagi, saat dirinya ingat kejadian kemarin yang tidak terduganya. Ya benar, disana Yohan terlihat sangat baik dan loyal. Ia benci mengakuinya tetapi bisa memanfaatkan Yohan seperti kemarin sangatlah menyenangkan. Bagaimana tidak, Yohan disuruh itu lalu ini langsung gercep dan itu langsung membuat hatinya puas. Meskipun begitu ada beberapa kejadian yang masih membuat dirinya malu dan kadang ciut berada di depan Yohan.
Lamunan Zin terpecah saat Yohan beberapa kali memanggil namanya. "aishh Zin, yang bener suap nya" ucapnya, dan langsung mendapati suapan yang benar benar sesuap makanan langsung dimulutnya. Membuat Yohan kembali tenang dan melanjutkan gamenya.
"anjir gini ya rasanya kalo nyuapin bocah yang lagi makan sambil main epep" ucap Zin dari dalam hatinya sendiri.
-seinley
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗢𝗥𝗖𝗘𝗗 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘. Yohan X Zin
FanfictionSepasang sahabat yang sangat akrab dulu sebab tragedi yang memutuskan ikatan persahabatan mereka. Tapi entah kenapa, mereka kini ditakdirkan untuk bersama lagi. Bukan sebagai teman tapi sebagai pasangan yang akan menemani hidup sampai akhir hayat. "...