006

1.7K 281 26
                                    

Yohan terbangun dengan posisi badan yang tertidur tidak mengenakkan. Bagaimana tidak, dia saja tertidur masih dengan posisi †erduduk dengan tangan yang terlipat di dada. Bibirnya  berdecak kesal lalu perlahan membuka matanya. Ia lirik tangannya yang terbalut arloji hitam yang kini sedang menunjukkan pukul enam lewat. 

Manik matanya bergerak kesamping menatap kearah jendela yang terbuka sedikit oleh gorden putih transparan. Pikirnya dalam hati, cepat sekali langit ini gelap. Padahal dirinya saja yang tidak sadar sudah tidur lebih dari dua jam. Ia lirik pandangannya pada sosok yang masih tertidur pulas. 

Ah ya. Ia harus membangunkan Zin untuk membuat pria itu meminum obatnya juga memberi pria itu makan malam. Kakinya bergerak tegap, berdiri lalu tangannya menarik selimut itu dengan cepat. Satu kaki ia angkatkan menyentuh empuknya kasur yang sedang ditiduri oleh Zin. Satu kaki lagi ia angkatkan lagi, dan kini kedua kakinya sudah berada di atas ranjang. 

"sorry zin" ucapnya dalam hati, mengedipkan matanya sekali lalu mulai bergerak untuk melompat. Lompatan demi lompatan ia lakukan agar pria dengan surai gelam itu bangun dari tidurnya. Duh Yohan sekali brutal ga tanggung tanggung, kasihan Zinnya 😰. Badan Zin ikut terlompat saat goncangan tempat tidur itu mulai memasuki mimpinya.

Ia mengucek matanya, pergerakannya mulai gelisah namun disaat bersamaan lompatan yang di buat oleh ulah Yohan pun berhenti. Dirinya kesal sangat kesal.. sampai ia membuka matanya dan langsung mengerjap kejut akan kehadiran Yohan yang sudah berada di dekatnya, pria itu menatap maniknya lekat lekat apalagi dengan posisi sedang terjongkok. Duh seperti mimpi buruk saja. 

Zin sempat loading sebentar, mulutnya hendak bersuara dan mengeluarkan bunyi teriakan namun jari telunjuk Yohan sudah diluan membuat mulut itu berhenti untuk melakukannya. Posisinya yang tadi sedang berjongkok kini sudah duduk melipat kedua kakinya. Zin langsung terduduk dengan nafas terengah engah, ia baru saja bangun dari mimpi terburuknya. 

"YOHA-" mulut itu hendak mengucapkan nama milik sang surai coklat muda. Sampai semua itu terhenti lagi saat Yohan yang tumben sekali menjadi seorang yang peka dengan cepat menarik Zin kedalam pelukannya dan menenangkan pria itu. "mimpi buruk ya?" tanya halus padahal seandainya saja Zin tau yang sebenarnya, bahwasannya yang membuat mimpi Zin yang berawa lovely lovely happy menjadi very very stressu merupakan YOhan. 

Di dalam mimpi Zin, disana dirinya sedang tidur di bawah awan yang lembut ditemani oleh nyanyian para malaikat yang sangat merdu. Sampai semua itu berhenti sebab ia merasa dirinya sedang dalam goncangan yang sangat kuat, didalam mimmpinya disana terlihat langit mulai berubah hijau, suara nyanyian malaikat hilang, dan yang terakhir lagi bagai gempa bumi yang melanda didalam mimpi Zin yang membuat sosok itu langsung bangun. 

"iyaa, tadi kayak ada monster yang guncangin mimpi Zin" jawab Zin, seketika sifat aslinya hilang dan kini bersifat layaknya anak bayi yang telah hilang induknya. Lalu dengan edannya Yohan berpura pura tidak tahu, dan menjawab. "duhh monsternya jahat ya? nanti kita puk puk monternya. biar ga ganggu Zin lagi" ucapnya mengecup kening Zin, sembari mengelus ngelus surai gelamnya.

"huum huum" Zin semakin mengeratkan pelukannya, merasa nyaman berada di dekapan Yohan. Dan lagi lagi sifat aslinya belum muncul, sepertinya ia masih merasa berada di alam mimpi. Layaknya putri yang diselamatkan seorang pangeran dari monster jelek buruk rupa.

Yohan melepas dekapannya perlahan, memposisikan Zin untuk duduk lalu pamit sementara untuk mengambil makanan juga obat yang akan disantap Zin. 

Sampai dirinya balik, barulah ia mulai memberi makan Zin dan tidak lupa membuat pria itu untuk menyantap kembali obatnya. 

"IH GAENAK OBATNYA" ucap Zin mendorong Yohan dengan kakinya, sama sekali tidak ingin pria itu mendekat padanya. Sedangkan Yohan disisi lain menarik narik tangan Yohan untuk mendekat padanya agar ia bisa membuat pria itu memakan obatnya.

"Tinggal telan looh, gaada rasanya" ucapnya membujuk Zin dengan susah payah. Sampai ia menghela nafas kasar. "Zin.." suaranya terasa berbeda dari sebelumnya, tidak tidak bukan suara yang berbeda namun hawanya yang menjadi beda. Tanpa basa basi lagi Zin membuka mulutnya dan menelan paksa obat itu. Rasanya seperti mau muntah tapi ia tahan semua itu dengan meminum semua air digelas itu.

"nahh pinter" ujar Yohan tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Zin mencibir mulutnya sambil menukik alis nya kesal. Lalu tidak lama kemudian Zin yang hendak membaringkan tubuhnya juga mengangkat selimut lalu menyelimuti badannya, dan lalu hendak tidur langsung ditahan Yohan.

"hah, mau tidur lagi? entar muntah baru tau rasa" ucap Yohan melarang Zin untuk tidur, meskipun begitu mata juga jarinya sedang terfokus pada ponselnya, biasalah main game. Zin kembali merengut kesal. Sampai pandangannya menampakaki satu mahkluk hidup yang baru saja berjalan melewati pintu kamar yang begitu saja terbuka. 

"IH ITU ANJING SIAPA NAMANYA?" tanya Zin girang dan berteriak tepat didepan wajah Yohan yang otomatis membuat pendengaran sang empu langsung rusak. "Eden, panggil aja, datang tu nanti" jawab Yohan singkat padat juga jelas.

Zin langsung memanggil nama anjing itu dengan sedikit ragu. Sampai iris matanya menemui anjing berbulu putih tebal langsung memasuki ruangan itu. Maniknya langsung membola senang, lalu memanggil anjing itu untuk lebih dekat kepadanya.


seinley




















































𝗙𝗢𝗥𝗖𝗘𝗗 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘. Yohan X ZinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang