Masih di tempat yang sama, dimana Zin masih berada di ranjangnya. Terdiam dengan posisi duduk kaki terlentang. Matanya beberap kali berkedip kedip, supaya dirinya tidak jatuh tertidur karena bisa saja Yohan melihatnya dan berakhir mendapat ciuman yang pria itu maksud. Duh membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Zin Merinding.
Kepalanya beberapa kali bergerak tegap lalu terjatuh. Jujur saat ini ia merasa bahwa tubuhnya terasa sangat berat, kepalanya juga tidak henti merasakan pusing yang cukup kuat. Seluruh badannya terasa hangat, tidak seperti suhu tubuh manusia pada umumnya.
Cklek.. Suara pintu terbuka, tanda tanda munculnya seseorang. Pandangan Zin masih belum menyadari hal itu, matanya terlihat sangat mengantuk juga mulutnya yang sedikit membuka celah. Dan disana terdapat Yohan yang melihat kondisi Zin yang sedang tidak baik baik saja.
Ia datang membawa sebuah nampan berisi makanan, obat, juga susu bervarian rasa vanila hangat. Langkah kakinya mungkin sudah terdengar oleh Zin, tetapi lamunan pria bersurai gelam itu terlalu kuat untuk diganggu.
Yohan menaruh nampan itu diatas meja samping. Mulutnya memanggil sosok bersurai hitam itu dan tak kunjung merespon. Panggilan pertama. Lalu kedua, sampai ketiga sosok itu masih belum merespon.
Sampai ide jahil muncul di benak pikiran milik Yohan. Kedua tangannya bergerak mendekat ke kedua pipi Zin, jarinya mencubit dua pipi halus itu perlahan. Dan lagi dan lagi pria itu tak kunjung bangkit dari lamunannya. Bibir Yohan berdecih kecil, sebab Zin masih belum tersadar.
Tangan itu bergerak pelan memasuki dalam baju, dan mengelus ngelus perut itu geli. Pikirnya Zin akan langsung bangkit dari kesadarannya, dan mengatai dirinya cabul karena baru saja menyentuhnya. Sebenarnya kan juga gapapa, toh kan sebentar lagi kan mereka akan bertunangan. Tapi diluar nalar Yohan, 'mmh..' Zin malah mendesah lagi seperti sebelumnya.
Ada dua kabar yang didapati oleh Yohan, yang satu kabar baik, dan yang satu lagi kabar buruk. Mari kita mulai dengan kabar baiknya. Kabar baiknya Yohan berhasil menemukan spot terlemah Zin, yang jika diraba halus akan langsung mendesah kecil, dan Yohan tau itu kabar yang bagus.
Tetapi kabar buruknya.. MENGAPA ZIN MASIH BELUM SADAR JUGA? Padahal masih dengan posisi mata yang terbuka kecil. tapi, tunggu dulu. Jangan bilang Zin tidur sembari membukakan matanya? Tapi ya bisa saja, ah tidak ada pilihan lagi pada Yohan. 'anjir masa gua harus cium dia' batinnya sedikit mengerutkan alisnya. Ia menghela nafasnya kasar, salahnya sendiri membuat konsekuensi seperti ini, dan salahkan Zin mendapatkan konsekuensinya.
Kepala Yohan bergerak mendekat secara perlahan, sedikit senti lagi bibi antar kedua oknum itu akan bertemu. Hap, tangan Zin langsung saja menahan kepal itu untuk tidak mencium bibirnya. Tangan itu menyentuh seluruh wajah Yohan untuk bergerak lebih dekat, bagai sebuah lampu merah yang lansung menahan pengendara yang hendak menggaspol pedalnya. "Heh cabul, mau ngapain lu?" tanya Zin, langsung memberi death glare pada Yohan.
Disisi lain Yohan bukannya merasa takut, melainkan merasakan malu yang tak terjangkau besarnya. Sudah percaya diri sekali ingin mencimpok si anu, tapi si anu sudah diluan menghalangnya. Sekali lagi ingatkan Yohan untuk menjadi orang yang tidak langsung menerobos masuk sebelum membuat sebuah pilihan.
"yah giliran mau dimodusin baru aja sadar elu" ucap Yohan dengan sintingnya, padahal dalam lubuk hatinya terdalam. Ia ingin sekali mengubur kuburannya sendiri sebab terlalu percaya diri saat membuat keputusan. Tetapi bukan Yohan namanya jika orang itu bukan tipe yang berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu.
"itu bukan modus namanya, tapi cabulin anak ora-" ucapan Zin terpotong saat ia sudah merasakan sesendok nasi juga lauk pauknya masuk kemulutnya. Alisnya mengernyit kesal saat si Yohan berengsek itu kembali berperilakukan layaknya seorang sinting.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗢𝗥𝗖𝗘𝗗 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘. Yohan X Zin
FanfictionSepasang sahabat yang sangat akrab dulu sebab tragedi yang memutuskan ikatan persahabatan mereka. Tapi entah kenapa, mereka kini ditakdirkan untuk bersama lagi. Bukan sebagai teman tapi sebagai pasangan yang akan menemani hidup sampai akhir hayat. "...